"Penghianat?" Glen mengernyitkan dahinya, "Mana mungkin--"
"Glen, penjelasannya Yuki cukup make a sense, kalo bukan penghianat apa coba? Lo punya argumen lain buat menentang hipotesisnya Yuki?" Juwita menoleh.
"Bukan gitu, maksud gue, nggak mungkin kan penghianat itu orang biasa?"
"Dia orang yang berpengaruh kalo menurut gue," Juna menimpali.
Felix tampak berpikir sebentar lalu mendongak, "Dan nggak cuma satu,"
"Hah? Tau dari mana lo,"
"Gini loh Jun, kalo lo liat orang yang ngasih kita makan sama ngambil cucian tiap hari, pasti beda-beda, kadang perempuan kadang laki-laki--"
"Kadang waria," asal Felix, "Okeoke gue ngerti,"
"Lama-lama makin bikin pusing masalahnya," Arjun mengerang kesal, "Sekarang mending kita tidur dulu, udah jam 11,"
"Kita tidur di mana dong?" tanya Nancy polos, "Kita belum tau kamarnya mana,"
"Kamar sebelah," jawab Arjun, "Kata Kak Maurine sih gitu,"
"Eh! Gara," seru Yuki, "Astaga sampe lupa belum gue tengokin dari pagi,"