Chereads / Menjadi Kaya di Zaman Kuno / Chapter 17 - Chapter 17 : Menjual Produk Baru

Chapter 17 - Chapter 17 : Menjual Produk Baru

Wu Nian sebenarnya sudah makan, namun mengingat bahwa dia hanya makan sedikit. Dia menganggukkan kepalanya. Keduanya pergi ke dapur dan makan. Wu Nian menatap kearah samping dan tidak menemukan Ger kecilnya.

"Dimana Xiao Xie?"

"Dia sudah tidur, dia kelelahan karena ikut pergi ke gunung hari ini." Wu Nian menganggukkan kepalanya. Ger kecilnya jarang pergi ke gunung, karena Wu Nian tahu bahwa gunung sedikit berbahaya, dia tidak membiarkan Ger kecilnya pergi ke gunung.

Wu Nian selesai makan dan dia pergi mandi. Ger Tong membersihkan meja dan menyiapkan pakaian untuk suaminya. Ketika suaminya masuk, dia hanya mengenakan pakaian tipis, sehingga otot perut dan tangannya terlihat.

Ketika Ger Tong melihat ini, dia sedikit malu. Wajahnya memerah sampai ke telinganya. "Cepat pakai pakaianmu, sebelum kamu masuk angin."

Wu Nian datang mendekat, Ger Tong sedikit menyamping, meskipun mereka sudah menikah selama 7 tahun. Tetap saja dia masih merasa malu. Wu Nian memegang tangan istrinya dan wajah Ger Tong semakin memerah.

"Istri, aku lapar."

Wajah Ger Tong memerah, dia tahu apa yang dimaksud suaminya. Tentu saja dia menganggukkan kepalanya. Dia juga sedikit bersemangat. Suaminya sering sibuk dan lelah, jadi mereka jarang melakukannya.

Wu Nian menarik tubuh istrinya, mereka berdua berciuman. Wu Nian mematikan lampu minyaknya, karena cahaya bulan, kamar mereka di sinari oleh cahaya bulan. Kedua orang itu melakukan aktivitas malam.

­­______

Yan Mao bangun lebih lambat. Semalaman, dia membuat pasta paprika. Dia akhirnya tidur sampai larut malam. Daddy Yan melihat bahwa putranya masih tertidur, dia tidak membangunkannya.

Ayah Yan sedang bersantai di depan rumah. Dia bersama dengan kedua cucunya dan Daddy Yan keluar untuk melihat mereka.

"Apakah A-Mao belum bangun?"

Daddy Yan menganggukkan kepalanya. "Biarkan saja dia tidur lebih lama, dia membuat pasta paprika semalaman, jadi wajar jika dia tidur terlambat."

Ayah Yan menganggukkan kepalanya. Lagipula tanah putranya sudah di berikan pada keluarga Song, dia juga tidak perlu mengerjakan lahan. Jadi biarkan dia tidur lebih lama. Daddy Yan menatap kearah cucunya.

"Dabao, Erbao, apakah Daddy kalian menjual benda yang dibuatnya tadi malam?"

Dabao dan Erbao menganggukkan kepalanya. "Ya. Kakek Ger, apakah kamu tahu berapa banyak yang Daddy hasilkan kemarin?"

Daddy Yan penasaran. "Berapa banyak?"

Dabao menunjukkan tangannya. "3 tael perak."

Baik Daddy Yan dan Ayah Yan segera tercengang. 3 tael perak, itu benar-benar uang? Bahkan Ayah dan Daddy Yan membutuhkan hampir setengah tahun untuk menghasilkan 3 tael perak. Putranya hanya membutuhkan sehari.

Dabao segera tersenyum. "Kakek Ger, Daddy kami sangat hebat, dia menjual 300 sen perbotolnya. Dan pemilik restoran sama sekali tidak ragu membelinya. Daddy akan menjual 100 botol lagi. Daddy akan punya banyak uang."

Kedua orang tua itu tercengang, 300 sen perbotol. 100 botol akan menghasilkan 30 tael. Sungguh, mereka tidak berpikir bahwa putra mereka akan menghasilkan uang yang sangat besar itu.

Daddy Yan mengusap kepala Dabao dan Erbao. "Dabao dan Erbao sangat diberkati. Mulai saat ini, kalian harus lebih penurut dengan Daddy kalian."

Dabao dan Erbao langsung setuju, mereka berjanji pada Kakek Gernya. Setelah Kakek Ger dan cucu itu berbicara dan tertawa. Yan Mao akhirnya bangun.

_______

Yan Mao bangun dan dia mendengarkan suara tawa anak dan orang tuanya. Dia merasa rumah ini jauh lebih hidup dibandingkan dengan sebelumnya. Yan Mao pergi ke dapur dan membersihkan wajahnya.

