Aku menurunkan ponselku perlahan dari telinga dan kembali mengangkat pandanganku menatap Yi Ahn yang berbalik masuk ke dalam kelasnya. Ia tersenyum melihatku menatapnya dan aku pun mengangkat tanganku, melambai kecil ke arahnya sambil tersenyum manis. Setelah melihat punggungnya hilang ke dalam kelas aku pun bangkit dari kursi yang ku duduki hendak kembali ke kelas, namun langkahku terhenti. Mataku bertemu dengan mata Ye Rin yang berdiri menatapku entah sejak kapan, membuat perasaanku semakin terasa berat. Aku memaksakan senyum canggung dan menggerakkan tanganku melambai kecil ke arahnya
"Ye Rin –ah annyeong..." sapaku canggung
"oh, So Eun –ie" balasnya menyapa.
Aku membuka mulutku namun suaraku tidak sempat keluar karena bunyi bell masuk yang menandakan jam istirahat telah selesai. Aku pun memutar mataku cepat lalu memaksakan tawa kecil "kalau begitu aku kembali ke kelas dulu, bellnya sudah berbunyi" sahutku secepat mungkin menyembunyikan hal yang sebenarnya ingin ku bicarakan. Aku pun segera berjalan cepat melewati Ye Rin namun ia menghentikan langkahku
"tunggu!" tahannya,
aku pun memejamkan mataku erat sambil mengepalkan tanganku gelisah sejenak sebelum akhirnya menghela nafas pendek dan berbalik menatap Ye Rin, aku memaksakan senyum kecilku "wae?" tanyaku berusaha terdengar biasa.
Ye Rin tampak ragu sejenak "tentang Chae Ryung..." bukanya,
mendengar nama Chae Ryung disebut dalam pembicaraan ini aku pun mulai merasa ada yang semakin tidak beres. Aku terus berusaha besikap biasa meskipun sebenarnya dalam hati aku sangat ingin tahu, aku mengangkat alisku
"ada apa dengan Chae Ryung?" tanyaku hati – hati
"dia mengatakan padaku tentang perasaannya pada Yi Ahn oppa..." jelasnya singkat.
Mataku melebar kaget mendengar kabar itu, aku tidak percaya bahwa Chae Ryung akan seberani itu mengatakan perasaannya soal Yi Ahn pada Ye Rin. Tapi jika aku boleh jujur, aku ingin tahu tentang hal lain, bukan tentang itu. Aku berdeham sambil menggaruk kecil belakang kepalaku bingung
"benarkah? Apa yang kau katakan padanya?" tanyaku berbasa – basi
"aku tidak tahu apa yang harus aku katakan, aku tidak terima mendengar itu" jelas Ye Rin.
Mataku sedikit melebar kaget mendengar jawaban Ye Rin, aku mengedipkan mataku beberapa kali berusaha mengendalikan diriku cepat "apa yang akan kau lakukan sekarang?" timpalku. Aku pun semkain menghawatirkan hal yang ku duga – duga selama ini 'apa Ye Rin akan menyatakan perasaannya sebelum Chae Ryung menyatakannya duluan?' itu membuatku semakin ingin menjaga perasaan Ye Rin. Aku pun memberanikan diri mengangkat pandanganku menatap Ye Rin lurus
"Ye Rin –ah.. apa-" kataku terhenti.
Aku pun menahan diriku dan berfikir ulang sejenak sebelum menanyakan isi kepalaku pada Ye Rin. Aku sudah mengetahui perasaannya pada Yi Ahn meskipun ia tidak mengatakannya secara langsung padaku, namun aku ingin mendengar hal itu sendiri darinya. Aku merasa seperti akan memulai perkara baru jika aku berani menanyakan 'apa kau juga menyukai Yi Ahn sunbae?' tentu saja itu akan membuat Ye Rin semakin salah paham padaku. Aku pun melipat kedua bibirku ke dalam mulut sambil menurunkan pandanganku lesu, aku yang tersadar akan ke bodohan singkatku barusan menghembuskan nafas kecil dan memaksakan senyum kaku di ujung bibirku
"lupakan, ayo kita kembali ke kelas!" tepisku cepat lalu berjalan melewati Ye Rin.
