Song Tianchen membantu Yan Mao semalaman membuat selai. Karena terlalu lelah, Yan Mao tidur lebih lama dari biasanya. Daddy Yan terbiasa dengan tidur putranya. Dia tidak lagi mempermasalahkannya. 100 botol selai, dia membuatnya dalam semalam.
Song Tianchen sarapan bersama dengan kedua orang tua Yan dan putranya. Mereka selesai makan. Lalu Yan Mao bangun. Ger itu dengan rambut berantakan pergi keluar, matanya bahkan setengah terbuka dan tertutup.
Song Tianchen merasa lucu, "Istri, cuci wajahmu dan sarapan. Kamu mengatakan bahwa kita akan ke pasar hari ini."
"Jam berapa sekarang?"
"Matahari sudah terbit sejak lama."
Mata Yan Mao segera melebar. "Ah, kenapa tidak membangunkanku. Kita akan ketinggalan kereta sapi Paman Qian."
Song Tianchen tertawa. "Tidak masalah. Apakah kamu lupa bahwa kita bisa meminjam kereta milik Zhang Hao. Jalannya lebih cepat dari kereta sapi Paman Qian."
Yan Mao kembali tersenyum. "Kamu benar ah, aku akan mencuci wajahku."
Yan Mao mencuci wajahnya, dia sarapan dan bersiap untuk pergi ke pasar. Kedua anaknya memintanya untuk ikut. Yan Mao menganggukkan kepalanya. Mereka naik ke dalam kereta dan pergi meninggalkan halaman rumahnya.
______
Ketika penjaga melihat kereta hitam. Mereka mengerutkan alisnya. Lalu Yan Mao keluar dari kereta. Para penjaga tercengang, orang ini membeli kereta? Berapa banyak yang dia hasilkan?
Penjaga menyambut Yan Mao dan seorang pria yang turun dari kereta. Di lihat dari tubuhnya, pria ini bukanlah seorang petani. Dia bahkan bisa melihat sifat anggun dan martabatnya.
"Nyonya Yan, kamu membawa barang-barang lagi. Kami akan membantumu membawanya."
Yan Mao menganggukkan kepalanya. Wu Nian menyambut kedatangan mereka. Ketika dia melihat kearah Song Tianchen. Dia tersenyum. "Oh, hampir aku tidak mengenalmu, Tianchen."
"Saudara Wu, lama tidak bertemu. Aku tidak melihatmu selama aku datang."
Wu Nian tertawa. "Tentu saja, aku selalu kembali malam hari dan pergi sebelum matahari muncul. Bagaimana aku bisa bertemu denganmu?"
Song Tianchen dan Wu Nian tertawa bersama. Wu Nian menatap kearah Yan Mao. "Ger Mao, ayo pergi. Karena kamu agak terlambat hari ini, Bos Besar sudah menunggumu."
Begitu Yan Mao mendengarnya, dia merasa sedikit malu. Dia hanya menganggukkan kepalanya. Begitu dia masuk, dia menemukan bahwa itu adalah seorang Ger cantik dengan pakaian indah. Seorang pria tampan dan tinggi berada disampingnya.
Yan Mao segera tersenyum. "Sepertinya aku salah kamar, Nyonya dan Tuan, maaf menganggu kalian."
Seorang pria segera tertawa. Lalu Ger disampingnya melototinya. Itu membuat pria itu berhenti tertawa. Dia menjadi serius, Gong Jun tersenyum. "Ger Mao, jangan pergi, kamu benar. Aku adalah Gong Jun."
Yan Mao tercengang, Tuan Muda, Bos Besar Gong sebenarnya seorang Ger. Mengapa wajahnya begitu berubah.
Yan Mao segera pulih, "Oh Bos Besar Gong benar-benar cantik. Aku tidak berpikir bahwa Bos Gong adalah Ger. Benar-benar membuat kagum."
Gong Jun, "...." Tidak lebih sepertimu.
Gong Jun tertawa. "Ger Mao sangat pandai membuat lelucon. Ayo duduk." Ketika matanya bertemu dengan sosok pria tinggi dan tangguh. Dia segera bertanya. "Ger Mao, pria itu adalah..."
"Ini adalah suamiku, Song Tianchen."
Begitu pria itu mendengarkan nama Song Tianchen, matanya menyipit. Song Tianchen juga sama, tentu saja mereka pernah berinteraksi. Namun mereka bertindak tidak mengenal satu sama lain.
