3rd POV
Ihsan Abdurrahman. Seorang pria yang terjebak dalam tubuh seorang anak berusia tujuh tahun. Lebih dari itu, dia juga berada di dunia lain di mana sihir menentukan segalanya. Tanpa mengetahui apa pun tentang cara untuk pulang ke tempat asalnya, Dia memutuskan untuk menyebarkan agama Islam.
Hari yang berat sudah dia lalui kemarin. Mulai dari masuk ke tubuh orang lain, hampir menjadi tumbal, harus menjadi bangsawan, dan sekarang dia harus memulai semuanya dari nol. Bukan sesuatu yang bisa dikeluhkan karena tidak ada gunanya.
Dan mulai dari hari ini, Ihsan akan mengubah semuanya dengan jati diri sebagai Alex. Adapun rencana yang sudah dia susun adalah menjadi langsing, bersikap baik terhadap orang-orang di sekitarnya, dan juga mengajak orang-orang yang dikira mau untuk menerima agama Islam.
Bukan hal yang mudah untuk dia lakukan oleh dirinya. Membuat sesuatu yang semula tidak ada menjadi ada adalah hal yang sulit. Mengingat dunia ini hanya dipenuhi sihir dan pedang. Orang yang akan menghalanginya pasti banyak. Malah mungkin seluruh dunia ini akan menjadi musuhnya.
Sekarang Alex memulai kegiatan hariannya dengan ibadah di sepertiga malam terakhir. Lalu dilanjutkan dengan membaca Al-Qur'an sembari menunggu waktu subuh. Adapun setelah salat subuh, Alex mengganti pakaiannya untuk berolahraga.
Alex sudah menyusun jadwal latihannya. Mulai dari pemanasan hingga latihan pernafasan untuk meningkatkan kapasitas udara di paru-parunya.
Alex : "Pemanasan terlebih dahulu~."
Alex memulai pemanasan yang ia mulai dari kepala hingga kakinya. Saat memulai dari kepala, tidak ada masalah. Tapi saat melakukannya di bagian kaki, dia sering kali jatuh beberapa kali. Keseimbangan yang dimilikinya cukup buruk. Namun hal ini tak membuat dirinya patah semangat.
Alex : "Fuuuhhh... Pemanasan sudah. Latihan selanjutnya adalah... Okeh."
Latihan tahap selanjutnya adalah push-up, sit-up, squad sebanyak seratus kali. Saat memulai push-up, hampir semua ototnya tegang, tapi Alex memaksakan tubuhnya hingga semua mencapai seratus. Setelah selesai, Alex melakukan kesalahan saat mengambil nafas.
Dia secara tidak sengaja membaringkan tubuhnya dalam posisi miring. Hal itu membuat dirinya hampir sesak nafas. Sadar akan kesalahan itu, Alex memperbaiki posisi badannya hingga terlentang. Dia mengambil nafas lalu membuangnya. Dia mengulangi hal itu sampai seratus kali.
Alex : "Haaahh... Huuuhh... Mantul. Setelah ini lari pagi."
Bersiap untuk joging di halaman belakang rumahnya, Alex keluar dari kamarnya. Berbicara tentang rumah, karena rumah ini milik bangsawan, luas tanah beserta bangunan ini hampir sebanding dengan dua kalinya taman hiburan. Untuk mansion, ruangannya memang cukup banyak.
Yang bisa ia hitung sekarang adalah sekitar empat puluh kamar di tambah kamar untuk para pelayan tidur. Alex sendiri hanya mengingat jalur utama menuju kamar, ruang makan, aula utama, perpustakaan dan pintu masuk utama.
Kepalanya hampir pening melihat situasi seperti ini. Alex berjalan di lorong menuju halaman belakang dan bertemu dengan Jake. Dia adalah kepala pelayan di rumah ini. Jake merupakan kembaran dari Jill. Mereka hampir mirip kecuali gaya rambut mereka saja.
Jake : "(membungkuk) Selamat pagi tuan Alex."
Alex : "Ah.. pagi Jake."
