Saat semua orang sibuk dengan idola mereka, Keisha justru berjalan meninggalkan kerumunan lalu pergi ke dalam kelas. Ia tidak ingin disibukkan dengan hal yang tidak penting baginya. Gadis Malang itu hanya ingin menikmati hari dimana ia terbebas dari segala siksaan sang ibu tiri. Yaitu masa-masa dirinya berada di sekolah. Azka yang melihat bayangan Keisha segera meninggalkan kerumunan lalu mengejar gadis itu. Aska terus mempercepat langkahnya, bahkan ia sedikit berlari untuk mengejar gadis yang merupakan teman sebangkunya.
"Tunggu!" tiba-tiba Kesya menghentikan langkahnya karena mendengar suara Aska.
"Ada apa?" saat Kesya berbalik dan melihat Aska berdiri di belakangnya Ia pun bertanya. Tetapi Aska justru menjadi kebingungan mendengar pertanyaan dari gadis berkulit hitam itu. Aska juga tidak tahu kenapa ia menghentikan langkah gadis itu.
"Ada apa?" Kesya yang tidak mendapat jawaban dari Aska kembali bertanya. Namun pemuda itu masih terdiam karena memikirkan alasan yang tepat. Melihat Aska hanya diam tanpa menjawab pertanyaan darinya, Keisha pun kembali melanjutkan langkahnya. Ia meninggalkan pria tampan itu dan berjalan menuju kelas. Tanpa diminta, Aska mengikuti langkah Keisha. Mereka berjalan beriringan, hingga beberapa pasang mata merasa curiga dengan kebersamaan kedua orang itu.
Gadis bertubuh kecil dan berkacamata tebal tidak peduli dengan tatapan orang yang menaruh curiga. Juga tidak peduli dengan langkah Aska yang terus mengikuti dirinya. Kesya tidak peduli dengan semua orang, yang ia pikirkan adalah dirinya sendiri yang terus saja dirundung kesakitan. Saat tiba di kelas, dua sahabat Kesya menghampiri. Mereka memang adalah sahabat yang terbaik, mereka berdua membawakan makanan untuk gadis yang malang. Setelah menerima pemberian dari kedua sahabatnya, Gadis itu menuju bangkunya. Dan ia pun duduk di sana.
Aska juga melakukan hal yang sama, ia duduk di samping Keisha. Memperhatikan dengan seksama gadis Malang yang mendapatkan penderitaan tak terduga. Aska sedang berpikir, cara terbaik agar Keisha mau bercerita kepada dirinya. Tentang kehidupan menyedihkan yang selama ini dirasakan olehnya. Tentang luka yang ada di sekujur tubuhnya. Tentang alasan gadis itu tetap bertahan dalam penderitaan yang menyiksa. Pemuda tampan itu dirasuki rasa penasaran dan ingin tahu. Dia sudah melihat dengan kedua matanya bagaimana tubuh kecil Keisha mendapatkan siksaan, mendapatkan pukulan yang bertubi-tubi, hingga darah segar mengucur membanjiri seluruh tubuhnya.
"Apakah kamu baik?" Aska memulai pembicaraan. Berharap agar mereka berdua bisa berteman baik. Mendengar pertanyaan tidak biasa dari teman sebangkunya, keysia merasa sedikit terheran. Ia mengangkat kacamata tebal yang menghiasi wajahnya dan berkata,"aku baik! Ada masalah apa?" pemuda tampan itu kembali kehilangan kata-katanya. Karena tidak menemukan kata yang tepat, akhirnya ia pun terdiam.
Waktu di sekolah berlalu dengan cepat, bel panjang tanda berakhirnya kegiatan di sekolah sudah berbunyi. Seperti biasa, Keisha mengemasi semua buku-buku aku lalu berjalan meninggalkan ruang kelas. Gadis belia itu terus berjalan, menelusuri jalanan setapak yang berada di pinggir sungai. Langkah-langkah yang ia lakukan adalah langkah yang sangat berat. Seperti biasa ia masih enggan untuk kembali pulang ke rumah. Namun jika tidak kembali, ia juga tidak tahu apa yang akan terjadi. Dilema terus merasuki pikiran dan hati gadis yang malang. Dilema terus menghiasi kehidupan gadis yang menyedihkan. Sepanjang jalan menuju rumah yang hanya memberikan kesakitan, Kesya terus merenungi nasib malang yang menimpa dirinya. Sesekali ia melepaskan pandangan kepada sungai yang terus memberikan suara ketenangan. Sesekali ia menghirup napas yang dalam dan melepaskannya seakan ia ingin membuang semua beban.
