Chereads / 3 Times / Chapter 22 - CHAPTER 21:NATAL

Chapter 22 - CHAPTER 21:NATAL

Akhirnya aku menyimpan segala kecemasan itu sendirian, tentunya aku bersikap seolah tidak terjadi apapun di hadapan Yi Ahn. Aku menghembuskan nafas panjang untuk kesekian kalinya sambil mendongak menatap kosong ke arah langit. Aku menyenderkan kepalaku ke jendela kamarku, otakku terus teringat akan perpisahan kami yang sembentar lagi akan terjadi ketika aku sedang seorang diri. Aku mengangkat jariku mengorek kecil jendela kamarku lesu, tiba – tiba pintu kamarku terbuka lebar membuatku menoleh kaget dan berdiri canggung menghadap ke arah pintu

"ayo makan!" sahut eonni cepat,

"o- oh..." timpalku canggung.

Eonni mengerutkan keningnya kecil lalu menutup pintu kamarku pergi ke ruang makan cepat. Aku menghembuskan nafas lega dari mulutku setelah eonni menutup rapat pintu kamarku, aku berjalan santai ke arah pintu, namun langkhaku terhenti melihat ponselku yang tergeletak diam di atas meja belajarku. Aku menekan tombol ponselku melihat layar yang tidak menunjukkan notifikasi apapun sampai layar itu kembali mati, nafas besar kembali terhembus dari mulutku dan aku pun melanjutkan langkahku keluar dari kamar meninggalkan ponselku di atas meja kecewa. Seandainya aku menunggu sedikit lebih lama lagi, mungkin aku tidak akan keluar dari kemarku dengan perasaan kecewa.

Ponselku terus bergetar di atas meja menunggu jawaban dariku. Aku membuka pintu kamarku santai dengan perut kenyang, tiba – tiba mataku melebar penuh harap melihat ponselku yang menyala denga getaran panjang. Aku pun langsung berlari menghampiri ponselku dan melihat ke layar cepat, senyumku semakin mengembang dan rasa puas pun menjalari tubuhku. Aku meraih ponselku cepat dan menempelkannya ke telinga setelah menerima panggilan masuk itu

"hallo..." sapaku berusaha terdengar biasa

"apa kau tidur?" tanya Yi Ahn langsung.

Aku menggeleng cepat "aniyo... aku habis makan malam dengan keluargaku tadi" jelasku santai. Aku membalikkan badanku berjalan kecil ke depan jendela sambil mendengarkan suara Yi Ahn dari seberang telfon, dan menatap langit malam yang terasa lebih indah dari sebelumnya

"apa yang kau lakukan seharian ini? Aku sedikit bosan, biasanya aku bisa bertemu denganmu di sekolah, namun sekarang aku hanya bisa mendengarkan suaramu sambil membaca buku di malam hari" jelasnya.

Senyumku semakin merekah mendengar ceritanya itu "hmm... aku juga bosan" bukaku, aku menunduk kecil "aku bertemu dengan teman – temanku hari ini, Ye Rin memperkenalkan pacar barunya pada kami dan kami makan di café bersama" timpalku menceritakan apa yang kulakukan seharian ini. Yi Ahn tedengar menggerakkan ponselnya

"Ye Rin punya pacar?" tanyanya kaget

"hmm" gumamku mengiyakan sambil mengangguk kuat, aku menutup mulutku dengan mata melebar "sunbae tidak tahu?" tanyaku kaget.

Yi Ahn terdiam sejenak "hmm... aku tidak tahu" jawabnya terdengar kecewa.

Aku pun kembali menyalahkan diriku atas kejadian ini, ada berbagai kemungkinan jika Yi Ahn tidak tahu. Kemungkinan pertama: Ye Rin lupa memberitahunya, kemungkinan kedua: Ye Rin tidak berencana memberitahunya, kemungkinan ketiga: hubungan mereka menjadi canggung dan Ye Rin tidak berhubungan lagi dengannya. Disaat seperti ini aku hanya bisa mengutuk diriku. Hubunganku dan Ye Rin baru saja membaik, aku tidak siap jika hubungan kami menjadi kacau lagi karena masalah dengan orang yang sama. Aku pun memutar keras otakku mengalihkan pembicaraan dan membuka mulutku

"cuacanya sangat dingin, tapi salju tidak juga turun" bukaku mengalihkan topik

"hmm, karena itu aku tidak ingin pergi keluar" timpalnya terpancing.

Aku mengangguk lega "apa sunbae tidak bosan seharian di Rumah hanya karena cuaca dingin?" tanyaku,

"tidak, aku merasa lebih nyaman" timpalnya, "bicara soal salju pertama, apa yang akan kau lakukan saat salju pertama turun nanti?" tanyanya.

