Rintan, Devika dan Winda sekarang tengah duduk berjejer di kursi penonton untuk melihat pertandingan Marklee bersama tim basketnya melawan SMA lainnya. Rintan teringat foto yang akan dia sebarkan ke seluruh sekolah yang menyangkut dengan kehidupan Revan.
Rintan tersenyum licik setelah menyebarkan foto itu. Banyak yang mencibir dan tidak memperdulikan hal itu sebab pekerjaan Revan tidak ada salahnya begitu juga dengan kesederhanaan remaja laki-laki yang bisa dibilang paling pintar disekolah daripada Rintan yang hanya membully Revan saja.
"Ini apa-apaan sih?" gumam Anggika setelah melihat foto Revan disebarkan.
Revan yang mendengar hal itu dia langsung bertanya pada Anggika apa ada masalah yang tengah terjadi.
"Ada apa?" tanya Revan pada Anggika.
"Masa ada yang fotoin kamu terus di viralkan ke satu sekolah. Ini yang nyebarin kurang ajar banget, siapa sih?" tanya balik Anggika pada Revan.
"Foto yang mana?" Anggika memberikan handphonenya pada Revan dan Revan melihat fotonya yang tengah masuk ke rumah dan gerobak jualannya yang ada didepan rumah.
"Tapi kamu tenang aja, aku akan cari orangnya dan akan aku bawa ke BK. Keterlaluan banget ini, maksudnya apa coba," ujar Anggika merasa ingin mencabik-cabik orang yang menyebarkan foto itu sekarang.
Revan tidak berfikir panjang, pasti yang menyebar foto itu adalah Rintan karena siapa lagi jika bukan gadis yang sering membully dirinya itu. Revan tenang dan dia kembali fokus memperhatikan permainan, sesekali Marklee tersenyum pada Revan karena Marklee memang sangat baik pada Revan.
Ada juga siswa yang tidak suka dengan Revan dan langsung membully Revan saat mengetahui hal itu.
"Miskin aja belagu," ucap salah satu siswa pada Revan namun Revan tidak memperdulikan hal itu, sebab bagi dirinya jika itu dia ladeni maka akan membuang waktunya dan akan menjadi sia-sia.
Beda dengan Anggika yang langsung menyahut dan memarahi siswa itu.
"Kamu yang kaya juga belagu. Di atas langit masih ada langit. Jadi jangan sombong dan dengan seenaknya menghina orang lain," sahut Anggika dengan bijak pada siswa itu.
"Kamu juga, kenapa terus belain si cupu itu?" tanya siswa itu pada Anggika.
"Karena dia baik, nggak kayak kamu," jawab Anggika singkat dan baru setelah itu dia kembali mendudukkan dirinya dan tidak memperdulikan siswa laki-laki itu.
"Lebih baik kamu tidak usah memperhatikan dia karena itu akan membuang waktu berharga kamu. Orang-orang seperti itu hanya tidak suka denganku jadi kamu tidak perlu memarahi mereka," ucap Revan pada Anggika.
"Tapi aku dengernya kesel banget dan serasa pengen nyekik saat itu juga," sahut Anggika apa adanya pada Revan.
"Dosa besar nanti," ucap Revan pada Anggika dan kemudian dia tertawa.
Anggika terpesona dengan senyum lebar Revan. Baru sekarang ada seorang teman baik dan berhasil membuat Revan berbicara dengan tertawa selebar ini. Anggika merasa tenang dan ikut ceria melihat senyuman yang terukir di wajah Revan.
"Itu si cupu malah tertawa lebar, dia senang dibully sejak dekat sama Anggika?" tanya Devika pada Rintan.
"Bukanya sejak awal dia hanya diam," jawab Winda pada Devika.
"Diam aja kan? Nggak ketawa seperti sekarang kan?" tanya Devika pada Winda.
Winda mengangguk sebagai jawaban dan setelah pertandingan selesai mereka kembali ke kelas terutama Anggika dan Revan. Sepanjang mereka berdua berjalan dikoridor banyak pasang mata memperhatikan mereka berdua.
"Di sini setiap ada yang jalan berdua selalu diperhatikan?" tanya Anggika pada Revan.
"Ya mereka memang seperti itu, dan aku baru pertama kali jalan berdua di koridor sama siswi," jawab Revan apa adanya pada Anggika.
