Chereads / Gadis Malang dan Calon Pewaris / Chapter 10 - Sombong

Chapter 10 - Sombong

Gadis malang itu terus berjalan melangkahkan kaki menuju sekolah, karena hanya tempat itu yang memberikan sedikit harapan untuk dirinya. Ia pun tiba lebih lambat dari sebelumnya. Karena perjalanan yang cukup jauh dan juga karena kedua kakinya sedang terluka. Gadis berkulit hitam itu terus berjalan melewati koridor sekolah hingga menuju kelas dimana ia mendapatkan pelajaran setiap hari. Di sana sudah berkumpul beberapa orang, dan beberapa di antara mereka sedang berusaha mendekati Aska seperti biasa.

Tanpa memperdulikan semua yang dilakukan oleh orang lain, gadis berkacamata itu berjalan menuju bangku di mana ia duduk mendapatkan pelajaran. Namun ia tidak menyadari bahwa sepasang mata sedang menatap dirinya.

Aska sengaja datang lebih awal ke sekolah ia ingin bertemu dengan gadis yang telah membuat hatinya berguncang hebat. Gadis yang telah membuat dirinya marah sehingga menghancurkan semua benda. Gadis yang bahkan telah membuat ibu kandung Aska menangis karena kemarahan yang ia lihat dari wajah putranya. Tetapi saat tiba di sekolah pemuda tampan itu tidak menemukan gadis yang ia cari. Ia merasa bingung karena selama ini yang ia tahu Keisha selalu hadir lebih awal daripada yang lain. Namun hari ini kejadian tidak biasa ia hadapi. Saat pemuda tampan itu melihat Keisha tiba di sekolah Ia pun mulai merasa senang.

Namun Aska melihat sesuatu yang aneh dari langkah gadis itu, kakinya berjalan lebih lambat dari biasa sepertinya ada rasa sakit yang tertahan semua itu terlihat dibalik wajahnya. Aska mengerutkan kening mencoba menganalisa apakah yang terjadi kepada gadis yang telah menelusup ke dalam hatinya.

Perlahan Keysa berjalan lalu duduk di bangku. Sesekali terlihat wajah gadis itu seakan menahan rasa sakit dalam setiap gerakan yang ia lakukan. Di saat bersamaan guru pun tiba di kelas membuat kerumunan gadis-gadis yang berusaha mendekati Aska membubarkan diri lalu pemuda tampan bisa berjalan aman mendekati Keisha.

"Kenapa kamu terlambat?" Pertanyaan pun terlontar dari lisan Aska. Gadis berkacamata hanya mengangkat wajahnya sejenak kemudian kembali memalingkannya. Ia bahkan tidak mampu menjawab pertanyaan dari teman sebangkunya. Karena luka sekujur tubuhnya masih terasa amat sakit. Pembelajaran terus berlanjut hingga bel tanda istirahat berbunyi. Seperti biasa kisah meninggalkan kelas Lalu pergi ke taman belakang untuk duduk dan meratapi hidupnya di sana. Aska yang mengetahui langkah Keisha diam-diam mengikutinya dari belakang.

Tempat ini adalah tempat yang paling tersembunyi. Tempat di mana orang lain tidak bisa mengetahuinya. Tempat dimana ia bisa meluapkan perasaannya sendirian. Keisha menarik kakinya yang sakit dan berat. Lalu ia pun duduk di kursi kesayangan. Tanpa ia sadari seorang pemuda tampan sedang menyaksikan semua yang ia lakukan.

"Kenapa kamu terlambat?" gadis berkulit hitam itu terperanjat, terkejut menyadari teman sebangkunya kini duduk di sebelahnya. Sementara ia sedang menaikkan sedikit roknya untuk melihat luka-luka yang ada di kedua kaki. Segera gadis yang bersekolah di kelas tiga itu menurunkan roknya kembali.

"Kenapa kamu terlambat?" pertanyaan yang sama kembali terlontar dari lisan Aska. Gadis Malang itu merasa tidak nyaman dengan kehadiran Aska di sampingnya. Sebab Ia pergi ke tempat itu hanya untuk menyendiri dan menumpahkan kesedihan dengan air mata. Tetapi kini niat dan juga keinginannya sudah dihancurkan oleh Aska.

"Bukan urusanmu!" ucap Keisha sambil memegangi kakinya yang terasa sakit.