Dia melihat kearah dapur, disana sudah ada sarapan. Yan Mao memakan sarapannya dan segera mengambil sekeranjang mulberry. Yan Mao pergi mengambil air dan mencucinya. Setelah selesai, dia menunggu sampai mulberry menjadi sedikit kering.

Yan Mao membersihkan tangkainya, dia sudah memiliki tangan yang bernoda jus mulberry. Dia membuat api, lalu ketika dia melihat, kedua putranya masuk ke dapur.

"Daddy, apa yang akan kamu buat?"

"Beberapa selai mulberry."

"Selai mulberry? Daddy apa itu?"

Yan Mao menggosok kepala mereka. "Kamu akan tahu ketika kamu mencobanya."

Kedua anak itu menganggukkan kepalanya. Mereka sama sekali tidak meragukan Daddy mereka. Yan Mao tersenyum. "Ayo bantu Daddy menjaga api."

Kedua anak itu segera tertawa. "Oke."

Ketiga orang itu bekerjasama. Yan Mao menuangkan gula batu dan menuangkan mulberry kemudian. Dia mulai mengaduk mereka semua. Perlahan gula batu itu mencari. Yan Mao menekan-nekan buah mulberry yang masih utuh.

Sekitar 2 dupa (30 menit), mulberry akhirnya menjadi selai. Yan Mao tidak lupa menambahkan air ajaib. Ketika dia mencobanya, matanya bersinar. Dia sangat senang. Dia melihat kedua anak itu.

Keduanya masih sibuk menjaga api. Yan Mao pergi ke samping mereka dan mengecilkan api. Dia menutup selai beberapa menit dan membukanya lagi. Dia melihat bahwa selai ini sudah cukup lengket.

Yan Mao memindahkan selai ke baskom kayu besar. Dia memasukkan perlahan sampai selai di dalam panci besar itu habis. Yan Mao mengambil kain bersih dan membersihkan panci besar. Dia menghidupkan api dan kemudian memproses selai dengan cara yang sama.

Kali ini Daddy Yan yang menemani Yan Mao. Terkadang mereka bergantian mengaduk selai. Dengan perintah Yan Mao, Daddy Yan menguasai pengadukan selai. Dia cepat terbiasa. Mereka membuat 3 kali proses sampai mulberry habis.

Yan Mao memisahkan semuanya, dia membuat tiga baskom selai. Yan Mao menutupnya dengan kain bersih menunggu selai benar-benar dingin sebelum dia memasukkannya ke dalam botol.

Yan Mao mengambil sendok, dia membiarkan kedua anak itu merasakan selai. Kedua anak itu mencoba selai. Mata keduanya bersinar. "Daddy, ini sangat enak dan manis. Sangat lezat."

Erbao menganggukkan kepalanya dengan antusias. "Daddy, ini sangat mewah, apakah Daddy menggunakan banyak gula. Bukankah ini terlalu manis."

Yan Mao menatap keduanya, matanya tidak bisa tidak menunjukkan rasa simpatiknya. Di dunianya bahkan ada yang lebih manis dari ini. Yan Mao tersenyum. "Tidak apa-apa. Apakah menurut kalian ini bisa dijual?"

Erbao dan Dabao segera menganggukkan kepalanya. Dabao bersemangat. "Daddy, ini pasti bisa dijual. Jika tidak, biarkan aku dan Erbao yang memakannya. Daddy tidak perlu khawatir, kami pasti bisa menghabiskannya."

Erbao mengangguk setuju. "Daddy tidak perlu khawatir."

Yan Mao, "...." Sepertinya aku akan membesarkan dua ember nasi (foodie).

Daddy Yan tertawa. "Apa yang kalian bicarakan? Bisakah kalian memakannya? Kalian bocah nakal."

Ketika Daddy Yan yang berbicara, kedua anak itu tersipu malu. Mereka sedikit malu. Yan Mao melepaskan kain di tangannya. Dia segera berbicara pada Daddynya. "Daddy, di sini siapa yang biasa membuat botol?"

Daddy Yan menatap kearahnya. "Itu tukang Zhang, dia biasa membuat banyak botol. Jika botol-botol tidak terjual, dia biasanya akan menyimpannya di rumahnya."

Yan Mao menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku akan mengajak Dabao dan Erbao untuk pergi ke rumah tukang Zhang."

"Oke. Daddy akan mengurus sisanya."

"Terima kasih Daddy." Daddy Yan melambaikan tangannya, dia melihat putra dan cucunya terlihat lebih gembira. Dia merasa perubahan Yan Mao sangat mengejutkannya. Tapi entah bagaimana dia merasa bahwa putranya bukan lagi putranya.

Tapi bagaimanapun putranya berubah, dia akan tetap menjadi putranya.