Chereads / KETERIKATAN / Chapter 2 - Perdebatan

Chapter 2 - Perdebatan

"Lah kok gitu, Mbak Senna harusnya seneng lho. Bapak Langit ndak pernah peduli sama anak-anaknya. Bukan gara-gara ndak sayang, tapi gara-gara sakit. Tahun ini sudah 7 tahun sakitnya, makanya Mentari, Bumi, sama Guruh lebih bergantung sama Langit" ucap Mbok Ijah sambil tersenyum menatap Senna.

"Mbok, kalau Senna kuliah di Belanda nanti ibuk kesepian. Meskipun ibuk sibuk sama restorannya, tapi ibuk butuh Senna juga. Vader udah punya Lien, sedangkan ibuk cuma punya Senna" Senna semakin menundukan kepalanya.

"Buk, udah selesai kan? Ayo pulang. Kasihan Mentari harus ngurus Bumi sama Guruh" Langit memotong pembicaraan Senna.

"Langit, kok kamu egois banget sih? Aku juga butuh mbok Ijah! Ibuk belum pulang dari restoran" seru Senna jengkel.

"Langit, kamu temenin mbak Senna diteras sampai Ibuk mbak Senna pulang. Ibuk pulang sekarang nemenin Mentari. Inget Langit, di teras. Bahaya kalau berdua didalam rumah. Mbak Senna, mbok pulang dulu" Mbok Ijah menengahi dan bergegas pulang.

"Aku nggak tau kenapa kamu benci aku, tapi aku bener-bener nggak ngerti. Aku cantik, baik, berbakat jadi MC, pintar ngelukis dan nyanyi, nggak sombong, dan sayang sama sesama" ucap Senna sambil menatap Langit.

"Kalau kamu nggak sombong, kamu nggak bakal ngucapin kelebihanmu" sahut Langit pendek.

"Oh ya, aku cuma mau bilang kalau setelah ujian nasional bulan depan aku pergi ke Belanda untuk tinggal disana" lanjut Senna menahan jengkel.

Langit yang sedari tadi diam kini menatap Senna. Senna yang belum menyadari tatapan Langit meneruskan ceritanya sambil memilin ujung rok pensilnya. Mata hazelnya menatap anggrek bulan kesayangan ibunya.

"Vader kangen. Aku sebenernya nggak tega ninggal ibuk sendirian, tapi ibuk yang maksa aku buat tetep lanjut disana. Mia sama Silvi ngedukung keputusan ibuk. Kata mereka berdua, mereka bisa nginap dirumah ku kalau traveling di Belanda" Senna yang menyudahi kata-katanya menatap Langit yang ternyata masih menatapnya dengan sorot yang tidak dimengerti Senna.

"Bagus. Kamu bisa kuliah seni disana" Ucap Langit sambil memalingkan wajahnya kedepan.

"Langit, aku nggak nunggu ijazah keluar untuk pergi ke Belanda. Ijazah akan diantar ibuk setelah keluar sekalian untuk menjenguk-ku di Belanda" Senna melanjutkan kata-katanya sambil menatap rahang Langit yang kokoh.

"Makasih Langit, kamu salah satu alasan ku tetap bahagia meskipun keluarga besar Vader membuangku. Bulan depan aku bener-bener pergi" ucap Senna sambil menarik tangan Langit agar Langit kembali menatapnya.

Langit tersentak kaget ketika tangannya disentuh tangan halus Senna. Senna yang merasakan Langit terdiam, mempererat genggamannya. Langit menatap Senna penuh amarah. Langit berusaha melepaskan genggaman Senna ketika secara tiba-tiba Senna mengecup pipi Langit pelan. Langit kaget dan berjengit pelan. Senna terus menatap Langit tanpa berkedip. Langit menatap Senna secara penuh sekarang.

"Senna, aku orang yang selalu membalas perbuatan seseorang padaku. Selalu" ucap Langit sambil terus menatap Senna intens.

Kebingungan Senna hilang ketika Langit menciumnya, tepat dibibirnya. Senna berusaha menarik diri karena kaget. Tapi Langit merengkuh tubuh Senna dan memperdalam ciumannya. Langit melumat bibir mungil Senna dengan jutaan emosi yang tidak dimengertinya. Senna akhirnya pasrah dan membalas ciuman Langit dengan pelan. Langit yang merasa ciumannya dibalas, kini memeluk Senna erat. Setelah menyudahi ciumannya, Langit menjauhkan dirinya.

