Saat ini alarm diruangan berdinding cream cerah ini terus berteriak, sedangkan pemiliknya masih tertidur pulas. Semalam, Senna merayakan pesta pergantian tahun baru 2018 di rumah Elske bersama kakak tirinya- Lien. Sebenarnya, jika Lien tidak memaksanya untuk ikut, Senna lebih memilih untuk tidur dirumah. Kemarin Senna sibuk dengan konten yang akan dia bawakan untuk undangan di Jakarta. Sehingga badannya sudah lelah sekali saat ikut pesta pergantian tahun baru di rumah Elske.
"Senna!!!! Ini sudah jam 11 siang. Janjiku dengan pemilik toko kue jam 1 siang! Roben bisa membunuhku kalau aku telat!" Lien berteriak keras.
Senna mengerjapkan matanya pelan. Kepalanya pusing sekali, ditambah suara Lien benar-benar membuatnya semakin pusing. Senna harus tidur setelah subuh, karena kalau Senna tidur jam 3 setelah pulang dari rumah Elske, dia akan melewatkan ibadah wajibnya. Dengan lambat Senna bangkit dan membuka pintu kamarnya. Lien masih mengomel ketika Senna sudah membuka pintu kamarnya.
"Senna, cepat mandi dan antar aku ke toko kue. Ini tahun baru Senna, Semua toko kue tutup. Hanya Roben yang mau membuka tokonya untukku ketika tahun baru. Karenaitulah aku selalu ingin menjodohkannya denganmu" Lien bergerak masuk kamar dan membuka lemari pakaian Senna.
"Kamu tahu aku dan Roben berbeda keyakinan. Kenapa tidak kamu saja yang menikah dengan Roben?!" Senna berdecak pelan sambil kembali menjatuhkan tubuhnya dikasur.
"Dev bisa membunuhku. Pria Amerika itu benar-benar mencintaiku. Lagi pula kau bisa tetap dengan keyakinanmu itu dan Roben dengan keyakinannya. Aku kadang tidak bisa mengerti dengan jalan pikiran kolot mu itu. Aku sudah menjodohkan Roben denganmu. Lupakan laki-laki bernama Langit itu! Ini sudah 6 tahun demi Tuhan. Bisa saja di Indonesia dia sudah punya 10 anak! Kamu bisa menikah dengan Roben dan bahagia selamanya" Lien kembali mengomel.
"Kamu nggak akan bisa mengerti karena kamu tidak pernah tumbuh di Asia. Omong-omong, aku masih sering chat dengan Langit! Ya meskipun tanggapan dia tetap seperti dulu" Senna mendesah kesal dan menggapai Smartphonenya.
"Oh ayolah Senna, aku tidak pernah tumbuh di Asia dan aku baik-baik saja. Dev bahkan tidak percaya Tuhan. Cinta akan mengalahkan segalanya. Senna, aku benci laki-laki batu itu! Kalau kamu menikah dengan Roben, hidupmu akan semanis syrup cake nya" kata Lien sambil mengerjapkan mata sebal.
"Oh, ibuk telpon!" Senna dengan sengaja mengacuhkan Lien ketika mendapati puluhan Missed call dari ibunya dan segera menelepon balik ibunya.
Lien sudah selesai memilihkan baju yang akan Senna pakai hari ini. Lien tidak mau Senna memakai t-shirt atau kemeja ketika bertemu Roben hari ini. Segera dengan tatapan mengancam untuk segera mandi ketika selesai menelepon ibunya, Lien keluar dari kamar Senna. Senna membalas tatapan Lien dengan anggukan malas. Ketika teleponnya tersambung, Senna segera menyapa rindu ibunya.
"Halo buk, kangen"
"Hmmm. Ibuk juga kangen. Gimana nduk kabarmu?" Balas ibunya seperti biasa.
"Pusing. Kemarin aku ngerjain konten buat acara di Jakarta buk. Maksudku malem nya ku buat tidur. Eh, Lien ngajak ke Elske buat tahun baruan gitu" Celoteh Senna dengan suara serak.