Pembicaraan hari itu justru semakin memperburuk keadaan. Ye Rin menjadi lebih murung dari biasanya, itu membuatku semakin menyalahkan diriku. Teman – temanku yang semakin terdesak akan situasi tidak enak ini pun akhirnya mengutarakan pendapatnya setelah sekian lama memilih untuk diam dan menonton. Beberapa hari setelah pembicaraan canggung yang singkat antara aku dan Ye Rin, Tae Hyung mendatangiku dan mengajakku pulang bersama. Tentu saja aku menerima ajakan itu, aku sangat ingin pulang bersama mereka lagi, membicarakan banyak hal sambil bergurau sepanjang perjalanan pulang. Namun apa yang terjadi malah kebalikan dari apa yang ku harapkan, ajakan pulang itu menjadi umpan teman – temanku untuk mengajakku bicara mengenai kecanggungan yang terjadi antara aku dan Ye Rin.
Ketika bell pulang berdering keras aku pun membereskan barangku tidak sabar untuk pulang bersama dengan teman – teman yang ku rindukan seperti dulu, aku pun berlari cepat meninggalkann kelas hendak menunggu teman – temanku di depan gerbang seperti biasanya, namun mereka telah menungguku di depan kelas dan menarikku ke gedung lapangan sekolah. Aku dan Tae Hyung berdiri berhadapan, sementara Woo Hee dan Hye In berdiri di samping kiri dan kanan Tae Hyung menatapku lurus. Melihat tatapan tidak biasa yang ku terima itu, aku pun menjadi yakin bahwa ada hal yang tidak beres kali ini, namun aku tidak mau berfikiran buruk kepada teman – temanku dan berusaha bersikap biasa. Aku memaksakan senyum kecil di bibirku
"kenapa kita kesini? Katanya mau pulang..." tanyaku berusaha tidak merasakan apapun
"So Eun –ah, tentang Ye Rin..." buka Tae Hyung terhenti ragu.
Mendengar nama Ye Rin keluar dari mulut Tae Hyung aku pun mataku melirik kecil menghindari tatapannya dan perasaanku yang ragu pun berubah menjadi tegang 'sudah kuduga' kataku yakin dalam hati. Aku mengigit kecil bibir bawahku menunggu Tae Hyung melajutkan kata – katanya cemas
"aku rasa dia menyukai Yi Ahn sunbae" lanjutnya hati – hati.
Mendengar hal itu mataku pun melebar dan aku memutar kembali mataku menatap Tae Hyung lurus – lurus. Hye In meraih tanganku cepat dan menggenggamku erat "So Eun, kamu tidak menyukainya juga kan?" tanyanya tanpa basa – basi, aku pun menggeleng kecil merespon pertanyaan Hye In. Aku memang tidak menyukai Yi Ahn saat itu, aku hanya menganggapnya sebagai teman terbaik bagiku, tapi bagi mereka yang melihat kedekatan kami itu bukan sekedar hubungan teman biasa, mereka mengira aku juga menyukainya. Seperti yang Ye Rin kira. Namun hari itu aku hanya menyangkal perasaanku, aku menyukainya, tapi aku terus berusaha menyagkalnya, perasaan yang tidak seharusnya ada dalam hatiku itu. Aku pun menatap teman – temanku satu – persatu lurus
"kenapa kalian bisa berfikir bahwa aku menyukainya?" tanyaku ingin mendengar pendapat mereka
"karena kau terlihat seperti itu..." timpal Hye In terhenti, ia melangkahkan kakinya berdiri di hadapanku, tatapannya pun berubah tajam membuat suasana terasa semakin menekan. Hye In menghalangi pandangan Tae Hyung dariku, membuat mataku hanya terfokus pada wajah tegasnya "kau senang berada di dekatnya kan?" tanyanya menyudutkanku. Mataku melebar kecil, tubuhku pun sedikit bergetar melihat tatapan itu. Tanganku mengepal kuat seiring dengan mulutku yang terbuka perlahan
"aku memang senang" jawabku yakin.
Mendengar jawaban itu teman – temanku pun kompak melebarkan matanya kaget, mereka tidak percaya akan kejujuranku kali ini. Aku tidak lagi ingin menyembunyikan apapun dari mereka, sorot mataku pun semakin tajam menatap teman – temanku
"wae?" tanyaku menantang
"kenyataan itu yang menyakiti hati Ye Rin!" bentak Hye In menimpali kata – kataku.