"Maaf, aku gak sengaja"

"Apa? Nggak sengaja? Jangan jadi laki-laki brengsek Langit, kamu nggak cocok" Senna mengerutkan dahinya marah.

"Maaf Senna, itu yang pertama buatku. Aku juga bingung kenapa aku melakukannya" Langit takut-takut kembali menatap mata Senna.

"Kamu pikir itu juga bukan yang pertama buat aku?! Mau mu apasih? Aku kira kamu benci aku" Senna bersungut-sungut sambil mengerucutkan bibirnya.

"Senna, aku minta maaf. Aku nggak mau nahan kamu disini. Kamu harus tetap ke Belanda. Aku disini juga harus berjuang menghidupi adik-adikku. Anggap saja hal barusan nggak pernah terjadi" ucap Langit sambil menggaruk tengkuknya.

"Apa?" Senna benar-benar tak habis pikir. Senna ingin meninju wajah Langit sekarang, untungnya pikirannya masih waras.

"Ayolah Senna, jangan berpikir naif. Kita nggak akan pernah cocok. Kamu akan jadi pelukis atau penyanyi sukses disana. Aku tetap akan mendoakan mu supaya tetap sehat dan bahagia" Langit melanjutkan ucapannya.

"Kamu yang naif Langit. Kamu pikir ekonomi yang membuat seseorang untuk cocok? Kamu pintar, selalu berada di peringkat 1 paralel, dan dengan mudah dapat beasiswa. Kamu cuma nggak punya kepercayaan diri untuk ada disebelahku" Senna benar-benar marah sekarang.

"Senna, aku bukan nggak percaya diri. Aku sepertinya memang nggak punya perasaan apa-apa untuk kamu" Langit kembali menatap lurus kedepan.

"Lihat, kamu bahkan nggak natap aku ketika bicara hal itu. Ok, makasih untuk semuanya. Aku harap kita nggak usah saling sapa mulai sekarang, aku ingin perasaan ini lebih cepat hilang. Kamu bener-bener brengsek" Senna bangkit dari kursinya, berjalan cepat menuju pintu dan membanting pintu dengan keras.

Penuh amarah Senna mengunci pintu ruang tamu dan segera berlari keatas menuju kamarnya. Sesampai dikamar Senna menangis keras. Hatinya hancur, sakit, dan marah. Sambil menangis, Senna segera mengeluarkan baju-bajunya dan memulai packing-nya yang selalu tertunda karena ragu untuk pergi. Tapi hari ini, keputusannya sudah bulat. Senna benar-benar akan melupakan Langit.

***

Selama 5 tahun kuliah di Belanda, Senna disambut sangat baik oleh istri Vader-nya. Kakak tirinya-Lien-menerima Senna dengan baik. Persis seperti ibunya. Lien selalu mengajak Senna untuk melepas penat bersama ketika masa-masa ujian sudah selesai. Ibunya pun rutin berkunjung ke Belanda dua kali dalam setahun, sehingga Senna benar-benar betah hidup di Belanda. Meskipun kakek, nenek, dan saudara dari pihak Vadernya sangat membencinya dan menganggap Senna bukan anggota keluarga. Setelah lulus dari Fakultas Seni dan Sastra, Senna menerbitkan buku dan kumpulan puisinya. Bukunya benar-benar laku keras dan Senna menurut ketika Vader meminta untuk menerjemahkan bukunya dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan pula di Indonesia.

Ketika sahabatnya-Elske- memulai konten di Youtube, Senna memulai chanel-nya sendiri dan membuat konten tentang make up, cover lagu, serta vlog kehidupan di Belanda sebagai orang Indonesia. Senna benar-benar tidak menyangka ketika dalam kurun waktu setahun, subscriber-nya menyentuh angka 2 juta. Ketika angka 2 juta subscriber diraih, Senna membuat konten baru tentang Charity (Acara Amal) yang akan secara aktif dilaksanakan di Belanda dan Indonesia. Fans-nya yang rata-rata adalah Anak Baru Gede asal Indonesia segera mengirimkan project untuk Senna ketika konten itu muncul. Hasilnya, Senna diundang oleh Kedutaan Besar Belanda di Jakarta untuk acara Charity awal tahun sekaligus dilanjut dengan acara fan meeting di salah satu café di daerah Kuningan. Senna kurang mengerti Jakarta, sehingga Senna meminta ibunya untuk menemaninya nanti disana.