Pelajaran dan nasehat sang ibu yang selalu memberikan semangat kepada dirinya saat orang-orang menghina fisiknya. Saat orang-orang merendahkan penampilannya. Saat orang-orang membedakan diri dan teman-temannya. Tetapi, kini semua sudah berubah. Keisha telah menjadi orang yang baru, penuh keputusasaan, penuh penderitaan, dan selalu dihiasi oleh kesedihan. Ia hidup tanpa semangat dan motivasi.
Tiba di sekolah, Keisha langsung berjalan cepat menuju ruang kelas. Dia tidak peduli dengan kerumunan orang yang sedang berusaha mendekati idola baru di sekolah itu. Para siswi, berdandan untuk bisa mendapatkan perhatian dari Aska. Para siswa juga berusaha mendekati anak dari pengusaha terkenal. Semua sibuk agar mendapatkan posisi di hati Aska. Sementara siswa tampan itu terus berusaha menghindar dari kerumunan orang.
Dari kejauhan, Aska melihat Keisha yang melintas dan berjalan dengan cepat. Aska merasa heran, di saat semua orang yang ingin berteman dengan dirinya, tetapi Keisha malah selalu menghindar. Gadis berkulit hitam itu tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh teman-temannya kepada Azka. Bagi Keisha masa di sekolah adalah waktunya untuk istirahat. Waktu baginya untuk sedikit merasa tenang, putri satu-satunya dari Sudirman tidak ingin merusak harinya.
Bel yang berbunyi membubarkan kerumunan para siswa yang mencoba mendekati Aska. Semua siswa diperintahkan untuk masuk ke dalam kelas masing-masing dan mengikuti pelajaran. Sekolah ini juga terkenal dengan kedisiplinan yang tinggi. Karena itu setelah bel masuk berbunyi, maka tidak ada lagi siswa yang berkeliaran di luar kelas. Begitu juga dengan Aska, ia bergegas untuk masuk ke dalam kelas bersama dengan teman-temannya.
Aska langsung duduk di samping Keisha, tetapi gadis itu tidak memperdulikan kehadiran Aska. Ia mengambil beberapa buku dari dalam tas dan mencoba menikmati pelajaran yang diberikan oleh guru di depan kelas. Pemuda tampan yang duduk di samping Keisha merasa heran dengan sikap gadis berkulit hitam itu.
Meski Azka tidak suka dengan para penggemar yang selalu mengejar dirinya, tetapi ia sudah terbiasa dengan semua itu, maka jika ada seseorang yang tidak memperhatikan dirinya, pemuda tampan itu merasa heran dan tidak percaya. Kemanapun Azka pergi, dia selalu menjadi perhatian banyak orang. Tetapi di mata Keisha, Azka tidak berarti apa-apa.
"H" Karena rasa penasaran akhirnya Aska memulai untuk menyapa Keisha. Gadis belia itu mengerutkan kening dan memperbaiki letak kacamatanya sambil menoleh kearah Aska yang duduk di sebelah kanannya.
"Hai juga!" sambut Kesya kemudian kembali memperbaiki letak kacamatanya dan menatap kearah guru yang sedang menjelaskan di depan kelas. Aska hampir kehabisan akal, menghadapi teman sebangkunya. Meski dia sudah berusaha mengalah dan menyapa Keisha, namun gadis berkacamata tebal itu sama sekali tidak merespon sikap Aska. Membuat pemuda tampan itu menjadi kesal.
"Siapa namamu?" Aska kembali menurunkan gengsinya dan bertanya. Tapi Keisha masih fokus kepada penjelasan guru dan tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Aska. Kali ini, pemuda tampan itu benar-benar merasa marah. Bagaimana mungkin orang yang tampan dan kaya raya seperti dirinya tidak dianggap oleh gadis buruk rupa seperti Keisha.
"Pelajaran selesai, kita sambung lagi besok!" Bu guru mengakhiri pelajaran hari ini. Dia segera meninggalkan ruangan kelas.
"Siapa namamu?" mendapatkan kesempatan, Aska langsung memberikan pertanyaan kepada Keisha. Gadis belia itu memperbaiki letak kacamatanya lalu menoleh kearah Aska.
