"Assalamualaikum!"
Tiba-tiba suara bel berbunyi dengan kalimat salam mengganggu momen di mana Maryam sudah mulai mengerang nikmat.
"Aduh !"
Ule mengepalkan tangannya sebelah lalu memukulkan pada bantal, dia merasa diganggu oleh suara bel tersebut.
"Sebentar yah aku lihat dulu siapa yang datang!"
Maryam beranjak dari tempat tidurnya dan melangkahkan kakinya menuju luar sambil mengenakan baju piyama terlebih dahulu.
"Tunggu! Sudah larut malam biar aku temani!"
Ule sangat peka dan khawatir karena waktu menunjukkan sudah larut malam.
"Itu siapa yah?" Maryam bertanya-tanya dan menengok terlebih dahulu sebelum membuka pintu.
"Orang nggak tahu sopan santun nih malam-malam bertamu, nggak tahu nih ada yang lagi asyik-asyiknya!" Ule menggerutu sambil membuka kunci pintu dan sama-sama dengan Maryam keluar melihat siapa yang datang.
Mereka berdua kaget ternyata tamu yang datang itu perempuan yang kemarin ditolong saat mau melahirkan.
"Maaf Bu, apa betul ini rumah Ibu Maryam?" tanya perempuan yang tampak menggendong bayinya.
"Ya betul dengan saya sendiri, kenapa mba tahu alamat saya?" Maryam balik bertanya.
"Saya tahu dari petugas administrasi rumah sakit, data ibu kebetulan ada di sini. Makanya saya langsung datang ke alamat yang tertulis di sana," ungkap wanita tersebut.
Maryam orangnya mudah iba, dia langsung mempersilakan masuk wanita itu tanpa tahu apa makaud dan tujuannya.
"Ini sudah sangat larut malam, ayo masuk dulu! Kasian bayimu kedinginan!" ujar Maryam yang tidak sadar itu bukin Ule kagum.
Wanita tersebut masuk dan duduk di kursi ruangan tamu serta menidurkan bayinya tersebut tepat di sampingnya.
"Ngomong- ngomong mba sudah makan belum? Kalau mau makan ambil saja di dapur setelah itu mba tidur di kamar ini yah! Sudah sangat larut malam kami mau istirahat dulu yah!"
Maryam orangny seperti tidak mau banyak tahu, dia membiarkan wanita tersebut tanpa bertanya terlebih dahulu namanya siapa, dari mana fan suaminya ada di mana.
"Sayang kok kamu nggak khawatir dengan wanita itu, bisa aja kan dia punya niat jelek?" Ule keheranan.
"Hampir di semua ruangan ini ada cctv termasuk kamu juga jika macam-macam pasti akan otomatis terrekam.
"Kalau di kamar ini apakah kenakalanku akan terekam juga?" Ule bertanya kemudian sambil memeluk badan Maryam dari belakang dan membuka piyama tidurnya dan tangan nakalnya langsung menyasar ke gundukan dada Maryam yang bulat sempurna lalu beralih ke bagian hutan yang sangat lebat. Lalu tiba-tiba tangan Ule terlepas padahal Maryam sufah sangat menikmati.
"Kamu duduk dulu di sini!" titah Ule yang Maryam tidak tahu apa yang akan dilakukannya.
Ule mengambil kursi yang ada di depan meja rias dan sebuah gunting dan pisau cukur serta minyak jaitun.
"Kamu mau apa dengan alat -alat itu?" Maryam penasaran.
"Buka kakimu!"
Lalu Maryam pun membuka pahanya hingga hutan lebat itu berada persis di depannya karena Ule jongkok. Dia menggunting sedikit demi sedikit rambut yang menutupi surganya Maryam.
"Sialan banget sih aku ini, bisa terjebak dengan orang ini dalam waktu sesingkat ini. Dan gilanya aku sangat menikmatinya, punyaku terasa berdenyut serasa ingin segera dimasukin sesuatu yang panjang dan keras milik Ule," Maryam tak henti mengomel pada dirinya sendiri.
Setelah hutannya hampir gundul, dia sengaja menyisakan sedikit untuk menambah variasi bentuk dan permainan nanti katanya. Ule sangat rapi dia membersihkan sampahnya dengan tangan dan berlanjut memijat di bagian hutan yang sudah dia gunduli.
Tubuh Maryam digendong ke atas ranjang, Ule memijit bagian kedua paha Ule dan bagian inti dari sasarannya.
"Ule kamu ini bujang tapi banyak tingkah sekali sih, bikin aku penasaran aja. Kapan aku mau digarapnya kalau begini terus?" Maryam kembali mengomel.