Jake : "Apa yang Anda lakukan di pagi hari seperti ini?"
Alex : "Oh. Aku ingin olahraga di halaman belakang. Apa saat ini sedang dipakai?"
Jake : "Tidak tuanku. Tapi bolehkah saya mengetahui alasan Anda ingin berolahraga? Ini tidak seperti biasanya."
Alex : "Sebenarnya.. Aku ingin lebih langsing. Belakangan ini aku cukup sulit ketika berjalan dan juga saat mengenakan pakaian hampir semuanya ketat. Begitulah."
Jake : "Saya mengerti. Bagaimana jika saya menemani Anda untuk hal ini?"
Alex : "Itu akan sangat membantu bagiku Jake. Terima kasih."
Jake : "Kehormatan untuk bisa membantu Anda. Silahkan, lewat sini."
Jake memandu Alex menuju halaman belakang dan Alex mulai berlari. Irama yang dia gunakan adalah tiga langkah ringan dan dua langkah medium. Alex melakukannya dengan santai sambil mengatur pernafasan miliknya agar dia tidak terlalu lelah saat berlari.
Jake : "Semangat tuanku! Anda pasti bisa!"
Alex : 'Kadang aku mempertanyakan apakah orang ini sedang menghinaku atau tidak.'
Jake : "Ayo tuan!"
Alex : 'Nadanya sedikit menghina.'
Alex terus berlari selama satu jam tanpa henti.
KING CRIMSON
Usai olahraga, Alex pergi mandi karena keringat yang sangat banyak dan juga bau. Alex hampir tak menduga bahwa keringat yang dia hasilkan sebanyak ini. Melepas semua pakaian dan tak lupa dia melipatnya, Alex pun mandi. Dia memperhatikan tubuhnya saat ini.
Alex : 'Rupanya.. tubuhku benar-benar bulat. Apa saja yang anak ini sudah makan?'
Terbenam dalam benaknya, Alex membersihkan tubuhnya sampai bersih. Merasa segar setelah mandi, Alex memakai pakaian lain yang agak longgar dan segera pergi ke ruang makan. Di sana, Richard dan Emilia sudah menunggu dirinya di sana.
Alex : "Selamat pagi. Papa, mama."
Richard : "Selamat pagi Alex. Ayo duduk di sini."
Emilia : "Ara~ Anak kita terlihat lebih segar dari biasanya."
Alex : "Baiklah. 'Eh? Ara? Benarkah kata itu keluar dari mulut Emilia? Biarlah.'"
Alex pun duduk berseberangan dengan kedua orang tuanya. Dia melihat menu yang hampir sama seperti kemarin. Menu utama mereka pun tidak lain adalah daging babi. Alex hampir saja membenturkan kepalanya ke meja karena hal ini.
Yap. Daging yang diharamkan untuk dimakan oleh orang Islam, kini ada dihadapannya.. lagi.
Alex : "Papa. Apa ini daging babi?"
Richard : "Tentu saja Alex. Ini kan makanan kesukaanmu. Apa kau mau semuanya?"
Alex : "Tidak. Aku mau makan sayur saja sepertinya."
Richard : "Kenapa? Apa karena kurang banyak?"
Alex : "Bukan papa. Ini karena..."
Alex tidak tahu cara menyampaikan hal ini pada Richard. Lebih tepatnya, bagaimana cara mengatakan hal ini dengan sopan. Jake yang melihat hal ini langsung mengambil inisiatif.
Jake : "Izinkan saya berbicara tuan."
Richard : "Ada apa Jake?"
Jake : "Tuan Alex mengatakan bahwa dia ingin menjadi langsing. Jadi mulai hari ini tuan Alex memulai dietnya."
Richard : "Diet? Kenapa kau ingin diet Alex, padahal kau bilang orang yang memiliki badan gemuk adalah yang terbaik."
Alex : "Aku kesulitan dalam bergerak papa. Dan juga aku agak kesulitan dalam bernafas dan juga memakai baju."
Richard : "Benarkah? Tapi mamamu bilang dia menyukai papa yang berbadan gemuk."