Aku pun memutar otakku berusaha memikirkan apa yang akan aku lakukan saat itu, namun seberapa keras usahaku tidak ada jawaban yang keluar dari kepalaku. Aku memiringkan kepalaku "mungkin.. tidur" putusku datar. Tawa Yi Ahn pecah mendengar jawaban tak terduga itu dariku, ia berusaha mengendalikan tawanya "kau ini, lucu sekali" timpalnya di sela tawa kecilnya. Ia menghembuskan nafas kecil dari mulutnya

"aku senang kau ada denganku saat ini" lanjutnya

"wae?" tanyaku penuh harap

"karena hanya kau yang bisa membuatku tertawa seperti ini" timpalnya.

Aku menundukkan kepalaku sambil tersenyum pahit mendengar jawaban yang keluar dari mulutnya itu, aku berusaha mengendalikan perasaanku "jika kau lulus dan kita berpisah sepertinya kau akan merindukanku" bisikku pelan

"apa?" tanyanya.

Mataku melebar kaget an aku mengangkat kepalaku cepat 'dia mendengarnya?' tanyaku dalam hati "ne?" tanyaku berpura – pura tidak tahu, "apa yang kau katakan tadi?" tanyanya lagi. Aku menggeleng cepat "tidak.. aku tidak mengatakan apapun" bantahku cepat, Yi Ahn menghembuskan nafas kecil

"aku yakin kau mengatakan sesuatu tadi" tepisnya curiga

"tidak... tidak ada" tepisku menekan.

Yi Ahn pun akhirnya jatuh dalam kepura – puraanku "baiklah, mungkin aku yang salah dengar" timpalnya mengalah. Aku pun menghembuskan nafas lega pelan dan keheningan pun menyelimuti kami, Yi Ahn terdengar melakukan sesuatu pelan lalu kembali menyahut dari seberang telfon

"jika kau tidak tahu apa yang akan kau lakukan saat salju pertama nanti aku akan memberimu ide, lakukanlah" usulnya bersemangat.

Aku mengerutkan keningku penasaran "mwo?" tanyaku

"tunggulah sampai hari itu datang" timpalnya jahil

"MWOYA..!" teriakku kesal.

Tawa Yi Ahn pecah begitu saja mendegar teriakan kesalku barusan, suara buku yang tertutup terdengar samar dari seberang telfon "sunbae tidak belajar?" tanyaku kaget. Yi Ahn langsung menjawab "tadinya aku belajar, tapi aku jadi malas" jawabnya santai, aku langsung menghembuskan nafas tidak percayaku mendegar jawaban yang keluar dari mulut Yi Ahn barusan. Selama aku mengenalnya hingga saat itu baru pertama kalinya aku mendengar bahwa ia malas berlajar

"wahh..." timpalku takjub

"wae?" tanyanya bingung

"aku baru tahu jika sunbae juga bisa merasa malas"

"hey, apa kau menghinaku?" timpalnya tidak percaya.

Mendegar perkataannya itu tawaku pecah begitu saja, aku tidak menyangka bahwa Yi Ahn memiliki sisi unik seperti ini "tidak, tentu saja tidak, hanya lucu saja, aku tidak menduga jika anak secerdas sunbae bisa merasa malas juga" jelasku membela diri. Kami tertawa bersaman setelah Yi Ahn mendengar penjelasanku "aku bukan dewa Yoo So Eun" timpalnya geli, aku menaikkan sebelah alisku jahil "aku tahu sunbae bukan dewa, karena dewa tidak bisa merasakan malas sepertimu" timpalku. Setelah gurauan kecil itu kami mengakhiri pembicaraan malam itu, pembicaraan yang panjang terasa singkat setelah sambungan telfon teputus. Aku pun kembali dalam keheningan dan kekhawatiranku akan perpisahan kami yang sedang datang menjemput

000

Hari – hari yang semakin dingin pun berlalu, meskipun kami saling mengirim pesan setiap hari rasanya tetap berbeda dengan pertemuan kami di sekolah yang rutin setiap hari. Aku hanya bisa membaca pesannya tanpa tahu ekspresi wajahnya saat membalas pesanku itu, aku hanya bisa mendegar suaranya tanpa bisa melihat senyumnya saat tertawa mendengar gurauanku saat itu. Aku berjalan pelan sambil menikmati pemandangan kota yang dipenuhi lampu gemerlap warna – warni, dan anak – anak yang berlairan kecil bermain satu sama lain bahagia. Aku pun duduk di satu bangku kosong taman yang ku lewati saat itu, aku menyandarkan tubuhku perlahan ke sandaran kursi dan mendongak menatap langit sambil menghembuskan nafas besar dari mulutku. Tiba – tiba satu titik kecil jatuh dan mendarat lembut di pipiku, mataku melebar dan aku mengusap pipiku cepat. Aku meihat titik air di ujung jariku dengan tatapan tidak percaya dan kembali mendongak menatap ke langit, titik – titik salju pun perlahan jatuh satu – persatu. Aku membuka tanganku sambil terus menatap ke langit penuh harapan dan akhirnya satu titik salju mendarat lebut di atas telapak tanganku, senyumku melebar dan aku pun segera mengeluarkan ponselku penuh harap.

