3rd POV
Di suatu malam tepatnya di kota Bandung. Seorang pria berusia dua puluh lima tahun, terlihat sedang berjalan menuju sebuah masjid. Pria tersebut baru saja pulang dari kantor tempat dia bekerja. Nama pria tersebut adalah Ihsan Abdurrahman.
Ihsan merupakan seorang programmer yang rajin, taat pada orang tua, dan juga selalu tertib dalam beribadah. Ihsan sendiri juga merupakan orang yang mandiri. Dia sendiri memiliki keterampilan yang cukup banyak.
Katakanlah seperti bela diri pencak silat, memasak, dakwah, public speaking, d.l.l. Tapi Ihsan sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia memiliki keterampilan seperti itu. Dia sendiri membantu orang dan sering melupakan siapa orang yang sering dia bantu.
Meski begitu Ihsan tidak memamerkannya dia lebih cenderung membantu orang dengan ikhlas. Ihsan juga merupakan seorang wibu, dia suka menonton anime dan membaca manga khususnya yang bertema fantasi dan isekai(dunia lain).
Ihsan : "Alhamdulillah, sesudah salat apa yang harus kulakukan ya? Mungkin membantu ibu lalu menonton anime. Apa ada anime isekai keluaran terbaru ya?"
Ihsan pun sampai dirumahnya dan langsung dipanggil ibunya untuk membantu pekerjaan didapur. Ihsan termasuk orang yang cekatan ketika ada perintah dari ibunya apalagi setelah ayahnya meninggal hanya Ihsan dan ibunya berdua saja yang tinggal di rumah.
Selesai membantu ihsan pergi ke kamarnya untuk menonton anime namun sebelum itu Ihsan membaca Alquran dulu.
Ihsan : "Audzubillahi Mina syaitannirrajiim. Bismillahirrahmanirrahim."
Ihsan pun selesai membaca Alqur'an dan mulai mencari dan menonton anime terbaru. Ihsan biasanya hanya menonton satu atau dua episode.
Ihsan : "Wah, episode kali ini cukup bagus. Bagaimana rasanya yah pergi ke dunia lain? Aku tidak perlu terlalu berharap. Ini hanya kesenangan dunia yang bersifat sementara."
Ihsan : "Lagi pula, hidup yang hanya satu kali ini pun aku sudah sangat bersyukur. Untuk apa aku pergi ke Isekai? Pekerjaan sudah ada, masjid dekat dengan rumah, calon istri ada *ahem jones ahem*. Apa yang kurang?"
Ihsan : "Orang mati hidupnya langsung masuk kuburan menunggu kiamat seperti tidurnya pengantin baru, menunggu hisaban, terus pilihan antara surga dan neraka. Perjuangan dari kecil selama 20 tahun tidak akan aku sia-siakan. Surga I'M COMING."
Setelah berbicara sendiri Ihsan memutuskan untuk tidur. Matanya perlahan terpejam dan hanya menunggu hingga sang kasur mengantar dirinya menuju mimpi indah. Namun, takdir berkata lain. Dia memimpikan sesuatu yang hal yang berbeda dari biasanya.
Dalam mimpinya, dia berada di sebuah ruangan yang diterangi oleh cahaya obor. Ihsan sendiri berada di sebuah lingkaran sihir yang cukup besar. Di sekelilingnya, terdapat banyak orang yang mengenakan jubah hitam. Merasa tertarik, Ihsan memutuskan untuk melihat mimpi ini sedikit lebih lama.
Orang berjubah 1 : "Bagaimana persiapannya? Apa semua yang kita butuhkan sudah lengkap?"
Orang berjubah 2 : "Semua sudah siap tuanku. Kami tinggal menunggu perintah dari Anda."
Orang berjubah 1 : "Baguslah kalau begitu. Mari kita segera mulai ritualnya!"
Orang berjubah 3 : "Baik tuanku."
Bertanya-tanya dengan mimpi yang ia lihat saat ini. Dia masih penasaran dan memperhatikan orang-orang tersebut. Apakah akan memanggil iblis, zombie, alien mungkin? Entah. Dia hanya ingin melihat lebih lanjut. Pemimpin dari orang-orang tersebut mulai memimpin ritualnya.
Orang berjubah 1 : "Wahai iblis yang agung. Kami persembahkan anak ini padamu. Dia memiliki kejahatan, kesombongan, kerakusan dan juga hati yang busuk. Karena itulah tolong berikan kami kekuatan untuk menaklukkan negeri ini!!"
Setelah ucapan itu dilontarkan muncullah sosok hitam bertanduk dan wajahnya mengerikan. Ihsan mulai merasa tidak nyaman namun dia masih melihat. Orang-orang berjubah yang melihat kehadiran sosok itu bersujud padanya. Sosok itu pun berbicara kepada mereka. Sebut saja Shadow.
Shadow : "HUHAHAHAHAHA!! Siapa yang berani memanggil diriku?"
Orang berjubah 1 : "Wahai sosok yang agung! Kamilah yang memanggil dirimu untuk sebuah permintaan.
Shadow : "Ho? Apa keinginan itu?
Orang berjubah 1 : "Tolong berikan kami kekuatan untuk menaklukkan negeri yang hina ini!"
Shadow : "Kekuatan? Tidak masalah. Tapi tumbal yang kalian berikan masih belum cukup."
Orang berjubah 1 : "Be-berapa banyak lagi yang harus kami persembahkan tuanku?"
Shadow : "Bagaimana kalau..... nyawa kalian semua HAHAHAHAHA!!"
Semua :" TIDAAAK..... TOLONG JANGAN BUNUH KAMI! AAAAAAKKKHHHH!!!!!!"
Shadow itu menghabisi mereka semua kecuali Ihsan. Bayangan itu mendekati Ihsan, dia mulai tidak nyaman seketika dia membaca ayat kursi.
Shadow : "TIDAAAAAAK! JANGAN LANJUTKAN KALIMAT ITU! AAAAHHH PANAAAAASS!"
Bayangan itu mulai berteriak seperti kesakitan dan ketika ayatnya selesai Ihsan baca, bayangan itu hancur dan meledak menjadi abu. Ihsan menarik nafas secara perlahan dan menenangkan diri.
Dia mencoba untuk bangun dari mimpinya namun tak berhasil. Dia pun mencoba lagi namun tak berhasil juga. Ihsan pun berinisiatif membaca ayat kursi lagi. Dia mengulanginya sampai tiga kali.
Masih tak berhasil dalam mimpinya dia mencoba berdiri, tubuhnya terasa kecil dan melihat ke arah tubuhnya. Hal pertama yang terlintas adalah gemuk? Ya kesan pertama kali ketika dia melihat tubuhnya adalah tubuhnya menjadi gemuk.
Ihsan : "Kenapa tubuhnya mengecil dan juga menjadi gemuk? Suaraku juga terdengar seperti anak kecil. Tidak.. tidak mungkin. Ini tidak mungkin. Ini sudah di luar akal, tidak mungkin kejadian cliche seperti ini terjadi. Mungkin aku harus membaca ayat kursi lagi. Yah, mungkin aku harus membacanya lagi."
Dia pun membaca lagi ayat kursi sampai sembilan kali pengulangan. Namun sama sekali tidak terbangun dari mimpi tersebut. Dia mencubit pipinya dan merasakan sakit.
Ihsan : "Aw! Rasa sakitnya sungguhan."
Dia pun mulai menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Hanya ada satu kesimpulan yang dia dapatkan.
Ihsan : "Aku ada di isekai(dunia lain)."