Minyak jaitun ditumpahkan ke dalam kedua telapak tangan Ule lalu memijit lembut Maryam di bagian paha hingga Maryam menggerakan kedua kakinya ke atas dan ke bawah menahan rasa geli.
Baru saja dilijit cairan pelumas Maryam sudah keluar, Ule tidak buru-buru memasukkan miliknya namun dia memainkan terlebih dulu kedua jari telunjuknya keluar masuk Surga yang sudah dia gunduli.
"Sayang, kamu sudah ingin sekali yah? Pelumasmu soalnya banjir di jariku," ujar Ule sambil menunjukkannya pada Maryam.
Maryam tidak menjawab, dia tetap dengan wajah jaimnya yang datar tanpa ekspresi.
"Bagaimana kalau dengan ini?" tawar Ule sambil menunduk ke bagian surga Maryam dan berlanjut memainkan lidahnya ke dalam gua yang terlihat merah itu.
"Le ....!" desah Maryam rupanya sudah tidak bisa dibendung lagi. Namun Ule tidak membiarkan permainan pertamanya itu tanpa pemanasan dia terus berlanjut membuat Maryam menjabak rambut Ule.
Ule malah berbalik badan hingga posisi kepalanya ada di kaki Maryam dan sebaliknya kepala Maryam ada di kakinya, Ule menyuruh Maryam untuk memasukkan miliknya ke dalam mulutnya hingga mereka saling menikmati permainan tersebut.
"Augh ...! Udah ah ...aku capek!" keluh Maryam
"Capek atau nggak sabar ingin segera ditembak dari atas?" Ule menebak perasaan Maryam.
"Aku minum dulu!" Ule sudah kekuar keringat banyak padahal permainan inti belum terlaksana.
Ea Ea Ea
Suara tangisan bayi dari anak wanita tadi terus tak berhenti hingga membuat Maryam penasaran ingin melihatnya keluar.
"Gagal maning !" gerutu Ule sambil tengkurap dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Anaknya kenapa Mba?" tanya Maryam.
"Badannya panas Bu!" wanita tersebut menjawab dengan wajah penuh khawatir.
"Kita ke rumah sakit saja ayo!" tawar Maryam.
Maryam segera berangkat membawa wanita dan bayinya dengan membawa mobil sendiri tanpa peduli dengan Ule sang suami yang ada di kamar.
"Oh iya nama Mba dan bayinya siapa yah?" Maryam baru ingat jika dia belum tahu dengan nama wanita terssbut.
"Saya Irma Bu, dan bayi ini namanya Aisyah. Suami saya kabur Bu, saya nggak tahu harus ke mana orang tua saya ada di kampung. Alhamdulilah Allah menpertemukan saya dengan Ibu dan Bapak.
"Oh iya Bu, suami Ibu kok mirip artis india yah? Ganteng banget Bu, beruntung banget Ibu ini pynya suami seganteng dan sebaik dia!" celoteh wanita itu.
"Ini kita sudah sampai! Ayo turun!" seru Maryam.
Maryam langsung ke
ruangan IGD untuk periksa bayi Aisyah.
"Dengarkan Saya ini ada uang mudah-mudahan cukup untuk biaya pengobatan dan pulang kampung yah. Maaf saya tidak bisa menemani mba lagi saya harus pulang!"
Maryam seperti mengusir wanita itu secara halus karena tidak mau momen malam pertamanya tersebut diganggu lagi. Dia tidak peduli dengan sejumlah uang yang diberikannya pada Irma.
"Tapi Bu, ...!" Irma seperti bingung.
"Nggak ada tapi, semoga kalian sehat selalu yah!"
Saat Maryam balik badan dia tertabrak dengan aseseorang yang tiada lain adalah Ule suaminya.
"Kamu perempuan setir sendiri, larut malam bawa perempuan pula sekaligus bayi. Kenapa tadi nggak bilang-bilang aku dulu sih sayang? Aku kan bisa antar kalian, sudah ayo kita pulang!"
Ule menyusulnya dengan naik ojol dan menarik tangan istrinya tersebut untuk segera pulang. Tiba di area parkir Ule meminta kunci mobilnya supaya dia yang mrnyetirnya.
"Sini kuncinya sayang!"
Di dalam mobil Ule tidak langsung berangkat, namun dia mengajak Maryam ke bagian jok belakang.
"Sayang, sini dulu! Aku sudah sangat sakit karena beberapa kali terganggu,"
Setelah posisi tubuh Maryam pasrah....!