Mataku berkaca – kaca mendengar bentakan Hye In yang tidak pernah ku dengar sebelumnya, aku bahkan belum menjelaskan apapun pada mereka namun mereka sudah mengambil kesimpulan mereka sendiri. Nafasku terasa sesak dan aku pun menundukkan kepalaku sambil memejamkan mataku, air mataku langsung menetes cepat ketika mataku terpejam. Aku menghembuskan nafas berat dari mulutku dan membuka mataku menatap mereka kecewa "apa yang kalian pikirkan hanya perasaan Ye Rin?" tanyaku datar, aku berusaha menahan tangisku "lalu aku? Bagaimana denganku?" sahutku lagi dengan nada sedikit naik. Air mataku terus menetes deras membasahi pipiku, aku menatap teman – temanku satu persatu bergantian. Mereka hanya terdiam, mematung menatapku dengan ekspresi yang sulit ku tebak, namun saat itu aku berharap dalam hati. Aku berharap mereka menyimpan sedikit rasa bersalah padaku hari itu. Aku mengalihkan pandanganku sambil menghembuskan nafas besar yang menyesakkan dadaku, aku mengusap air mataku cepat dengan punggung tanganku lalu kembali menatap teman – temanku tajam
"perasaanku tidak seperti yang kalian pikirkan, tidak! Aku tidak pernah menyukainya" sangkalku tegas sambil menatap mereka lurus bergantian "apa kalian puas?" lanjutku menekan.
Aku membelokkan kakiku hendak melangkah pergi meninggalkan lapangan itu, namun Woo Hee menahan lenganku cepat "Eun –ah" tahannya. Aku membalikkan badanku perlahan dan melihat tangannya yang menggenggam erat lenganku, aku pun mengangkat pandanganku menatap Woo Hee diam
"mianhae..." ucapnya merasa bersalah
"lupakan, sekarang aku tahu bagaimana penilaian kalian terhadapku" tepisku cepat sambil menarik lenganku dari genggamannya dan melanjutkan langkahku.
Aku menundukkan kepalaku seiring air mataku yang kembali menetes menahan rasa perih yang menggerogoti hatiku, dadaku terasa semakin sesak namun aku berusaha menahan rasa sakit itu. Aku mengangkat kepalaku berusaha tetap kuat dan melanjutkan langkahku, namun mataku bertemu dengan mata seseorang yang membuat langkahku terhenti begitu saja "Yoo So Eun" panggil Yi Ahn ragu. Aku pun menundukkan kepalaku cepat menyembunyikan tangisku dari orang yang menghentikan langkahku itu, aku menghembuskan nafas besar dari mulutku merasa terdesak oleh situasi yang diluar kendali ku ini. Aku pun memutuskan untuk melanjutkan langkahku melewati Yi Ahn begitu saja dan pergi secepat mungkin meninggalkan teman – temanku.
000
Aku hanya meringkuk di atas kasurku setelah hari berat yang ku lalui barusan. Ponselku terus bergetar setiap detik dan pemberitahuanku penuh dengan teman – temanku yang mengirimku pesan permintaan maaf. Aku siap untuk memaafkan mereka tapi saat ini aku hanya ingin sendiri, aku tidak ingin berbicara dengan siapapun dan aku hanya ingin menikmati kesunyian yang menyelimuti kamarku. Setelah getaran singkat berulang kali terjadi, tiba – tiba getaran panjang datang dari ponselku, aku yang merasa terganggu dengan getaran panjang itu pun membalikkan badanku dan meraih ponselku melihat nama yang tertera di layar. Mataku melebar melihat Yi Ahn menelfonku, aku pun melempar kecil ponselku teringat akan kejadian yang aku sadari memalukan tadi, seluruh isi kepalaku seakan menyalahkanku 'kenapa kau menangis di depannya? Dasar memalukan!' aku pun mulai mengacak – acak rambuku kesal. Setelah getar panjang itu berhenti, aku pun kembali meraih ponselku dan melihat pemberitahuan yang masuk dari Yi Ahn, singkat, jelas, dan menyentuh
"gwaenchanha?"
Aku pun menggerakkan jariku perlahan, tiba – tiba telfon kembali masuk bersamaan dengan gerakan jariku, yang membuatku tidak sengaja mengangkat telfon itu. Aku pun semakin mengutuk diriku dan akhirnya menempelkan ponselku ke telinga
"hallo..." sapaku canggung.
