Chereads / Penakluk Hati Sulaiman / Chapter 12 - Senjata Makan Tuan

Chapter 12 - Senjata Makan Tuan

"Jadi langkah pertama aku gimana nih Hel?" Marina minta saran pada Helena.

Helena menjawab berbisik," Aku bikin surat undangan, aku siapkan obat tidur, dan kamu berikan undangan itu pada Kakakmu juga si Ule Kakak iparmu! Kamu lobi sendiri pemilik kafenya biar pestanya dibuat seromantis mungkin. Tapi ngomong-ngomong ide cemerlang aku ini ada cuannya nggak?"

Marina mengetikkan angka di ponselnya, dia mengirimnya ke nomor rekening Helena.

"Kapan sih aku nggak ngerti kamu, nih aku bayar kes jika berhasil aku akan kasih bonus!" ujar Marina.

Helena mengecek notifikasi MBankingnya, matanya langsung melotot karena melihat angka yang Marina kirim ke rekening banknya.

"Marina kamu memang best friend aku deh, terima kasih ya! Jumlah ini sangat berarti untuk aku," Helena terharu karena Marina mengirim uang yang cukup banyak padahal kerjanya belum dikerjakan.

Marina senyum-senyum sendiri membayangkan jika Ule bisa bertekuk lutut dalam kendali nafsunya.

"Yaelah yang mau bercinta dengan cowok idamannya," Helena menggoda Marina yang wajahnya berseri-seri usai negosiasi dengan Helena tentang rencananya.

Marina pun pamit pada Helena, usai Marina pergi Helena bermain curang di belakangnya. Demi pundi-pundi rupiah dia menghubungi Ule melalui DM instagramnya karena dia tidak punya nomor whatsapnya.

"Le, kamu ingat nggak sama aku? Aku teman Marina, ada sesuatu penting yang harus kamu tahu. Apa kita bisa ketemu?"

"Bilang aja langsung, aku lagi nemenin istriku di rumah sakit!"

Helena senyum-senyum saat chatnya dibalas oleh Ule.

"Kamu sok bertanggung jawab juga pasca menikah Le, beda banget ketika kamu belum nikah,"

Helena mengenal jika Ule itu orangnya acuh banget sama cewek, namun pasca menikah Ule sangat berbeda.

"Wajah dan body Kakak Marina emang lebih menarik, pantesan si Ule langsung jatuh cinta,"

Helena melihat wajah Maryam di foto profil Ule di akun media sosialnya yang lebih cantik dari Marina.

"Aku mohon maaf Mar, aku juga nggak bisa setia sama kamu. Aku butuh uang lebih banyak!" Helena bicara dengan wajah Marina yang ada di ponselnya.

Beberapa jam kemudian Ule mengirim DM pada Helena.

"Hel, aku punya waktu sedikit nih. Kita bicara di telepon saja!"

"Aduh, Le. Aku harus ketemu langsung, ini urgen soalnya ini menyangkut masa depan kamu dengan istrimu!"

Ule mengernyitkan dahinya, ada rasa penasaran juga di benak Ule, dan memutuskan untuk menemui Helena meski sebentar.

"Oke, kita ketemu di kafe dekat rumah sakit saja. Soalnya aku nggak bisa ninggalin istri aku!"

"Siap Le, aku segera meluncur!"

Helena menyalakan motornya menuju lokasi yang diberikan oleh Ule.

***

"Sayang, aku keluar dulu srbentar. Teman aku pingin ngerjain tugas bareng!" Ule coba cari alasan pada Maryam supaya bisa keluar bebas.

Maryam tidak menjawab dengan kata-kata, dia hanya menganggukkan kepalanya. Ciuman manis didaratkan terlebih dahulu di dahi Maryam sebelum dia pergi.

"Le, aku sudah sampai nih. Kamu masih di mana?" Helena mengirim chat DM pada Ule usai motornya terparkir di depan kafe dekat rumah sakit sesuai yang ditentukan oleh Ule.

Ule tergopoh-gopoh berjalan ke arah di mana Helena ada di sana.

"Hallo Le, apa kabar?" sapa Helena.

"Baik Hel, langsung saja aku nggak bisa lama nih!"