Alex : "Jangan samakan aku denganmu papa." Dengan wajah sinis
Emilia : "Kenapa kau berkata seperti itu Alex? Biasanya kau tidak seperti ini."
Alex : "Aku... tidak tahu."
Emilia : "Kalau kau mau diet, memangnya kau sudah berolahraga?"
Alex : "Aku sudah melakukannya tadi pagi mama. Jake menemaniku tadi."
Emilia : "Apa yang dikatakan oleh Alex itu benar, Jake?"
Jake : "Benar nyonya. Tuan Alex berlari dengan penuh semangat tanpa mengeluh sedikit pun. Saya pun juga memberi dia semangat."
Emilia : "Oh~ Berapa lama dia berlari? 'Untuk awal dia pasti hanya mampu satu menit.'"
Jake : "Satu jam nyonya.."
Emilia : 'Pasti berhenti beberapa kali.'
Jake : "..tanpa henti."
Emilia hampir tersedak mendengar hal itu. Dia melihat Jake dengan wajah tidak percaya.
Emilia : "APA?! SATU JAM TANPA BERHENTI SEDIKIT PUN!! Alex, sejak kapan kamu bisa bertahan lama seperti itu?"
Alex : 'Mampus gua. Terima kasih banyak Jake. Atas pernyataan yang tidak perlu barusan.'
Alex pun dijejali pertanyaan demi pertanyaan oleh Emilia. Richard yang melihat hal ini hanya melangkah perlahan menuju pintu dan melarikan diri. Jake pun menenangkan Emilia dengan mengingatkan kondisi Alex yang baru selamat dari hal berat yang sudah dia lalui.
Terlintas dalam benaknya tentang mengapa Jake memiliki kepribadian yang berubah-ubah. Alex hanya bisa pasrah kepada Allah.
Alex POV
Siang hari di musim panas memang membuat orang ingin bermalas-malasan. Khususnya diriku sendiri. Dari informasi yang sering kudengar, Alex biasanya akan selalu makan camilan dengan porsi yang banyak dan juga menjahili para pelayan yang sedang bekerja di sekitar mansion.
Hal itu sedikit mengganggu diriku meskipun aku tidak ambil pusing mengenali masa lalu Alex. Yang terpikirkan olehku saat ini adalah membaca buku. Di kamarku sendiri, sama sekali tidak ada buku atau literatur yang bisa kugunakan untuk memperoleh informasi lokal tentang dunia ini.
Untung saja Emilia memiliki perpustakaan pribadi di rumah ini. Isinya mulai dari sejarah, perekonomian, politik, strategi perang, dan masih banyak lagi. Aku masuk dalam perpustakaan miliknya dan melihat buku-buku yang tersusun rapi.
Mataku berkedip beberapa kali sebelum melihat buku yang akan kubaca. Yang aku perlukan saat ini adalah sejarah kerajaan ini. Melihat-lihat setiap sudut, aku menemukan buku yang menarik.
Alex : "The Great History of Eostra."
Aku mengambil buku tersebut dan melihat apakah aku bisa mengerti bahasanya atau tidak. Jika tidak maka aku harus meminta seorang pelayan untuk mengajariku semua dari awal. Saat dibuka aku sangat bersyukur. Bahasa yang digunakan dalam buku ini adalah bahasa Inggris.
Kebetulan level bahasa Inggris yang kumiliki di atas rata-rata. Tapi tidak terlalu bagus juga. Melihat tebalnya buku ini, mungkin perlu waktu sekitar satu sampai dua jam untuk membaca cepat. Tapi hal itu tidak akan efektif seperti yang aku harapkan.
Awal bab buku ini bercerita tentang asal-usul kerajaan ini. Dahulu kala, ada seorang raja iblis yang menguasai daratan ini.
Alex : "=_=... Sungguh cliche sekali. Ini sangat mirip seperti cerita Isekai pada umumnya."
Raja Iblis ini terkenal sangat kejam karena sifat jahatnya terhadap semua ras. Tak bisa tinggal diam terhadap sikap sang Raja Iblis, manusia pun mulai melawan.
