Aku menghembuskan nafas besar menatap gerbang sekolah yang terbuka lebar di hadapanku 'benar.. aku harus menghadapinya' kataku dalam hati meyakinkan diri, aku mengepalkan tanganku kuat dan melangkahkan kakiku penuh keyakinan masuk melewati gerbang sekolah dengan tatapan tajam yang sungguh – sungguh. Langkahku terhenti di bawah pohon sakura yang kini telah kehilangan daun dan bunganya yang indah. Mataku pun kembali terbayang saat aku pertama kali melihat bunga pohon itu bermekaran indah, waktu yang ku lalui disini sangat cepat berlalu, aku tersenyum kecil lalu menurunkan pandanganku sambil memasukkan kedua tanganku ke dalam saku jaketku. Aku membalikkan badanku melangkah hendak pergi ke kelas, namun langkah kaki yang datang menghampiriku menghentikan langkahku. Sorot mataku menjadi sayu tiba – tiba dan aku menurunkan pandanganku begitu saja, aku kembali teringat akan perkataan Yi Ahn semalam
"aku tidak tahu apa masalahmu, tapi jika teman – temanmu melakukan kesalahan maafkanlah, meski itu sulit tapi lebih sulit untuk menemukan teman yang setia dan mau menerimamu seperti mereka menerimamu."
Aku pun menaikkan pandanganku dan menatap teman – temanku lurus, senyum perlahan tersungging di bibirku "mianhae" ucapku tulus. Mendengarku meminta maaf kepada mereka, teman – temanku menunjukkan ekspresi kaget yang sama, mereka terlihat sangat canggung dalam sekejap "seharusnya kami yang minta maaf" sahut Hye In sambil menggaruk belakang kepalanya canggung. Aku menunduk dalam sambil tersenyum lebar, perasaanku jauh lebih baik darri sebelumnya, bebanku terasa terangkat dan aku dapat tersenyum dengan tulus. Hari – hariku pun kembali seperti yang aku harapkan, aku di kelilingi teman – teman yang ku sayangi, meskipun kami berbeda, jika kami dapat saling menerima semuanya akan baik – baik saja. Aku pun akhirnya memperkenalkan mereka pada Ae Lee, Yoo Jin, dan So Won dan aku lega karena mereka dapat berteman akrab dengan teman – temanku. Satu hal tersisa yang harus aku luruskan saat ini, yaitu hubunganku dengan Ye Rin yang sangat tidak baik. Ye Rin semakin menjauh dari kami semua dan ia selalu menyendiri di dalam kelas, itu membuatku semakin merasa bertanggung jawab atas perubahan sikapnya itu.
Jam istirahat pun tiba, teman – temanku pun langsung menutup bukunya cepat dan berlari meninggalkan meja mereka berlari menuju kantin. Yi El menghentikan langkahnya dan menoleh cepat
"So Eun –ah cepatlah..!!" teriaknya mendesakku
"baiklah... baiklah, sembentar" timpalku cepat sambil merapikan mejaku.
Aku pun berdiri hendak meninggalkan mejaku, tanpa sengaja aku menoleh menatap Ye Rin yang masih di bangkunya dengan kepala yang terbaring di atas meja lemas menatap ke arah jendela. Mataku pun menjadi sayu dan aku menoleh sekai lagi menatap Yi El yang menungguku di depan pintu kelas, aku pun menoleh sekali lagi menatap Ye Rin terdiam ragu. Aku pun melangkahkan kakiku menghampiri Yi El yang menatapku paham akan isi hatiku
"mianhae" ucapku sambil meringis canggung
Yi El tersenyum lebar lalu menggenggam tanganku kuat "selesaikan semuanya dengan baik, kau pasti bisa" timpalnya memberiku kekuatan.
Aku pun melangkah mendekati mejanya dan duduk di meja kosong sampingnya "apa yang kau pikirkan?" tanyaku tiba – tiba membuatnya mengangkat kepalanya kaget menoleh ke arahku. Mata Ye Rin perlahan meredup setelah mengetahui bahwa aku yang menghampirinya, ia melipatkan tangannya di atas meja dan membaringkan kepalanya di atas lengannya sambil menatap kosong lemas. Aku pun menghela nafas panjang dan duduk di bangku sebelah Ye Rin, aku ikut melipat tanganku di atas meja dan membaringkan kepalaku menghadapnya lurus. Alisku berkerut sedih melihat raut wajah lesu dan tatapan sayu yang terpajang di wajah Ye Rin, aku menghembuskan nafas besar dari mulutku singkat lalu membuka mulutku
"Ye Rin –ah.." panggilku lembut.
Ye Rin hanya diam menatap kosong entah kemana, namun aku tahu bahwa ia tidak mengabaikan panggilanku. Aku membenarkan posisi kepalaku agar aku bisa menatapnya lurus, lalu kembali membuka mulutku
"mianhae" ucapku tulus.
Ye Rin tampak mengepalkan tangannya kuat dan bibirnya pun mulai bergetar, ia berusaha mengendalikan perasaannya dengan menghembuskan nafas panjang dari mulutnya "untuk apa?" tanyanya pelan
"untuk segalanya..." jawabku sambil memaksakan senyum kecil di bibirku.
Aku pun terus teringat bahwa kata – kata "segalanya" itu tidak akan cukup untuk menyembukan luka di hati Ye Rin, aku pun membuka mulutku lagi "karena aku telah menyakiti hatimu, karena aku tidak menjelaskannya padamu dengan baik" tambahku dengan suara bergetar menahan tangis yang ingin pecah dari mulutku.
Ye Rin memejamkan matanya mendengar perkataanku dan air mata pun langsung mengalir melewati batang hidungnya cepat, ia menghembuskan nafas panjang dari mulutnya dan menutup mulutnya diam. Melihat air mata jatuh dari ujung mata Ye Rin membuatku tak sanggup lagi menahan tangisku, air mataku ikut jatuh melewati batang hidungku. Aku pun memberanikan diriku mengulurkan tangan dan menggenggam erat tangan Ye Rin. Perasaan bersalah yang ku pendam selama ini perlahan mencair, dan Ye Rin pun menggenggam erat tanganku sambil menumpahkan tangis yang selama ini selalu ia tahan.
000
Semuanya terasa telah membaik, aku sangat lega karena keputusanku untuk menghampiri Ye Rin dan mengatakan maaf hari itu. Aku tidak membayangkan apa yang terjadi jika hari itu aku tetap egois dan membalikkan badanku dari Ye Rin, mungkin semuanya tidak akan berakhir baik – baik saja seperti yang aku harapkan. Aku menutup diaryku dengan senyuman setelah menuliskan isi hatiku hari itu dan menjatuhkan diriku lega ke atas kasur. Nafas lega untuk kesekian kalinya terhembus dari mulutku 'semuanya akan benar – benar baik kali ini' simpulku dalam hati. Aku yang sangat yakin bahwa semuanya akan baik – baik saja, memejamkan mataku perlahan dan membawa kebahagiaan kecil itu kedalam tidurku yang nyenyak.
***