Tapi gadis yang malang tidak menyadari bahwa saat ini ada seorang pria tampan yang sedang mengikuti langkahnya. Dia adalah Aska, calon pewaris dari perusahaan raksasa kembali mengikuti teman sebangkunya. Ia benar-benar ingin memastikan bahwa yang dia lihat kemarin hanyalah fatamorgana. Aska bahkan meninggalkan Pak Burhan yang sedang menunggunya di depan sekolah. Tanpa berpamitan kepada siapapun, pemuda tampan itu nekat untuk mengikuti Keisha.
Hari ini, gadis Malang itu memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan kembali ke rumah. Ia tidak ingin membuat Maulida semakin marah karena keterlambatan dirinya. Keisha mulai mempercepat langkahnya. Di saat yang bersamaan, Aska juga melakukan hal yang sama. Hingga tak sengaja, ia menginjak sebuah ranting dan menimbulkan sebuah bunyi yang membuat Kesya juga menghentikan langkahnya. Gadis berkacamata tebal melihat ke belakang, ia mendengar suara tak dikenal. Ia mulai mencari dari manakah suara itu berasal, tetapi Keisha tidak menemukannya karena Aska sudah bersembunyi di dalam semak belukar. Karena tidak mendapati seseorang yang menimbulkan suara, Keisha kembali melangkah. Tujuannya hanyalah satu, ia harus segera tiba di rumah.
Buurrr...
Seember air yang penuh dengan kotoran kembali menyambut tubuh gadis yang malang. Aska bisa melihat semuanya dengan sangat jelas. Tetapi ia hanya diam menyembunyikan tubuhnya.
"Berani sekali kamu melawan semua perintahku!" Maulida membentak Putri tirinya. Keisha tidak tahu kesalahan apakah yang telah Ia buat hari ini. Tetapi ia juga tidak bisa bertanya, diam adalah solusi yang terbaik.
"Masuk!" perintah Maulida dengan penuh amarah.
Ketika gadis Malang itu berada di dalam rumah, siksaan pun kembali menimpa tubuhnya. Terdengar suara pukulan hingga keluar rumah dan menembus telinga Aska. Dengan mencoba memberanikan diri, pemuda tampan itu kembali naik ke atas tembok untuk melihat apa yang terjadi di dalam. Dan ia pun masih menyaksikan keadaan yang sama. Seorang wanita sedang menyiksa teman sebangkunya.
"Kamu tidak akan mendapatkan makan hingga nanti malam!" ucap Maulida di sela cambukan nya.
"Apakah kamu sudah mencuci semua pakaian ini?" Maulida menghentikan cambukannya. Lalu bertanya kepada anak tiri yang kini bersimpuh di lantai.
"Sudah Bu!" jawab keysia pelan sambil menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya.
"Beraninya kamu berbohong!" Maulida kembali mengangkat tali pinggang dan mendaratkan nya ke tubuh Kesya Yang Malang. Gadis belia yang merupakan Putri dirinya tidak tahu apakah kesalahannya. Dia memang sudah mencuci semua pakaian seperti yang ia jawab saat ibu tirinya bertanya. Namun Maulida tidak menerima jawaban dari keisha.
"Berani sekali kamu berbohong kepadaku!" pukulan demi pukulan terus berlanjut. Pukulan yang membuat rintihan tertahan terus terdengar. Gadis Malang itu tidak mengerti apa yang harus ia lakukan. Kenapa semua yang ia perbuat selalu salah dimata ibu tirinya. Selama ini Keisha sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik dan melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Namun kenapa apa semua kesalahan selalu menimpa kembali kepada dirinya.
Aska yang berada diluar rumah ini benar-benar yakin bahwa penyiksaan yang diterima oleh teman sebangkunya adalah kebenaran yang nyata. Kebenaran yang seharusnya tidak disembunyikan oleh gadis itu. Kebenaran yang seharusnya diceritakan agar wanita yang jahat itu bisa mendapatkan hukuman dari semua perbuatan yang ia lakukan.