Ule minta tidak bertele-tele karena dia tidak mau Maryam banyak bertanya-tanya tentang kepergiannya.

"Intinya Marina mau menjebakmu saat pesta ulang tahunnya besok, aku sudah dibayar sana dia untuk membantu misinya!"

Ule memegang dagu dan mengernyitkan dahinya karena Helena yang dia nilai sangat akrab dengan Marina tiba-tiba membongkar apa yang menjadi rencana Marina.

"Masalahnya dengan aku apa Hel, aku itu hanya Kakak ipar dia. Jadi apa motip kamu ngajak ketemu aku?" Ule bertanya kemudian.

"Aku menawarkan sebuah kerja sama!" tawar Helena.

"Bantuan apa Hel?"

"Dia akan menjebakmu supaya ....!"

Ule mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan ke depan meja Helena karena Ule sangat tahu siapa Helena. Dia bisa membuka rahasia seseorang jika ada uang di depan matanya.

"Supaya kamu bisa tidur drnganmu!" Akhirnya Helena menyempurnakan kalimat yang sempat terputus setelah Ule mengeluarkan uang dan langsung dia masukkan ke dalam tas kecilnya.

"Oke, aku paham. Terima kasih informasinya sekarang aku harus segera kembali ke rumah sakit. Aku pasti datang ke pesta itu tapi maaf jika Ule itu pantang bertekuk lutut pada sembarang wanita! Kamu pasti paham kan kenapa aku lebih memilih Kakaknya ketimbang Marina?"

Sambil berlalu Ule menjelaskan rasa pahamnya pada maksud Helena.

"Oh ya satu lagi, aku pasti bantu kamu supaya dapat bonus dari Marina. Kamu baca saja strategi aku besok!" sambung Ule.

Ule pastikan Helena paham dengan maksudnya. Kurang lebih Ule tahu siapa Helena karena ada salah satu teman Ule yang kencan satu malam dengan Ule.

***

"Hai sayang, aku kembali!" ujar Ule sembari memeluknya dari belakang.

"Kok nggak lama?"

"Karena aku nggak bisa jauh lama-lama sama bidadariku ini," Ule selalu bersikap romantis pada Maryam.

Maryam membalasnya dengan mencium telapak tangan Ule lalu menarik tangannya agar segera duduk di sampingnya. Lalu tiduran di atas pangkuannya seraya ngobrol beberapa hal.

"Fandi belum sehat juga, panasnya masih naik turun,"

"Aku akan selalu berada di sampingmu dalam segala situasi!" tegas Ule sambil menyisir rambut Maryam lembut.

Di rumah sakit Ule tidak hanya berperan sebagai suami Maryam, namun jadi perawat bagi Fandi. Saat Fandi hendak ke kamar mandi untuk buang air kecil dengan sigap Ule memegang cairan infus dan memapahnya. Tentu saja Maryam makin yakin jika Ule tak hanya mencintainya namun juga menyayangi Fandi.

"Fandi sudah tidur pulas, ayo sayang kita main tipis-tipis aja!" ajak Ule setelah menutup tempat tidur Fandi drngan gordynnya terus mengunci pintu kamarnya.

Ule membuka kembali kancing baju kemeja Maryam, meraba lembut sekaligus melumatnya dengan permainan lidah yang super liar.

"Aku juga mau, tapi ...!" Maryam memutuskan Ucapannya.

"Jangan ada, tapi sayang!" Ule memaksimalkan waktu yang mepet itu dengan bercinta di atas sofa.

Dua jari Ule dimasukkan ke dalam celana Maryam, saling menikmati meski tidak bisa maksimal. Maryam menggigit bahu Ule menahan desah nikmatnya yang luar biasa

"Tangan kamu senakal ini, tapi bikin aku candu!" Maryam mengemukakan rasa sukanya pada Ule.

Ule kembali melumat dua puting Maryam dengan lidahnya yang lincah tak terkira. Membuat Maryam merem melek dengan tetap bertahan tidur di atas pangkuan Ule.

"Siapa kira-kira orang yang bisa kita suruh supaya Fandi bisa ada yang nemenin? Soalnya aku ingin menikmati kebebasan seperti kemarin!" bisik heroik Maryam.

Ule paham jika Maryam ketagihan dengan pertempuran kemarin malam.