Alex : "Salah satu dari mereka adalah Arthuros Von Eostra. Dialah orang yang membunuh Raja Iblis tersebut dan membangun kembali kerajaan hingga perdamaian bisa kembali. Hmm.. Jadi nama kerajaan ini diambil dari nama belakang sang raja. Boleh juga orang ini."
Aku terus membaca buku ini hingga satu jam lalu beristirahat sebentar. Yang sudah terbaca baru sebagian besar, sisanya setelah istirahat. Memandang keluar jendela yang kebetulan terdapat pemandangan taman di sana, aku melihat salah satu tukang kebun yang sedang bekerja.
Ignis. Dia merupakan salah satu dari lima kesatria suci di kerajaan ini. Karena alasan tertentu, dia berhenti dan Richard merekrut dia untuk menjadi tukang kebun di mansion ini. Alasan Richard merekrut Ignis tidak lain karena keahlian orang ini dalam berkebun sangat hebat.
Alex : 'Selain pandai dalam berpedang, rupanya dia juga handal dalam berkebun. Mungkin dia bisa kujadikan samsak tinju... Tunggu dulu. Kenapa tiba-tiba aku berpikir seperti ini? Apakah mungkin sifat asli tubuh ini mulai mengambil alih pikiranku?'
Menggelengkan kepalaku, aku mencoba untuk berpikir jernih. Mungkin membaca Al-Qur'an bisa membantu untuk menghilangkan pikiran-pikiran seperti ini. Membuka smartphone dan langsung menuju aplikasi Al-Qur'an, aku menenangkan diri.
Bisa terlihat dari layar ponselku, sebuah surat yang selalu kubaca. Surat Al-Baqarah.
Alex : "Audzubillahi Mina Syaitannirrajiim. Bismillahirrahmanirrahim. Alif la~mm mi~m."
Pikiranku mulai tenang lagi.
Lily POV
Namaku Lily Aquaria. Aku merupakan seorang maid yang bekerja di kediaman keluarga Braumstein. Kehidupan saya sebagai seorang maid tidak terlalu indah seperti maid yang bekerja di istana. Sebagai seorang maid, saya selalu kesulitan dalam melaksanakan tugas saya karena seorang anak kecil.
Anak itu tidak lain adalah putra dari majikan saya, Alex Braumstein. Tuan Alex selalu mengganggu semua maid dan butler di rumah ini termasuk saya. Mulai dari mengotori jemuran, memecahkan piring, merusak kebun dan juga yang paling saya ingat sampai hari ini adalah pelecehan seksual.
Tuan Alex menyentuh kemaluan saya dan juga menampar bokong saya. Harga diriku sebagai seorang wanita benar-benar jatuh waktu itu. Membiarkan anak berusia tujuh tahun melakukan hal seperti itu meninggal bekas luka mental yang sangat dalam. Hampir tiga hari saya tidak makan.
Hanya kedua sahabat saya yang membantu menenangkan diri saya. Yaitu Mary Hunt dan juga Kate Blossom. Mereka berdua adalah satu-satunya orang yang bisa saya andalkan. Saya bersyukur memiliki teman seperti mereka.
Mary : "Cucian kita hari ini sepertinya berkurang ya?"
Kate : "Kau benar. Semenjak kepulangan Tuan Alex, hampir semua pekerjaan di rumah ini terasa ringan."
Lily : "Aku harap hal ini bertahan sampai kita menikah nanti."
Kate : "Itu adalah harapan yang hanya bisa terwujud saat kita tua nanti. Apalagi dengan kehadiran anak itu, harapan kita hanya sebuah keinginan belaka."
Mary : "Tapi, apa kau tidak merasa kalau Tuan Alex benar-benar berbeda dari biasanya. Sikapnya ketika makan juga sangat sopan. Aku bahkan hampir tidak berkedip melihat dia makan dengan etika seperti itu."
Kate : "Benarkah?"
Lily : "Tuan Alex juga terlihat berbeda saat aku menemukan dia di hutan. Dia terlihat lebih.. dewasa."
