Hampir satu jam ibu tirinya memukuli tubuh Keisha. Hingga ia benar-benar lelah barulah wanita paruh baya itu menghentikan pukulannya. Setelah ia benar-benar puas melampiaskan semua amarah ke dalam tubuh anak tirinya.
Setelah Maulida pergi, Kesya kembali menangis. Namun suara tangisannya ia sembunyikan di dalam kedua lututnya. Tangisan yang hanya bisa ia sembunyikan di dalam hatinya. Sebab, jika Maulida mendengar tangisan dari Keisha, wanita itu pasti akan kembali dan memukul tubuhnya lagi. Siksaan demi siksaan selalu dirasakan oleh gadis malang itu. Seluruh tubuhnya lebam dan juga berdarah. Bekas luka akibat siksaan kemarin belum mengering, tetapi hari ini siksaan baru dan luka baru telah tertoreh kembali.
Perlahan sambil menahan rasa sakit yang berat, kisah mencoba bangun dari duduknya. Ia berjalan sambil memegangi dinding dan beranjak ke kamar mandi. Gadis malang itu membuka pakaiannya, tampaklah luka-luka yang menyakitkan di seluruh tubuhnya. Dengan sedikit tenaga yang ia miliki, Keisha mengambil obat, lalu mencoba memberikan obat itu kepada seluruh luka yang ada di dalam tubuhnya. Air mata terus mengalir membasahi pipinya yang sudah sembab. Gadis berkulit hitam itu mengambil sebuah kain, lalu meletakkan kain ke dalam mulutnya agar saat ia memberikan obat kepada lukanya, mulutnya tidak memberikan suara.
"Keisha?" belum selesai gadis belia itu membersihkan kan seluruh luka yang ada di tubuhnya, sang ibu tiri sudah kembali memanggilnya dengan suara yang sangat keras. Suara yang membuat tubuh Keisha gemetar karena rasa takut yang seketika merasuki hatinya. Secepat mungkin gadis malang itu mengenakan pakaian seadanya. Sambil menahan sakit, ia berjalan mendekati sang ibu yang sedang duduk di ruang tamu.
"Apa yang kamu lakukan? Berani sekali kamu bermalas-malasan sementara aku terus saja bekerja untuk memberimu makan!" hardik Maulida.
"Maafkan saya bu!" ucap Keisha sambil menundukkan kepala. Sekuat tenaga ia mencoba menahan rasa sakit yang hadir di seluruh tubuhnya. Tetapi tetap saja rasa sakit itu terus menjejali hati dan pikirannya.
"Apa kamu menangis?" Maulida sangat marah karena melihat tetesan air mata tampak di kedua mata Kesya. Rasa sakit yang dirasakan oleh gadis Malang itu membuat air matanya mengalir tanpa bisa dihentikan.
"Tidak Bu!" Keisha menggeleng sambil menghapus air mata.
"Apakah aku menyiksamu?" tanya Maulida dengan suara garang.
"Tidak Bu!" jawab Keisha.
"Bagus!" Maulida sangat puas dengan jawaban yang diberikan oleh anak tirinya itu.
"Sekarang, kamu harus membantu saya. Cuci semua pakaian yang sudah ada di belakang. Semua pakaian itu harus selesai dicuci dengan bersih malam ini juga. Jika kamu tidak menyelesaikannya maka kamu akan mendapatkan hukuman!" hari sudah hampir malam, gadis Malang itu belum mendapatkan sedikitpun makanan. Perutnya terasa sangat lapar, tetapi Maulida tidak memberikannya sesuap nasi pun. Bagaimana Keisha bisa menyelesaikan pekerjaan sebanyak itu sementara tubuhnya juga masih terasa sakit ditambah perutnya yang sangat lapar.
Maulida memiliki usaha laundry, dari sanalah kebutuhan keluarga itu bisa tercukupi. Cucian yang ada di belakang adalah cucian dari pelanggan Maulida. Dan setiap malam, Keisha bekerja keras untuk membersihkan semua pakaian itu tanpa beristirahat sama sekali.
"Apakah kamu lapar?" tanya Maulida sambil tersenyum sinis kepada Keisha. Gadis belia itu hanya mengangguk pelan berharap agar ibu tirinya memiliki sedikit belas kasihan dan bisa memberikan sesuap nasi sebagai tenaganya untuk menyelesaikan semua pekerjaan. Dari pagi hanya sepotong roti kecil yang masuk ke dalam perutnya.