Aku menyelipkan kedua bibirku kedalam mulut sambil memainkan mataku gugup tidak kunjung mendengar suara Yi Ahn dari seberang telfon. Aku pun berdeham kecil hendak mengatakan sesuatu lagi namun suaraku tertahan oleh sahutan Yi Ahn
"gwaenchanha?" tanyanya hati – hati.
Aku membenarkan posisi duduku memeluk kedua kakiku, lalu menopangkan daguku di atas lutut dengan senyum kecil terukir di ujung bibirku "hmm.. aku merasa lebih baik" gumamku pelan. Hembusan nafas kecil terdengar dari seberang telfon, suara Yi Ahn pun terdengar lebih santai
"apa kamu mau menceritakannya padaku?" tanyanya
"apa?" timpalku balik bertanya
"alasan kau menangis" jawabnya hati – hati.
Sorot mataku pun menjadi sayu dan aku menggeleng kecil "tidak bisa, aku... tidak bisa menceritakannya" jawabku lesu
"apa itu rahasia besar?" tanyanya mencari cela untuk tahu apa masalahku,
"hmm... aku ingin menceritakannya jika aku bisa, tapi sepertinya aku tidak bisa" jelasku lembut.
Yi Ahn terdengar kembali menghembuskan nafas besar lalu ia terdiam sejenak "baiklah, aku paham" sahutnya menerima.
Senyum kecilku kembali tersungging, aku sangat berterima kasih karena ia mengerti dan tidak lagi mengungkit masalah itu. Karena aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika Yi Ahn tahu bahwa masalahku bersumber darinya, jika ia tahu secara tidak langsung kau menangis karena dia. Dia pasti akan sangat merasa bersalah.
"Yoo So Eun" panggilnya dari seberang telfon,
"hmm"
"jika kau ingin menangis... datanglah padaku..." bukanya terdengar gugup.
Mataku melirik bingung mendengar perkataan Yi Ahn barusan, aku memeluk lututku semakin erat dan memberanikan diriku menjawab perkataannya itu "wae?" tanyaku hati – hati. Mendengar pertanyaanku yang tidak mengerti itu Yi Ahn meleparkan tawa kecilnya
"karena aku akan memelukmu" jawabnya dengan suara lembut yang tulus.
Mataku melebar mendengar jawabannya itu, tanpa kusadari kata – kata itu saja telah mengobati rasa sakit di hatiku. Senyum manis pun perlahan mulai tersungging dari ujung bibirku, aku tidak bisa percaya kata – kata itu dapat menjadi penghiburan besar bagiku, kata – kata itu membuatku percaya bahwa Yi Ahn adalah satu – satunya orang yang dapat melihat perasaan sedih yang ku sembunyikan dengan jelas. Aku berterma kasih akan kehadirannya saat itu. Setelah pembicaraan itu suasana pun terasa mencair seketika, kami membicarakan banyak hal tentang diri kami. Apa yang aku suka dan tidak aku suka, begitu juga sebaliknya, Yi Ahn juga menceritakan tentang dirinya, apa yang dia suka dan yang tidak dia suka. Aku pun kembali teringat akan perkataan Ye Rin bahwa ia sedang menyukai seseorang di kelasnya, rasa jahil dalam diriku pun mengambil alih diriku dan aku mulai menggodanya agar ia mau menceritakannya padaku
"sunbae" panggilku jahil
"wae?" jawabnya singkat.
Tawa geli yang sejak tadi ku tahan terlepas begitu saja, aku pun membuka mulutku cepat dengan nada berguarau "aku dengar sunbae menyukai seseorang di kelasmu" timpalku jahil sambil mengepalkan tanganku di depan bibir geli. Mendengar perkataanku itu tawa Yi Ahn pecah begitu saja, aku yang mendengar tawa lepasnya yang terbahak – bahak itu menurunkan ponselku dari telinga dan menatap ponselku tercengang menghembsukan nafas kecil dari mulutku "mwoya..." gumamku kaget. Aku kembali menempelkan ponselku ke telinga mendengarkan tawa lepas Yi Ahn yang perlahan mereda, aku hanya diam menunggunya melepaskan tawa sepuasnya sambil menggeleng kecil heran dengan sikap barunya yang ku ketahui itu. Setelah melepaskan tawa besar itu, ia hanya diam tidak mengatakan apapun, membuatku semakin ingin mendesaknya
"hey, ayo katakan!! Kau menyukai seseorang kan?" paksaku
"kau masih kecil untuk tahu itu" timpalnya mengelak
"kalau begitu berarti jawabannya iya" sahutku tidak mau kalah.
