Azka senang dengan jawaban dari pak Burhan, tetapi sudut hatinya sedang merasakan gundah. Kata-kata Keisha kembali terngiang di telinga. Kata-kata yang telah menggoyahkan kekuatan hati dan juga kebanggaan nya.
'apakah benar bahwa aku hanya anak yang beruntung? Apakah benar bahwa tidak ada yang bisa dibanggakan dari diriku? Apakah benar bahwa aku juga bukan pemuda yang tampan?' batin Aska terus meronta. Situasi hati pemuda tampan itu benar-benar sedang tidak stabil. Begitu mereka tiba di rumah, Aska segera turun dari mobil dan membanting pintu mobil dengan sangat kuat. Semua orang yang mendengar hanya menunduk melihat tuan muda mereka sedang merasa kesal.
Aska melangkahkan kakinya memasuki rumah besar milik keluarganya. Ia teringat kata-kata dari Keisha, gadis berkulit hitam itu mengatakan bahwa semua kekayaan ini adalah milik orang tua Aska. Semua harta yang melimpah ada adalah milik keluarganya bukan hasil jerih payah Aska sendiri. Pemuda tampan itu berdiri melihat betapa megah dan besar rumah yang ia tempati saat ini. Namun tiba-tiba ia marah lalu menghancurkan semua barang yang ada di hadapannya.
Barang-barang itu pun pecah berantakan di lantai namun Aska tidak peduli. Beberapa pelayan yang mendengar mendekati tuan muda mereka.
"Tuan muda?"
"Tuan muda?"
"Apa yang terjadi tuan muda?" Pak Burhan datang tergopoh-gopoh karena mendengar keributan yang ada di ruang tamu. Namun Aska tidak menjawab pertanyaan dari Pak Burhan. Ia hanya terus membanting dan menghancurkan semua barang yang ada di sekitarnya.
Keributan yang ada di ruang tamu terdengar oleh ibu dari Aska. Nyonya Adi harmadi melihat kehancuran yang dilakukan oleh Putra semata wayangnya.
"Ada apa putraku?" Sang Ibu berlari menuruni tangga yang besar mendekati putranya yang sedang marah. Tangan dan kaki Aska sudah berdarah akibat pecahan dari benda-benda yang ia hancurkan.
"Ada apa Aska?" tanya wanita itu kepada Putra kesayangannya. Tetapi putranya masih terus menghancurkan benda-benda yang ia lihat. Sambil berlari Ibu Ani harmadi mendekat lalu memeluk tubuh putranya. Pelukan sang Ibu membuat Aska meronta namun Ani tidak mau menyerah, ia terus berusaha merangkul Putra kesayangannya berharap agar kemarahan Aska bisa mereda.
Setelah cukup lama meronta akhirnya Aska menyerah dan menghentikan semua gerak tubuhnya. Pewaris tunggal dari perusahaan harmadi merasa kelelahan akibat marah yang ia luapkan dengan memecahkan semua benda. Setelah Aska merasa sedikit tenang, Ibu Ani harmadi meminta Pak Burhan untuk membimbing Aska pergi ke kamarnya.
"Bersihkan semua ini! Jangan sampai tuan besar mengetahuinya. Tidak ada yang boleh buka mulut, jika hal ini sampai ke telinga tuan besar maka kalian semua akan mendapatkan masalah!" nyonya besar rumah itu mengancam para pelayan agar tidak membuka mulut dan menceritakan semua yang terjadi kepada suaminya. Sebab Ibu Ani harmadi mengetahui jika Pak harmadi mendengar berita yang menggemparkan ini, pria itu pasti akan marah besar. Setelah memastikan semua pelayan akan tutup mulut, nyonya Ani harmadi berjalan menaiki tangga besar itu menuju ke kamar Aska. Di sana, Putra kesayangannya sedang merintih kesakitan akibat luka yang ada di tangan dan juga di kakinya. Sang Ibu mendekat lalu mengambil kotak obat dan berusaha mengobati anak kesayangannya.
Aska duduk di ranjang, sementara sang ibu duduk di lantai. Membukakan sepatu putranya selalu membersihkan luka luka yang ada di sekitarnya.