"Jaga kesehatan nduk, acaramu di Jakarta padet loh. Di Belanda sekarang musim dinginkan? Disini tetap panas seperti biasanya. Belum jet lag nya. Apalagi ini kepulangan pertamamu ke Indonesia, pasti banyak kagetnya. Terutama badanmu yang kaget. Kamu harus sampe Jakarta seminggu sebelum acara ya. Ibuk belum terlalu kenal Jakarta. Nanti ibuk minta tolong Tante Sri untuk ngurus hotel ibuk. Ngerti nduk?" Ibunya kembali menasehati panjang lebar.
"Iya tau. Lagian Belanda sama Indo Cuma beda 6 jam. Yakin deh nggak bakal terlalu jet lag" Balas Senna cepat.
"Iya. Buk, udah dulu ya. . mau mandi nih. Lien minta anter ke toko kue buat acara pernikahannya yang 3 bulan lagi digelar. Dia bener-bener deh, nikahnya masih 3 bulan lagi tapi hebohnya kebangetan!" Senna memnutar matanya keatas.
"Iya, hati-hati. Salam untuk semuanya" ibunya kemudian menutup telepon.
Setelah mandi, Senna memakai baju yang telah dipilhkan oleh Lien. Setelah itu Senna men-cek daftar chat yang belum dia baca. Rata-rata adalah chat dari tim nya untuk menyemangati dirinya yang akan menggelar fan meeting pertamanya di Indonesia. Kemudian matanya menangkap chat dari Langit yang belum terbaca. Senna mendengus kesal. Dia mengirim chat 2 hari yang lalu tetapi Langit baru membalas hari ini. Padahal Senna hanya ingin memberi tahu Langit kalau dia pulang ke Indonesia.
MySky
Hati-hati. Ini kepulanganmu setelah 6 tahun dan Indonesia banyak berubah. Aku nggak tahu bisa jemput atau nggak. Aku sibuk sama kerjaan di Surabaya
Senna
Yah nggak seru. Kita kan temen lama. . masa kamu nggak pengin reuni. Padahal aku udah ngarep kamu bakal jemput loh Lang. Pacar mu marah ya kalau kamu jemput aku?
Tanpa sadar Senna mendengus sedih. Senna mendengar kabar dari Mia-sahabat sewaktu SMA dulu- kalau sudah 1 bulan ini Langit dekat dengan wanita cantik berambut sebahu yang sekantor dengan Mia dan Langit. Senna sempat menangis seminggu. Kemudian ia merasa bersyukur tidak pernah pulang ke Indonesia untuk bertemu Langit. Senna tidak bisa membayangkan dirinya yang selalu terluka dengan ucapan Langit. Bahkan Senna sedikit menyesal karena dirinya tidak tahan untuk selalu chat dengan Langit. Bahkan Senna yang selalu memulai percakapan. Senna merasa dirinya tolol. Senna berteriak kaget ketika Langit membalas dengan cepat.
MySky
Aku belum punya pacar. Tolong jangan menggosip hal yang tidak penting dengan Mia
Senna
Oh hehehe. . Santai dong, jadi janjimu untuk nikahin Mentari duluan itu bener ya. Wah, janjimu selalu kamu pegang ya. Oke kalau kamu sibuk, semoga cepet kelar ya. Aku nggak bisa maksa kamu. Toh ibuk mau jemput aku. Salam untuk Mbok Ijah, Mentari, Bumi, dan Guruh. Kalau ada waktu, aku bakal sempetin ke Surabaya.
Senna merasa tolol untuk yang ke 5 juta kalinya. Bahkan sekarang Senna tersenyum bahagia karena mendapat kepastian lagi dari Langit. Sebenarnya Senna sungguh bingung dengan hubungan antara dirinya dan Langit. Mereka seperti sepasang kekasih yang selalu memberi kabar tetapi selalu tanpa status. Senna membenci sikap Langit yang tidak gentle dengan hubungan ini. Senna masih belum mengerti sampai detik ini mengapa Langit tidak menjauhinya maupun menegaskan hubungan ini. Senna tidak mengerti apa yang salah dengan dirinya. Tidak akan ada yang menghalangi jika dia mempunyai hubungan dengan Langit. Berbeda dengan Roben, yang mempunyai perbedaan yang sangat medasar dengan dirinya.
"Senna! Kenapa lama sekali! Ayo berangkat sekarang" Lien sudah berada di ujung pintu kamarnya dan berdecak sebal.