"Keisha!" jawabnya sambil kembali mengumpulkan buku-buku untuk dimasukkan ke dalam tas. Azka bener-bener marah. Dia mengepalkan tangannya hendak memukul kepala Keisha. Ini ada kali pertama Aska menanyakan nama kepada seorang gadis. Selama ini para gadis lah yang selalu mengejar dirinya. Tetapi kenapa Kesya berbeda.
"Kantin yuk!" ajak Vina kepada gadis yang berkucir dua itu. Keisha yang diajak pun menggeleng. Ia tidak memiliki uang sama sekali, bagaimana ia bisa pergi ke kantin? Karena siksaan semalam, Keisha bahkan enggan meminta uang kepada ibu tirinya.
"Mau dibeliin apa?" tanya pita. Kedua sahabatnya ini sangat tahu bahwa selama ini Keisha sering tidak mendapatkan uang jajan saat pergi ke sekolah. Mereka berdua pun sering membelikan makanan untuk gadis belia itu..
"Terserah!" jawab Keisha tanpa menoleh. Kedua sahabatnya pun pergi meninggalkan kelas. Sementara Azka sudah sibuk dengan para gadis yang terus menggodanya. Sebenarnya Aska masih ingin berbincang dengan Keisha, tetapi karena desakan siswi yang lain membuat kesempatan bagi Aska menghilang. Karena kerumunan banyak orang membuat Keisha merasa sesak, dia pergi meninggalkan kelas untuk sekedar duduk di bangku taman. Tubuhnya masih terasa sakit karena siksaan dari ibu tirinya kemarin.
Di taman belakang sekolah, Keisha duduk sendirian. Gadis Malang ini memang sering menghabiskan waktunya untuk duduk dan menikmati angin semilir yang berhembus menyentuh pipinya. Keisha juga sering menangis sendirian, merenungi kehidupan dan nasib buruk yang ia terima. Meski Vina dan Pita merupakan sahabat baik dari Keisha. Tetapi gadis Malang itu tidak pernah menceritakan kehidupan sebenarnya kepada kedua sahabatnya itu. Luka-luka yang ada di dalam tubuh Keisha selalu disembunyikan oleh gadis berkulit hitam.
***
Saat pulang sekolah, Keisha berjalan menelusuri jalan setapak di pinggir sungai. Jalanan ini sangat sepi, hanya beberapa orang saja yang mau melewati nya. Bukan hanya karena tempat ini sedikit menakutkan, tetapi jalanan kecil ini juga sudah ditumbuhi oleh rerumputan, membuat orang yang melintas menjadi kesulitan. Karena itulah Keisha memilih jalan ini, suasana yang sepi membuat dirinya bebas meluapkan seluruh isi hatinya. Ia sering berhenti dan duduk di pinggir sungai. Mendengarkan suara aliran sungai yang bertabrakan dengan bebatuan, mendengarkan kicauan burung yang bernyanyi saling bersahutan. Juga menikmati pemandangan di seberang sungai yang membuat hatinya sedikit merasa senang.
Di sinilah gadis Malang itu sering menghabiskan waktunya. Sehingga ia pun sering terlambat pulang ke rumah dan mengakibatkan hukuman ibu tiri mendarat di tubuhnya. Tetapi bagi gadis belia itu semuanya sama saja. Meski ia pulang tepat waktu ataupun terlambat hukuman pasti selalu ia terima setiap hari tanpa jeda. Ia sengaja melambatkan waktu pulang setidaknya ia bisa menikmati beberapa detik saat duduk di pinggir sungai.
Setelah satu jam ia bersantai dengan duduk di pinggir sungai barulah Keisha kembali pulang ke rumah. Langkah kakinya terasa berat tetapi ia harus terus berjalan. Hatinya juga dirundung ketakutan tetapi Keisha Yang Malang harus terus melangkah.
Begitu tiba di pintu rumah, seember air menyambut kepulangannya. Seragam sekolah yang masih ia kenakan basah kuyup akibat air yang disiramkan oleh Maulida kepada dirinya.
"Apakah kamu masih belum mengerti perkataanku? Kenapa kamu masih berani pulang terlambat dan bersantai? Bukankah kamu hanya menghabiskan uang ku saja?" sumpah serapah tumpah membanjiri tubuh Keisha yang sudah basah.