"Dasar anak tidak tahu diri!" amarah dan siksaan terus hadir bersamaan. Membuat tubuh Keisha semakin kesakitan. Pukulan demi pukulan terus hadir memberikan luka yang bukan hanya berdarah, tetapi luka itu juga memberikan bekas di dalam hati gadis yang beranjak dewasa.
"Duduk!" perintah Maulida. Keisha yang sudah merasakan kesakitan pun berusaha untuk duduk. Ia duduk sambil memanjangkan kakinya ke depan.
"Apakah kamu tidak dengar perintah yang aku berikan! Aku memintamu untuk duduk bukan selonjoran!" marah Maulida. Keisha memperbaiki duduknya, dengan rasa sakit yang ditahan ia melipat kedua kakinya. Tetapi justru disambut oleh tali pinggang yang mendarat ke tubuhnya.
"Aku bilang kamu duduk!" Keisha menjadi serba salah, sebenarnya duduk seperti apakah yang diinginkan oleh ibu tirinya. Kenapa tidak ada perintah jelas yang disampaikan untuknya. Dalam kebingungan Keisha mencoba berdiri, mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang ia miliki Dan kemudian duduk di sebuah kursi. Tetapi wanita paruh baya itu malah menendang kursi yang diduduki oleh Keisha sehingga gadis belia itu terjatuh dan terpelanting ke lantai.
"Apakah kamu tidak bisa mengerti apa yang aku katakan?" pukulan dari tali pinggang pun kembali mendarat bertubi-tubi.
Siksaan terus berlanjut, tanpa membiarkan Keisha waktu untuk beristirahat meski sejenak. Pukulan demi pukulan, cambukan demi cambukan terus melukai tubuh Kesya yang lemah.
Usai melakukan penyiksaan, Maulida memerintahkan Kesya untuk melakukan pekerjaan kembali. Sementara tubuh gadis itu sudah sangat lemah akibat siksaan yang terus ia dapatkan tanpa memperoleh nutrisi sama sekali karena sejak kemarin gadis malang itu belum makan sesuap nasi pun.
"Kerjakan semuanya dengan cepat!" perintah Maulida setelah ia puas dengan siksaan yang ia berikan kepada anak tirinya.
***
Harmadi Group adalah perusahaan raksasa yang bergerak di bidak properti. Perusahaan besar tersebut sudah memiliki beberapa anak perusahaan yang juga cukup berkembang. Azka merupakan anak tunggal dari keluarga harmadi. Karena itulah kedua orang tua Aska memberikan tanggung jawab yang besar untuk putra semata wayang mereka. Sejak kecil, Aska sudah dididik dengan sangat keras. Selain Dia harus belajar di sekolah formal, pemuda tampan itu juga harus mengikuti pelajaran tambahan di rumah. Sejak kecil ia sudah belajar manajemen dan juga ilmu perusahaan. Karena tanggung jawabnya adalah meneruskan kepemimpinan perusahaan harmadi Group.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa kehidupan Aska sangat jauh berbeda dengan kehidupan anak seusianya. Terkadang ia juga merasa bosan dan ingin hidup bebas seperti anak lainnya. Tetapi tuntutan keluarga mengharuskan bagi Aska untuk terus belajar dan bekerja keras. Sebagai penerus dari perusahaan raksasa, Aska sama sekali tidak memiliki waktu untuk bermain.
Karena itulah, Putra tunggal dari pasangan tuan dan nyonya harmadi sering menghilang dan pergi dari rumah tanpa sepengetahuan siapapun. Meski banyak pengawal yang menjaga Aska, tetapi pemuda tampan itu selalu saja bisa meloloskan diri. Ia sering pergi untuk sekedar menghilangkan kejenuhan saat berada di rumah besarnya. Terkadang ia pergi berkuda sendirian menelusuri padang rumput yang luas.
Seperti hari ini, Azka sengaja menyamar sebagai pelayan wanita agar tidak ada satu orang pun yang mengenali dirinya dan ia bisa bebas keluar dari dalam rumah. Setelah berhasil melarikan diri, Aska menuju kandang kuda yang terletak di belakang rumah mereka. Lalu, ia pun segera mengambil kuda kesayangannya kemudian pergi setelah membuka semua penyamarannya. Saat menunggangi kuda, adalah saat-saat yang paling membahagiakan bagi Aska. Saat di mana ia bisa berpergian dengan bebas tanpa ditemani para pengawal yang selalu mengawasi gerak-gerik nya. Saat dimana ia bisa melihat dunia dengan kedua matanya sendiri.