"Oh.. jangan-jangan karena kamu jalan sama aku makanya pada ngelihatin?" tanya Anggika pada Revan.
"Mungkin itu juga termasuk, tapi biarinlah," jawab Revan yang bersikap bodo amat dengan hal itu.
Kedua remaja itu kemudian berjalan masuk ke kelas dan duduk di bangku masing-masing. Sementara itu Rintan dan kedua sahabatnya sekarang masih berada di lapangan basket dan mengobrol bersama dengan Marklee tentang pertandingan tadi.
Rintan mengalihkan pembicaraan ke Revan yang berjualan bakso keliling.
"Bagus dong itu, dia nggak akan menjadi beban keluarga karena dia yang mencari nafkah," ucap Marklee pada Rintan setelah diberi tau oleh Rintan tentang gambar yang dia potret sendiri.
Rintan yang mendengar hal itu, dia merasa bahwa yang dipermalukan disini adalah dia bukan Revan yang menjadi target bully setiap hari.
"Kenapa diam?" tanya Winda pada Rintan.
"Yang aku katakan benar kan? Kalau kamu jawab membela diri berarti kamu benar dan kalau kamu tidak menjawab berarti itu benar. Dengarkan aku Rintan, kamu boleh nggak suka sama Revan tapi nggak harus seperti ini juga," sahut Marklee pada Rintan.
"Mendingan sekarang kamu hapus aja, agar masalah ini tidak balik ke kamu," ucap Marklee pada Rintan.
"Hapus? Kalau itu nggak," sahut Rintan menolak untuk menghapus foto yang dia sebarkan itu.
"Terus mau kamu apa dari hal itu?" tanya Marklee pada Rintan.
"Revan malu iya? Terus kalau Revan malu kamu dapat apa? Senang? Senang dan tertawa diatas penderitaan orang lain iya?" tanya Marlee pada Rintan.
Rintan hanya terdiam, dia memilih untuk pergi dari hadapan Marklee dan kemudian berjalan cepat menuju ke kelasnya. Rintan merasa sangat kesal dengan Marklee karena selalu memarahinya ketika membicarakan tentang Revan.
Rintan berharap kalau sesekali Marklee tidak memarahi dirinya dan akan membantunya, namun tidak terjadi dan malah berbanding terbalik.
"Ngeselin banget punya cowok. Sekali aja bantu atau ikut senang gitu," gerutu Rintan sembari masuk ke dalam kelas.
"Kamu ya yang nyebarin foto Revan sampai ke satu sekolah?" tanya Anggika pada Rintan saat sudah berada di pintu depan kelasnya.
Rintan melipat kedua tangannya di depan dada dan memandang Anggika dengan tatapan sinis dan tidak suka begitupun sebaliknya.
"Ngomong apaan kamu? Foto apaan?" tanya balik Rintan pada Anggika dan berpura-pura tidak tau apa yang sedang terjadi padahal dia dalang masalah ini.
"Foto tentang Revan yang jualan bakso keliling," jawab Anggika malas berbasa-basi dengan Rintan.
"Bakso keliling? Yang benar aja kamu," ucap Rintan pada Anggika.
Rintan membuka handphonenya dan berpura-pura memasang wajah kaget untuk membully Revan.
"Jadi, sebenarnya kamu itu jualan bakso? Kasihan banget aku turut prihatin ya," sahut Rintan pada Revan.
Anggika sangat tidak suka dengan Rintan dan dia ingin melempar Rintan untuk keluar kelas namun ingat ada Revan yang posisinya disini tengah menyukai Rintan.
"Orang jualan keripik ketela nggak ada heboh dan harus disebarkan kayak kamu, yang harusnya disebarin itu kamu, karena kamu jahat dan sering banget membully teman satu kelas," ujar Anggika pada Rintan.
"Kalau aku udah populer dan banyak yang kenal aku," ucap Rintan pada Anggika.
"Aku nggak mau tau dan nggak bertanya sama kamu," sahut Anggika sembari tersenyum licik pada Rintan.
Rintan terdiam dan tidak mau berurusan dengan Anggika sebab tidak akan ada ujungnya. Sementara itu Revan hanya terdiam dan tidak mengeluarkan kata-kata lagi karena memang dia susah untuk mengeluarkan suara jika ada Rintan di dekatnya.