Mary : "Itu pasti hanya perasaanmu saja."
Kate : "Kalau pun dia memang berubah, itu pasti hanya sementara. Tidak mung-.."
Kate berhenti berbicara. Aku sendiri tidak tahu mengapa dia berhenti seperti itu.
Lily : "Ada apa Kate? Apa ada yang salah?"
Kate : "Apa kalian dengar suara itu?"
Mary : "Suara? (memfokuskan pendengarannya) Kau benar. Dari mana asalnya suara itu?"
Aku juga mencoba mendengar sumber suara itu. Suara itu berasal dari perpustakaan.
Lily : "Asalnya dari perpustakaan. Apa nyonya sedang kedatangan tamu hari ini?"
Mary : "Tidak. Nyonya Emilia saat ini sedang bersama Tuan Braumstein untuk pergi menuju sebuah rapat."
Lily : "Lalu itu suara siapa?"
Kate : "Coba kita periksa."
Aku dan Mary mengangguk lalu kami bertiga pergi ke perpustakaan milik nyonya Emilia. Hanya Tuan Braumstein, Nyonya Emilia dan Tuan Alex yang diperkenankan untuk memasuki dan juga menggunakan perpustakaan tersebut.
Saat kami mendekati perpustakaan tersebut, suara tersebut terdengar lebih jelas dan juga... sangat merdu. Siapa pemilik suara ini? Kami mendekat menuju pintu masuk perpustakaan yang rupanya tidak tertutup. Suaranya semakin jelas. Mary dan Kate melihat padaku dengan mata anak anjing.
Lily : "(tanpa suara) Kalian berhutang padaku."
Aku memberanikan diri untuk mengintip dan saat kulihat, seorang anak kecil yang kutahu selalu berbuat onar dan juga memiliki sifat yang buruk ada di ruangan ini. Dia duduk sembari membaca sebuah papan sembari melantunkan sebuah syair yang tidak kumengerti namun indah untuk didengar.
Aku mundur dan melihat kedua temanku.
Lily : "(berbisik) Itu suara tuan Alex. Dia sepertinya sedang membaca syair."
Mary : "(berbisik) Syair? Syair macam apa ini? Aku tidak bisa mengerti bahasanya namun setiap kalimatnya menenangkan jiwaku."
Kate : "(berbisik) Kau benar, bahasa ini sama sekali tidak kumengerti namun rasanya aku seperti mendapat berkat dari langit."
Lily dan Mary : "(berbisik)Aku setuju."
Kate : "(berbisik) Apa sebaiknya kita masuk saja?"
Lily : "(berbisik) Jangan! Siapa tahu Tuan Alex akan marah pada kita."
Mary : "Ayolah. Lagi pula apa yang dia lakukan pada ki-MM!"
Aku segera menutup mulut Mary dan memastikan apakah Tuan Alex berhenti atau tidak. Kami diam untuk beberapa saat. Tuan Alex masih membaca syair tersebut.
Mary : "Untung saja dia tidak mendengar kita. Bayangkan saja apa yang terjadi jika-"
Alex : "Kalian bertiga yang ada di belakang pintu. Jangan mencoba untuk kabur dan masuklah ke dalam."
Mary : "Aku dan mulut besarku."
Kami pun masuk dan aku menutup pintu ruangan ini. Kami bertiga berbaris di hadapannya. Aku pasti akan membalas semua ini padamu Mary. Lihat saja.
3rd POV
Alex sedang berdoa setelah membaca Al-Qur'an dan memandang langit lewat jendela. Lily, Mary dan Kate yang tertangkap basah menguping Alex masuk ke dalam perpustakaan dan berdiri di hadapan Alex. Pintu tertutup rapat untuk mencegah suara bocor dari perpustakaan tersebut.
Alex : 'Trio maid. Julukan mereka di rumah ini karena mereka selalu mengerjakan pekerjaan mereka bersama-sama. Dan juga mereka berbagi kamar yang sama.'
