Pemuda tampan itu menuruni tembok lalu ia mulai berpikir keras bagaimana caranya untuk bisa menyelamatkan gadis itu. Aska berjalan menuju pintu depan rumah tersebut. Ia lalu mengetuk pintu.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu yang terdengar membuat Maulida menghentikan pukulannya terhadap Keisha. Lalu membuang tali pinggang yang ia pegang begitu saja ke atas tubuh Keisha yang sudah terbaring lemah di lantai yang dingin. Maulida berjalan meninggalkan Keisha untuk membukakan pintu.
"Apakah di sini menerima jasa laundry?" Aska berpura-pura bertanya untuk bisa mengalihkan perhatian Melinda.
"Benar Mas!" Jawab wanita itu. Perubahan sikapnya sangat berbeda. Pada saat Maulida memukuli Keisha ia terlihat sangat bengis dan juga garang. Tetapi saat Maulida bertemu dan berbincang dengan ia begitu lembut dan terlihat keibuan.
"Saya tidak sengaja melintas melewati tempat ini. Kebetulan saya sedang membutuhkan jasa laundry untuk kapasitas yang besar," Aska mengutarakan keinginannya kepada Maulida.
"Baiklah Mas!" ucap Maulida sangat senang karena ia mendapatkan borongan.
"Tetapi bisakah saya melihat lokasinya?" Maulida terdiam mendengar pertanyaan dari Aska. Selama ini belum pernah ada pelanggan yang datang ke sana dan meminta untuk melihat lokasi di mana para pekerja melakukan pembersihan terhadap pakaian yang mereka berikan. Tetapi Aska justru menginginkan yang berbeda semua itu adalah karena pemuda tampan itu ingin melihat kondisi Keisha.
"Apakah bisa bu! Saya hanya ingin melihat lokasi pakaian saya dibersihkan. Karena saya benar-benar membutuhkan lokasi yang mendukung kebersihan dari pakaian saya. Jika memang sesuai maka saya akan memberikan uang muka sekarang juga!" Aska mencoba mengendalikan wanita itu. Tapi sepertinya Maulida keberatan dengan permintaan dari pemuda tampan itu. Ia pun mencoba menghindari karena tidak ingin perbuatannya di ketahui oleh orang lain.
"Saya tidak bisa menunjukkan lokasi pekerjaan. Karena itu bukan hak dari para pelanggan! Jika memang Mas mau tinggalkan saja pakaian Mas di sini dan saya akan membersihkannya. Tapi jika Mas keberatan silakan tinggalkan tempat saya!" ucap Maulida kepada Aska. Ia tahu bahwa di tempat bekerja Keisha sedang terbaring lemah. Itu akan mengakibatkan kebenaran bisa terungkap. Untuk menyembunyikan semua kesalahannya Maulida terpaksa menolak orang tersebut.
"Baiklah kalau begitu saya permisi!" Aska meninggalkan rumah itu Karena ia tidak berhasil menyelamatkan teman sebangkunya. Dalam kebingungan ia pun Kembali pulang. Aska menghubungi Pak Burhan dan memintanya menjemput dirinya.
Ketika mereka tiba di rumah, nyonya harmadi kembali bertanya sambil menahan amarahnya. Karena ini adalah hari kedua di mana Aska terlambat pulang ke rumah. Nyonya harmadi sudah berdiri di depan pintu untuk menunggu kehadiran Putra semata wayangnya. Tetapi saat Aska melihat ibunya berdiri di sana ia justru menghindarinya dan langsung berjalan menuju ke dalam kamar. Nyonya harmadi semakin tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh sang Putra. Mengapa Putra kesayangannya bisa terlambat dan menghindari dirinya. Sebagai seorang ibu nyonya harmadi bertanya-tanya dan mengkhawatirkan kondisi Putra satu-satunya.
"Apa yang terjadi Pak Burhan?" Pertanyaan pun terlontar kepada Pak Burhan. Sebabnya harmadi tidak bisa mendapatkan jawaban dari putranya sendiri.
"Saya tidak tahu nyonya! Ketika saya pergi ke sekolah untuk menjemput tuan muda, dia sudah tidak berada di sekolah. Saya mencarinya tetapi saya tetap tidak menemukannya. Setelah beberapa lama akhirnya tuan muda menghubungi saya dan meminta saya menjemput dirinya di tempat yang kemaren," Pak Burhan menjelaskan kepada nyonya harmadi.