Kuda adalah satu-satunya teman bagi pewaris tunggal dari perusahaan raksasa harmadi grup. Hercules adalah kuda putih yang sangat gagah dan tampan. Sejak lahir Hercules sudah dirawat dan menjadi teman calon pewaris. Karena itulah Aska sering menceritakan semua isi hatinya kepada Hercules. Meski Aska tidak mengetahui apa yang dikatakan oleh kuda tampan itu, tetapi Aska yakin bahwa Hercules pasti berada di pihaknya.
Hercules dan Aska sedang berjalan melewati jalan setapak yang ada di pinggir sungai. Pemuda tampan itu sangat menyukai situasi dan keadaan sekitar sungai itu, karena tempat itu cukup sepi hingga tidak ada orang yang bisa mengenali dirinya. Saat mereka sedang berjalan santai tiba-tiba Aska melihat sesosok wanita yang sedang menangis duduk di pinggir sungai. Segera Aska menghentikan langkah Hercules dan mencoba menganalisa siapakah wanita yang sudah bersedih itu.
Kemudian Aska turun dari tubuh Hercules yang tinggi. Perlahan ia mendekati arah wanita yang tidak asing bagi diri pemuda tampan itu.
"Bawalah aku pergi Bu! Bagaimana aku bisa bertahan disini tanpamu! Aku sudah lelah menangis Bu, aku sudah kehilangan semua mimpiku. Aku juga sudah kehilangan semua harapan aku. Aku hanya tinggal menunggu saat malaikat maut datang menjemputku. Kenapa hari itu begitu lama, kenapa malaikat masih belum menjemputku meski aku sudah berulang kali mengundangnya. Sekarang, Apakah yang harus aku lakukan Bu?" Jarak antara Aska dan wanita itu tidak terlalu jauh. Sehingga pemuda tampan itu bisa mendengar semua keluh kesah yang diutarakan. Dan Aska pun baru menyadari bahwa wanita itu adalah teman sebangkunya.
'Apa yang dia lakukan di sini? Kenapa dia menangis? Ke mana ibunya? Kenapa dia mengundang malaikat maut? Apakah dia benar-benar ingin mati?' batin Aska bertanya kepada dirinya sendiri. Ingin rasanya Aska mendekati Kesya dan bertanya langsung kepada wanita itu. Tetapi Aska masih ragu apalagi dia memang belum berteman dengan gadis yang merupakan kawan sebangkunya. Akhirnya, Azka pun memutuskan untuk diam dan mendengarkan serta memperhatikan Keisha dari kejauhan.
Saat Azka sedang menantikan kata-kata selanjutnya yang keluar dari lisan Keisha. Tiba-tiba Gadis itu terkejut kemudian berlari meninggalkan sungai.
'tu anak, kenapa?' batin Aska.
Kesya berlari karena baru menyadari bahwa waktu sudah mulai senja. Seharusnya gadis belia itu sudah tiba di rumah. Tetapi, karena asik melamun ia lupa bahwa di rumah banyak pekerjaan yang sedang menunggunya.
"Kenapa dia tiba-tiba lari?" tanya Aska kepada Hercules yang berdiri di sampingnya. Kuda putih itu hanya mengeluarkan suara khas milik seekor kuda.
"Apakah ada yang salah?" pemuda tampan itu terus bertanya meski tidak ada satu orangpun yang menjawab pertanyaan nya. Karena dia hanya sendirian di sana. Hanya seekor kuda yang tidak bisa bicara yang menemaninya.
"Dia benar-benar gadis yang aneh!" ucap Aska kepada dirinya sendiri.
"Hercules, mari kita pulang!" ajak Azka, hari memang sudah mulai senja. Sebaiknya Azka pulang, sebelum sang ayah kembali dari kantor dan tidak menemukan dirinya di rumah, maka semuanya bisa kacau. Ayahnya pasti akan marah besar. Ketakutan Azka menjadi kenyataan, Saat ia tiba di rumah, ternyata sang ayah sudah pulang.