Trio Maid : "Tolong maafkan kami Tuan Alex! Tolong jangan hukum kami!"
Alex : "'Bukan itu yang ingin kulakukan pada kalian. Aku hanya ingin berbicara kepada kalian dengan tenang.' Hal apa pun yang kalian dengar dari mulutku tidak boleh keluar dari ruangan ini. Apa kalian mengerti?"
Trio Maid : "Kami mengerti Tuan."
Alex : "Pertama-tama... Berapa lama kalian menguping dari luar ruangan ini."
Lily : "Se-sekitar lima menit tuan."
Alex : "Bagitu... Yah, kucing juga sudah keluar dari karung. Aku akan memberitahu kalian tentang semuanya."
Ketiga maid di depan Alex saling memandang satu sama lain. Alex pun memulai penjelasannya.
Alex : "Aku sebenarnya bukanlah Alex."
Mereka bertiga langsung bingung dengan apa yang Alex katakan. Tapi karena penasaran, mereka mendengarkan lebih lanjut.
Alex : "Sebelum kalian bertanya, bukan berarti aku berkata bahwa orang yang di depan kalian ini bukan Alex. Maksudku adalah aku berada di dalam tubuh anak ini. Yang mana kalian tahu dia adalah putra dari majikan kalian. Untuk kenapa aku bisa ada di dalam tubuh anak ini, aku sendiri juga tidak tahu. Yang jelas, aku bukanlah Alex yang kalian kenal."
Mary : "Jika Anda bukan Tuan Alex lalu Anda ini siapa?"
Alex : "Ah benar! Perkenalkan, namaku Ihsan Abdurrahman. Aku sebenarnya seorang pria dewasa yang mungkin lebih tua dari kalian. Aku datang ke dunia ini saat aku tertidur dengan pulas di tempat tidurku. Saat bangun aku berada di dalam tubuh anak ini yang kebetulan sedang digunakan sebagai tumbal untuk pemanggilan Iblis. Untungnya aku berhasil selamat dan saat dalam perjalanan menuju kota aku pun bertemu dengan Lily. Ada pertanyaan lain?"
Kate : "Jika Anda bukan Tuan Alex, lalu apa yang terjadi dengan tuan Alex yang asli?"
Alex : "Sejujurnya aku tidak tahu. Ini pertama kalinya aku mengalami hal yang cliche seperti ini. Tapi bisa kupastikan bahwa aku tidak tahu betul hal apa yang terjadi pada jiwa milik Alex."
Mereka semua mengangguk mengerti. Seketika terlintas dalam pikiran mereka bertiga mengenai apa yang baru saja Alex baca. Alex pun mengatakan semua hal tentang Islam, tuhan yang berhak disembah hanya Allah, ibadah, kitab suci Al-Qur'an dan hal lainnya.
Lily : "Tuan Ihsan-"
Alex : "Tahan dulu mulutmu itu, Lily. Aku ingin kalian bertiga tetap memanggilku dengan nama Alex. Alasannya mudah, aku tidak ingin kalian terlibat sesuatu yang tidak kalian inginkan. Siapa tahu keluarga kalian juga menjadi korbannya. Meskipun itu memang risiko yang harus dihadapi."
Mereka semua menelan ludah.
Lily : "Tuan, tadi tuan Alex mengatakan bahwa Tuhan yang berhak disembah hanya Allah. Apa alasannya?"
Alex : "Ini pertanyaan yang serius dan akan aku jawab dengan serius juga. Haaaahh... Huuuuhh.. Coba kalian lihat langit yang ada di atas sana, gunung-gunung yang berjajar rapi di bumi ini, lautan yang luas nan dalam di sana. Semua itu pasti ada yang menciptakan bukan?"
Mereka mengangguk.
Alex : "Sekarang, dari semua dewa-dewi yang kalian tahu. Siapa di antara mereka yang sanggup menciptakan semua hal yang baru saja kusebutkan dengan kedipan mata?"
Melihat satu sama lain, mereka pun menggelengkan kepala mereka.