"Kenapa kakimu?" Aska kembali bertanya karena melihat teman sebangkunya itu seperti menahan rasa sakit dan pemuda tampan itu juga melihat langkah Keisha yang terasa berat.

"Bukan urusanmu! Pergilah, cari tempat persembunyian mu sendiri. Tolong jangan ganggu aku!" suara Gadis itu melemah. Ia lelah menghadapi beratnya kehidupan, ia lelah menghadapi deritanya penyiksaan, ia lelah menumpahkan air mata, ia juga lelah menunggu harapan atau kematian. Aska tidak mengerti apa yang sedang terjadi dengan gadis berkacamata. Tetapi ia tahu bahwa Gadis itu sedang berada di dalam masalah.

"Kenapa kamu terus berusaha menghindar dari ku. Apakah di matamu aku memang pemuda yang tidak berguna. Bukankah kamu tahu bahwa aku adalah pemuda yang sangat hebat. Aku adalah idola sama wanita,"

"Tetapi bukan aku!" sambut Keisha saat Aska belum menyelesaikan kata-katanya.

"Kenapa?" Aska benar-benar ingin tahu alasan dari gadis tersebut.

"Kenapa aku harus mengidolakanmu?" Keisha malah menjawabnya dengan pertanyaan.

"Aku memiliki semuanya. Aku tampan, aku kaya, aku pintar, dan aku hebat!" ucap Aska penuh percaya diri. Lalu Keisha mengambil sebuah daun.

"Apakah kamu bisa menghitung berapa sel yang ada di dalam daun ini?" tanya Keisha. Tentu saja Aska menggeleng. Mana mungkin ia tahu berapa banyak sel yang ada di dalam daun yang diberikan oleh gadis itu.

"Jika menghitung jumlah selnya saja kamu tidak bisa. Lalu dimana hebatnya kamu?" gadis berkacamata itu berdiri hendak meninggalkan Aska. Ia jenuh terus berdebat dengan pemuda tampan itu.

"Kehebatanmu saat ini, adalah pemberian Tuhan. Kekayaan mu saat ini, juga hanyalah sebuah titipan, ketampanan yang kamu banggakan, hanyalah pemberian. Tidak ada satupun yang merupakan hasil kerja kerasmu. Mungkin ada, kesungguhan kamu belajar menjadikanmu anak yang pintar. Tetapi itu bukan untuk menyombongkan dirimu. Karena jika Tuhan mau, ia bisa mengambilnya dalam 1 detik!" sebelum meninggalkan Aska, gadis berkacamata mengeluarkan sebuah kata. Membuat Aska terpanah tanpa bisa berkata. Ia terperangah, menatap gadis berkulit hitam berjalan terseok menahan sakit di kedua kakinya.

"Sombong?" Aska bertanya kepada dirinya sendiri.

"Apakah mungkin selama ini aku sudah bersikap sombong?" pertanyaan kembali terlontar dari lisannya. Saat ia ingin memperjelas Di manakah letak kesombongan nya, tiba-tiba Keisha sudah menghilang dari pandangan mata. Aska pun berlari mengejar gadis itu. Gadis yang sebenarnya tidak istimewa namun telah memiliki tempat di hati pemuda tampan bernama Aska. Gadis sederhana, yang berasal dari kalangan bawah tetapi telah membuat naskah berpikir akan kata-katanya.

Pemuda tampan itu berlari meninggalkan tempat persembunyian mereka mengejar Gadis itu ke dalam kelas. Tetapi ia tidak menemukannya, Aska bahkan tidak menemukan tas ataupun alat tulis dari teman sebangkunya.

"Apakah kamu tahu ke mana dia?" Aska bertanya kepada temannya Keisha.

"Dia sudah pulang Aska! Dia sakit!" pemuda tampan itu terduduk di bangku nya. Ia memang melihat wajah Keisha tampak pucat juga langkahnya yang tampak berat. Apakah dia benar-benar sakit? Aska bertanya kepada dirinya sendiri. Pelajaran pun berlanjut, tapi pemuda tampan yang duduk di belakang tidak mendengarkan sedikit pun kata kata gurunya. Pikirannya terbelah memikirkan gadis berkulit hitam berkacamata sedang dalam dilema. Ia tidak tahu, kenapa dirinya bisa merasakan penderitaan yang sedang dirasakan oleh Keisha. Kenapa pemuda tampan itu merasa bahwa teman sebangkunya sedang dalam penderitaan yang besar.