"Antarkan saya ke sana!" Perintah nyonya harmadi kepada Pak Burhan. Kemudian, Mereka pun segera berangkat meninggalkan kediaman harmadi menuju lokasi yang disampaikan oleh Pak Burhan. Beberapa saat di dalam perjalanan mereka tiba di lokasi tersebut. Nyonya harmadi turun dari dalam mobil lalu mencoba melihat tempat apakah itu.
Ibu dari satu Putra itu berjalan menelusuri jalan setapak yang berada di sana. Ia melihat ke sekeliling namun tidak mendapatkan petunjuk sama sekali karena tempat itu terlihat begitu sepi dan tidak tampak satu rumah pun ada disana. Nyonya harmadi hanya melihat sungai dan juga sebuah bangku yang terdapat di sana. Hatinya mulai bertanya-tanya mengapa putranya sering sekali pergi ke tempat itu. Ada rahasia apa yang disembunyikan oleh Sang putra hingga ia tidak mengatakannya kepada ibu kandungnya sendiri.
Nyonya harmadi juga melihat jalanan setapak itu sudah ditumbuhi rumput liar, dia menyadari bahwa tempat itu jarang dikunjungi oleh orang lain. Semua hal itu membuat nyonya harmadi semakin tidak mengerti apa yang sedang ada di dalam pikiran putranya.
"Kita pulang!" karena tidak menemukan jalan keluar dan tidak menemukan petunjuk sama sekali akhirnya istri dari Tuan harmadi meminta agar Pak Burhan membawa dirinya pulang ke rumah. Di dalam perjalanan wanita paruh baya itu terus berpikir tentang hal yang disembunyikan oleh putranya. Meski hatinya terus bertanya tetapi ia tetap tidak menemukan jawabannya. Satu-satunya yang bisa menjawab semua pertanyaan yang ada di dalam hati wanita itu adalah putranya sendiri.
Ketika tiba di rumah, nyonya harmadi segera berjalan menemui putranya yang berada di dalam kamar. Ia mengetuk pintu namun sang Putra tidak menjawab panggilannya karena itu nyonya harmadi segera membuka pintu menggunakan kunci cadangan. Saat dia masuk ke dalam kamar Ibu dari Aska melihat bahwa putranya sedang termenung duduk di jendela yang lebar. Tampak jelas di wajah Aska bahwa ia sedang memikirkan hal yang berat. Wanita itu mendekati putranya lalu menggenggam tangan Sang putra dan ia pun bertanya," apa yang sebenarnya sedang terjadi nak?" Aska hanya menoleh sejenak melihat wajah ibunya yang masih terlihat sangat cantik meski usianya sudah menginjak 50 tahunan. Perawatan yang selalu dilakukan oleh sang ibu membuat tubuh dan wajah ibunya terlihat awet muda.
Tetapi Aska tidak menjawab pertanyaan dari sang ibu, pemuda tampan itu kembali mengalihkan pandangannya melihat keluar jendela.
"Ceritakanlah nak! Jika ayahmu mengetahuinya maka kamu akan berada dalam masalah besar," nyonya harmadi sangat takut dan khawatir dengan sikap suaminya terhadap putranya. Jika Tuan harmadi mengetahui semua ini maka kemarahan tidak akan bisa dihentikan.
"Ma!" setelah memohon beberapa kali akhirnya Aska mulai bersuara.
"Apakah ada seorang ibu kandung yang tega memukul anaknya sendiri?" pertanyaan dari Aska membuat nyonya harmadi mengerutkan keningnya. Dia mulai menebak kemanakah arah pembicaraan dari Putra tersayang. Mengapa tiba-tiba suka bertanya hal yang diluar jangkauan pemikiran dari ibunya.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" bukannya menjawab pertanyaan dari Sang putra, ibunya malah memberikan pertanyaan kepada dirinya.
"Aku ingin agar mama menjawabku!" Aska terdengar kesal karena tidak mendapatkan jawaban dari sang ibu.
"Mama rasa tidak ada seorang ibu kandung yang tega memukuli anaknya sendiri! Apakah ada yang terjadi?" nyonya harmadi terus bertanya.