Mary : "Yang kami tahu, masing-masing dewa dan dewi memiliki tugas mengatur dan menciptakan satu di antara yang tuan Alex sebutkan. Bahkan ayah para dewa tidak bisa melakukan hal tersebut."
Alex : "Nah, bisa kalian lihat bahwa dewa dan dewi tersebut memiliki batas bukan? Tapi coba lihat Allah. Meskipun kita tidak bisa melihat Allah seperti apa karena memang hal itu dipersiapkan saat kita masuk surga nanti. Allah tidak perlu istirahat, tidak perlu bantuan, tidak perlu contoh untuk melakukan semua hal tersebut. Hanya dengan kata "kun" maka semua itu terjadi. Bumi, langit serta isinya langsung tercipta. Apa yang kalian banggakan dari dewa palsu seperti mereka? Mereka bahkan bukan dewa. Mengakui bahwa gunung adalah ciptaan mereka, laut adalah hasil kekuatan mereka atau semacamnya, itu semua BOHONG. Mereka bukan tuhan, melainkan setan dan manusia yang berumur panjang yang mengaku sebagai dewa atau dewi. Kalian selama ini sudah ditipu. Hanya Allah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah."
Alex pun menjelaskan lebih dalam mengenai Islam dan juga sejarahnya. Ketiga maid di depan Alex ini pun mengerti. Setelah penjelasan yang cukup panjang dari Alex, Alex memberikan pertanyaan pada mereka bertiga.
Alex : "Nah, setelah semua hal yang sudah kejelasan tadi, maukah kalian memeluk agama Islam?"
Pertanyaan yang mendadak namun menentukan masa depan mereka. Lily, Mary dan Kate berdiskusi terlebih dahulu. Mereka berbisik.
Lily : "Bagaimana ini? Apa kalian mau?"
Mary : "Aku sebenarnya agak ragu tapi..."
Kate : "Lebih baik kita ambil saja risiko ini. Lagi pula kita tidak tahu kapan kita mati bukan?"
Mary : "Kurasa kau ada benarnya. Baiklah aku ikut. Bagaimana denganmu Lily?"
Lily : "Aku sudah membulatkan tekad. Aku akan memeluk agama Islam."
Mereka bertiga menghadap kepada Alex dan mengatakan bahwa mereka setuju. Alex hanya tersenyum dan duduk silang di depan mereka bertiga.
Alex : "Ikuti ucapanku. Kalian cukup mengulanginya dengan perlahan."
Trio Maid : "Baik."
Alex : "Asyhadu Alla Ilaa ha Illallahu"
Trio Maid : "Asyhadu Alla Ilaa ha Illallahu."
Alex : "Wa Asyhadu Anna Muhammad Rasulullah."
Trio Maid : "Wa Asyhadu Anna Muhammad
Rasulullah."
Alex : "Sekarang kalian sudah resmi masuk agama Islam. 'Alhamdulillah. Assbiqunal Awwalun pertama di Isekai.'"
Ketiga maid tersebut merasa senang tapi Alex memberitahu mereka untuk merahasiakan hal ini dari semua orang termasuk kedua orang tuanya dan juga Jake dan Jill. Mereka hanya bisa berkata ya dan kehidupan mereka sebagai seorang muslim dimulai dari hari ini.
Di Suatu Tempat
Richard sedang duduk bersama seorang temannya. Mereka terlihat sedang akrab berbicara hingga Richard pamit undur diri. Orang tersebut pun pergi ke suatu kamar dan masuk ke dalam.
??? : "Apa kau siap bertemu dengannya?"
??? 2 : "Aku siap Ayah. Kapan aku akan bertemu dengannya?"
??? : "Satu minggu dari sekarang. Bersikaplah yang baik ketika dihadapannya."
??? 2 : "Dia tidak seperti orang yang sebelumnya bukan?"
??? : "Tentu tidak putriku. Dia merupakan anak yang baik. Ayah yakin kau pasti akan cocok dengan dia."
??? 2 : "Baiklah ayah."
Siapakah kedua orang ini? Dan apa yang mereka lakukan ketika bertemu dengan Alex?