"Apa yang terjadi anakku?" ucap Ibu Ani sambil terus membersihkan luka yang ada di kedua kaki Aska. Wanita paruh baya itu merasa sedih melihat apa yang terjadi kepada Putra kesayangannya. Ia tidak tahu kenapa Aska bisa tiba-tiba marah dan menghancurkan semua benda. Hal apakah yang telah membuat Putra semata wayangnya begitu marah. Sudah lama sekali sejak terakhir kali Aska benar-benar marah seperti saat ini. Kejadian itu sudah lama berlalu tetapi bayangannya selalu terngiang di dalam benak wanita paruh baya yang merupakan ibu kandung dari Aska.
Ibu Ani masih ingat bagaimana Aska marah lalu membanting semua benda yang ada di hadapannya hingga semua tubuhnya menjadi luka luka. Namun kesedihan dari ibu satu anak itu tidak hanya terletak pada luka-luka yang ada di sekujur tubuh putranya namun juga pada kemarahan sang suami yang mengakibatkan putranya harus dirawat di rumah sakit hingga berhari-hari lamanya. Pada saat itu harmadi merasa marah melihat tindakan putranya yang tidak bisa mengontrol emosi lalu iapun memberikan pukulan hebat kepada ada Putra kesayangannya hingga tubuh Aska tidak mampu menahan pukulan dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit.
Berhari-hari wanita paruh baya itu hanya bisa menangis melihat kondisi Putra kesayangannya. Ia juga tidak bisa membantah apalagi memberikan kritik kepada sang suami karena bagi Pak harmadi seorang Istri hanya bekerja sebagai pelayan di rumahnya. Dan seorang pelayan tidak berhak memberikan pendapat apalagi mengajukan kritikan kepada suaminya. Karena itu Ibu Ani harmadi hanya bisa menangis meratapi kesedihan dan yang ia rasakan.
"Hal apakah yang membuatmu benar-benar merasa marah putraku?" kejadian itu sudah sangat lama Tetapi wanita paruh baya itu tidak mengerti kenapa hari ini putranya bisa kembali marah seperti itu. Ia sangat takut jika sang suami mengetahui hal ini maka bencana besar pun akan kembali menimpa keluarga mereka.
"Ceritakan kepada Mama, apa yang sebenarnya sedang terjadi? Kenapa kamu sangat marah? Apakah ada seseorang yang menyinggung perasaanmu?" tanya ibu kandung dari Aska dengan penuh hati-hati Karena wanita itu tidak ingin jika Aska kembali marah. Pemuda tampan yang ditanyain hanya bisa diam tidak menjawab pertanyaan dari wanita yang telah mengandungnya selama 9 bulan dan juga telah melahirkannya ke dunia. Sesungguhnya Aska sangat menyayangi ibunya, Aska tahu bagaimana penderitaan wanita yang sudah mengorbankan segalanya untuk kebahagiaan Aska. Tetapi kali ini pemuda tampan itu tidak bisa menceritakan tentang kata-kata yang dilontarkan oleh Keisha.
"Maafkan aku mah!" hanya kata-kata itu lah yang mampu terlontar dari lisan Aska, disambut pelukan oleh ibu yang sangat menyayanginya. Wanita itu menangis didalam pelukan putranya. Ia tidak pernah ingin putranya mendapatkan sedikit pun kesulitan. Ibu Ani harmadi ingin agar Sang putra selalu mendapatkan kebahagiaan.
"Dengarkan Mama sayang! Kehidupan ini memang tidak semudah yang kita bayangkan. Terkadang uang dan jabatan tidak memberikan seseorang kebahagiaan. Apa yang kita lihat dari kehidupan orang lain belum tentu sama dengan apa yang mereka rasakan. Begitu juga dengan mereka, apa yang mereka lihat tentang kehidupan kita belum tentu sama dengan apa yang kita rasakan. Seseorang hanya bisa melihat dengan kaca matanya sendiri tanpa bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi anakku, jika kamu menyerah akan semua keadaan maka kita akan kalah. Kita kalah karena tidak mampu menghadapi sulitnya kehidupan. Kita kalah karena tidak mampu menghadapi sulitnya ujian. Kita kalah karena menyerah dan tidak mampu berjuang!" wanita paruh baya itu menatap wajah putranya dengan penuh harapan. Harapan agar Sang putra mendapatkan sedikit kebahagiaan. Agar Sang putra tidak merasakan kesedihan yang dialami oleh dirinya. Itulah mimpi seorang ibu.