Pangeran mahkota Qin Fengxun menutup identitasnya. Dia tidak ingin siapapun mengenalnya. Song Tianchen juga diam. Dia segera memberikan hormatnya. "Aku dipanggil Song Tianchen, Suami A-Mao."
Gong Jun tersenyum. "Ger Mao memiliki Suami yang tampan, sungguh beruntung."
Begitu Gong Jun berbicara, pria disampingnya berubah menjadi gelap. Yan Mao tertawa, "Bos Besar Gong bercanda, dibandingkan dengan pria disamping Bos, suamiku bukan apa-apa." Lihat sebelahmu sebelum kamu memuji pria lain. Dia bertingkah seolah-olah akan merebus orang lain.
Pria itu tersenyum puas dengan pujian Yan Mao. Gong Jun hanya memberikan senyumya. "Ger Mao, berapa banyak yang kamu bawa hari ini?"
"100 botol pasta paprika dan 100 botol selai mulberry."
Gong Jun sangat puas, "Aku akan membayarnya." Gong Jun menyerahkan 110 tael pada Yan Mao. Ketika Ger itu menatap kearah uang yang ada ditangannya. Dia segera tersenyum. "Terima kasih Bos Gong."
Gong Jun tersenyum. "Aku yang berterima kasih. Kalau begitu. Kirim dalam waktu seminggu lagi. Kalau bisa aku ingin kuotanya lebih banyak dari ini."
Yan Mao tersenyum. "Tentu saja Bos Gong, dalam seminggu aku akan membuatkan yang lebih banyak."
Keduanya memiliki kesepakatan yang baik. Jadi Yan Mao pergi bersama dengan suaminya dan kedua anak-anaknya. Pada akhirnya mereka ke pasar dan membeli seekor babi gemuk seharga 1 tael perak.
Dia meminta orang disana membawanya ke desanya. Dengan upah 50 sen, mereka dengan cepat mengantarkan babi ke desa Yan Mao. Song Tianchen dan anak-anak masuk ke dalam kereta. "Istri, kamu sangat cepat menghasilkan uang."
Yan Mao segera malu. "Tentu, kita akan segera kaya."
Song Tianchen terhibur, "Baiklah, ayo menjadi kaya."
Song Tianchen menatap kearah istrinya. Dia bertanya, "Istri, apakah ada yang ingin kamu beli lagi?"
Yan Mao menggelengkan kepalanya. Dia sudah membeli seekor babi gemuk. Dia tidak perlu lagi untuk pergi membeli kebutuhan. Lagipula, semua sudah di beli sebelumnya. Yan Mao menatap suaminya.
"Suami, apa yang ingin kamu beli sekarang?"
Song Tianchen tersenyum, "Sebenarnya aku ingin membeli budak. Tapi aku berpikir bahwa rumah kita belum di renovasi. Sangat sulit menempatkan mereka."
Yan Mao melebarkan matanya. Dia adalah orang modern, membeli manusia adalah illegal di dunianya. Tapi di dunia ini, membeli manusia tidak masalah sama sekali. Ketika Song Tianchen melihat ekpresi Yan Mao. Dia mau tidak mau tertawa.
Yan Mao sedikit malu, wajahnya memerah dan Song Tianchen tertawa. "Istri, apakah aneh bagimu membeli budak?"
Sangat aneh, Yan Mao mau tidak mau membalasnya, namun dia tidak ingin di curigai. Dia akhirnya menggelengkan kepalanya. "Bukannya aku menilai itu aneh, rasanya untuk petani seperti kita membeli budak, bukankah terlalu mencolok?"
Song Tianchen terhibur dengan ucapan istrinya. Dia membelai wajahnya. "Mungkin. Tapi bagaimanapun tidak mungkin bagimu untuk membuat pasta paprika sendirian. Itu tidak mudah dibuat."
Yan Mao mau tidak mau mengerutkan alisnya. Song Tianchen tersenyum penuh kasih sayang. "Istri, jika kita menyewa tenaga kerja lain, suatu hari jika mereka melihat keuntungan kita, mereka mungkin akan berhianat kepada kita. Lebih baik kita membeli budak, tidak perlu takut resepmu akan terbongkar."
Yan Mao mendengarkan ucapan masuk akal Song Tianchen. Dia menganggukkan kepalanya. "Kamu benar. Baiklah, tunggu rumah kita sudah selesai dibuat. Kita akan membeli budak."
Song Tianchen tersenyum. "Oke."