Tawa kecil kembali terdengar dari seberang telfon, Yi Ahn terdengar meperbaiki posisi duduknya sejenak lalu menjawabku "terserah kau jika kau berfikir begitu" sahutnya santai. Aku pun mengerutkan bibirku cemberut kecewa mendengar jawban yang tidak aku harpakan itu, namun itu membuatku semakin tertantang untuk mencari tahu jawaban pastinya
"bagiku tidak ada salahnya mengakui jika kau menyukai seseoranng, aku juga akan meneritakannya pada sunbae jika aku punya seseorang yang ku sukai" sahutku membuka cela baru untuk tahu.
Yi Ahn terdiam mendengar perkataanku barusan, ia sepertinya berfikir kembali untuk menceritakannya padaku, aku pun menunggu dengan harap sambil menggigit kecil bibir bawahku. Namun Yi Ahn tidak kunjung mengatakan apapun membuat harapanku semakin jatuh, aku menghela nafas kecil "baiklah, jika sunbae tidak mau cerita juga tidak akan memaksa" sahutku lesu. Keheningan kembali menyelimuti pembicaraan kami, aku pun mulai merasa bersalah dan berfikir buruk 'apa ada perkataanku yang menyinggungnya? Apa aku terlalu memaksanya? Haruskah aku meminta maaf dan mengakiri pembicaraan? Apa aku tutup saja telfonnya?' pikiran – pikiran buruk terus mengahrtuiku dalam keheningan ini. Keningku pun mulai berkerut dalam dan aku berdeham kecil
"sun-" "aku menyukai seseorang" timpalnya menyela perkataanku
"ne?" tanyaku tidak percaya ia akan mengakuinya padaku.
"hmm, aku menyukai seseorang" ulangnya sekali lagi.
Aku membuka mulutku kaget dan menutupya dengan tanganku yang bebas, tanpa ku sadari tawa geli terlepas dari mulutku "omooo (1)..." teriakku geli. Mendengar reaksiku itu tawa kecil Yi Ahn terdengar dari seberang telfon
"wae?"
aku menggeleng cepat "mmm... aniyo, aku merasa geli saja, aku tidak menyangka sunbae akan terbuka padaku" jelasku sambil menahan tawa geliku. Yi Ahn bergumam remeh "jadi kau tidak mempercayaiku?" tanyanya terdengar kesal, aku pun kembali menggeleng cepat "tidak... tidak... jangan salah paham dulu" bantahku berusaha menjelaskan. Mendengar reaksiku itu, Yi Ahn langsung tertawa lepas dan membuatku tersadar bahwa ia hanya menjahiliku, senyumku pun sedikit mengembang saat mendengar tawanya itu. Kami pun mengobrol kecil sampai rasa kantuk datang menyerang kami, aku menguap besar sambil mendengarkan cerita Yi Ahn dari seberang telfon. Menyadari suara angin yang terdengar keras dari seberang telfon Yi Ahn pun menghentikan ceritanya yang belum selesai itu "hey! ini sudah sangat larut, tidurlah kita bisa lanjutkan ceritanya besok" sahutnya cepat menyuruhku tidur. Aku tersenyum lebar dan mengangguk kuat "hmm" gumamku, Yi Ahn terdiam sejenak "selamat tidur, Yoo So Eun" timpalnya lembut, aku berusaha menahan senyumku yang semakin melebar mendengar ucapannya yang lebut itu, aku berushaa mengontrol diriku cepat "hmm, selaamat tidur sunbae" ucapku selembut mungkin. Aku menurunkan tanganku dari telinga perlahan dan menjatuhkan badanku lepas ke atas kasur, aku memejamkan mataku perlahan dan nafas lega pun langsung terhembus besar dari mulutku. Aku merasa lega, bahwa hari ini berakhir lebih baik, bahwa bebanku dapat terangkat dan aku merasa lebih baik untuk menghadapi hari esok.
***
(1)Ekspresi kaget atau terkesan.