"Kamu saya hukum tidak boleh makan, sebelum semua cucian itu selesai!" perintah Maulida kemudian ia pergi meninggalkan Keisha.
Gadis Malang itu, mengumpulkan sisa tenaganya dan bergegas menuju ke tempat dimana ia harus mengerjakan semua pekerjaan yang cukup berat. Kesya tidak bisa menyerah dan berhenti begitu saja. Karena nasib sang ayah sedang diperjuangkan.
Sejak setahun yang lalu Sudirman menderita sakit, hingga pria paruh baya itu tidak bisa menggerakkan kedua tangan dan juga kedua kakinya. Sudirman hanya bisa duduk di kursi roda tanpa bisa melakukan apapun. Semua kebutuhan Sudirman dan Keisha ditanggung oleh Maulida. Karena itulah Maulida selalu menghukum Keisha dan merasa bahwa keluarga itu adalah pembawa sial bagi kehidupannya. Sejak Sudirman sakit, siksaan yang diberikan oleh Maulida kepada Keisha semakin berat. Pekerjaan yang harus dilakukan Kesya juga semakin banyak. Tetapi gadis itu harus bertahan demi sang ayah yang sangat ia sayangi.
Sambil menahan rasa sakit yang ada di dalam tubuhnya, gadis malang itu terus berusaha keras mencuci semua pakaian. Tenaganya sudah hampir terkuras habis, tubuhnya sudah sangat lemah hingga matanya pun berkunang-kunang. Namun Keisha harus tetap bertahan. Ia berharap ada malaikat yang datang menolong dirinya agar kisah mampu menyelesaikan semua pekerjaan.
Pukul dua dini hari, barulah gadis Malang itu selesai mengerjakan semua pekerjaan. Kemudian ia pun berjalan menuju kamarnya. Ruangan dua kali dua itu bahkan tidak layak disebut sebuah kamar, tetapi di sanalah Keisha beristirahat.
Saat gadis Malang itu hendak mengambil nasi untuk mengisi perutnya yang sudah terasa sangat lapar, ia pun terjatuh dan pingsan seketika. Tubuhnya sudah terasa sangat lemah sehingga dia tidak memiliki tenaga lagi.
***
Keesokan hari, Keisha terbangun dan ternyata semalaman ia tertidur di dapur. Gadis belia itu segera bangun dan menyiapkan sarapan seperti biasa. Lalu, tanpa memakan apapun Keisha pergi ke sekolah. Di dalam Di dalam perjalanan menuju sekolah, Keisha bermenung. Pikirannya dipenuhi dengan masalah yang tidak kunjung mendapatkan solusi.
Keisha adalah gadis yang pintar dan ceria, Karena itulah gadis berkulit hitam itu bisa mendapatkan beasiswa di sekolah bergengsi. Namun setelah kepergian sang Ibu dan pernikahan sang ayah dengan ibu tirinya membuat kehidupan gadis Malang itu berubah drastis. Keceriaan menghilang dari wajahnya, kebahagiaan menghilang dari kehidupannya, impian atas masa depan yang gemilang pun menjadi sirna. Prestasi pun mulai memudar. Hanya demi menyelamatkan bea siswa lah ia tetap harus belajar keras, tetapi ia tidak pernah menikmati prestasinya.
Gadis Malang itu sangat merindukan sang ibu, ingin rasanya ia pergi menyusul wanita yang sangat ia cintai itu. Sumini adalah ibu yang sangat baik dan penyayang, ibu kandung dari Keisha itu sangat menyayangi Putri satu-satunya. Hari-hari bersama sang Ibu adalah hari-hari yang paling membahagiakan bagi Keisha. Setiap hari gadis kecil itu selalu bercerita kepada ibunya, tentang pelajaran sekolah yang membuat dirinya sangat bersemangat. Tentang teman-temannya yang terkadang suka jahil kepada dirinya. Tentang kulitnya yang hitam dan juga kacamata tebal yang selalu ia kenakan kemanapun Kesya pergi. Mengundang tawa dan hinaan banyak orang. Tetapi Sumini selalu memberikan motivasi kepada sang putri. Dia mengatakan bahwa warna kulit bukankah nilai yang bisa membuat seseorang yang yang maju atau berjalan di tempat. Yang membuat seseorang bernilai adalah kualitas hati dan kualitas diri yang dimilikinya.