Dalam hitungan detik ponselku pun berdering keras, harapanku pun terbayar penuh kebahagiaan melihat nama yang ku harapkan muncul di layar ponselku. Aku menggerakkan jariku menerima telfon yang masuk itu dan menempelkan ponselku ke telinga

"saljunya sudah turun" sahut Yi Ahn langsung dari seberang telfon

"hmm... aku sedang melihatnya" jawabku dengan senyum cerah sambil membuka tangan sebelahku merasakan salju yang turun deras

"kau sudah melakukannya" timpanya.

Aku menaikkan alisku tidak mengerti "mwonde(1)?" tanyaku tidak mengerti

"soal hari itu, hal yang kau harus lakukan saat salju pertama turun" sahutnya mengingatkanku akan pembicaraan kita hari itu yang ia maksud.

Mataku melebar teringat akan pembicaraan kami waktu itu, aku pun membuka mulutku "aku mengatakan pada sunbae aku akan tidur waktu itu, saat ini aku tidak tidur berarti aku belum melakukannya" gurauku. Yi Ahn tertawa kecil menanggapi guraukanku "bukan itu" tepisnya "aku mengatakan padamu, kalau aku akan memberi tahumu apa yang akan kau lakukan jika hari ini tiba" jelasnya serius. Aku mengangguk ingat akan pembicaraan kami waktu itu "hmm..." gumamku

"kau sudah melakukannya" simpulnya

"mwonde(1)?" tanyaku lagi,

"apa lagi? Tentu saja menutup hari ini bersamaku" timpalnya gagah.

Mataku melebar kecil mendengar perkataannya itu, pipiku pun memerah dan kehangatan memenuhi tubuhku ditengah angin dingin serta salju yang turun semakin deras hari itu. Kehangatan itu menyentuh ke dalam hatiku dan membuat senyumku perlahan tersungging manis. Aku tidak ingin dengan jelas bagaimana pembicaraan kami berakhir pada hari itu, namun aku terbagun di pagi hari seakan semuanya adalah mimpi yang sangat indah. Tanpa ku sadari, hari itu aku telah mennyukainya. Aku telah menyimpan perasaan yang tak ku sadari pada Yi Ahn.

000

Bell Gereja bergema keras hari itu, semua lampu hias juga menyala terang memenuhi pelosok kota. Kebahagiaan hari Natal pun tersebar membawa suasana penuh damai malam itu. Aku berjalan keluar dari pintu Gereja bersama keluargaku setelah mengikuti ibadah malam Natal, pesan ucapan selamat Natal pun mulai memenuhi pemberitahuan ponselku. Aku tersenyum membaca pesan itu dan menggerakkan jariku cepat membalas ucapan itu satu – persatu, tiba – tiba pesan yang membuat senyumku semakin melebar masukke pemberitahuan, aku pun langsung membuka pesan itu tanpa berlama – lama lagi

"Apa ibadahmu sudah selesai?"

Aku menggerakan jariku sambil mengangguk kecil "hmm.. barusan selesai"

"Apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

"tentu saja aku akan pulang, ini sudah terlalu malam untuk pergi"

"baiklah, hati – hati dalam perjalanan pulangmu. Katakan padaku jika kau saudah sampai di Rumah."

Aku tersenyum kecil sambil mengangguk "baiklah" jawabku singkat lalu kembali bersalaman dengan beberapa orang yang ku kenal di Gereja. Setelah mengobrol singkat dan saling bersalaman mengucapkan selamat natal, kami pun pulang dan masuk ke kemar masing – masing untuk beristirahat. Aku menghempaskan tubuhku lega ke atas kasur dan teringat akan pesan Yi Ahn di Gereja tadi, aku pun mengangkat tubuhku cepat mengambil ponselku di tas yang tadi ku bawa dan memainkannya sambil berjalan kembali ke arah tempat tidurku. Aku membaringkan tubuhku tengkurap dan menempelkan daguku santai ke atas bantal kepalaku mengetikkan pesan pada Yi Ahn

"aku sudah sampai di Rumah dengan selamat, sekian laporan hari ini" tulisku bergurau.

Tak lama setelah pesan itu terkirim, Yi Ahn menelfonku dan tentu saja aku langsung mengangkat telfon itu secepat mungkin. Aku berdeham kecil sejenak lalu membuka pembicaraan

"hallo" sapaku

"bagaimana harimu?" tanyanya

"menyenangkan, sunbae sendiri bagaimana?" timpaku balik bertanya.

Yi Ahn oppa terdengar berfikir sejenak "aku sedikit bosan hari ini, aku lebih bosan lagi saat menunggumu sampai kau mengirimku pesan bahwa kau sudah pulang dari Gereja" jawabnya terdenga sedikit kesal

"kau tidak boleh marah jika menungguku ke Gereja, jika kau marah berarti kau marah pada Tuhan" hinaku mematahkkan amarahnya,

Yi Ahn tertawa mendengarkan perkataanku yang pura – pura bijak itu. Aku mengingtat waktu yang hampir pukul 12 malam dan aku pun membuka mulutku "kenapa sunbae tidak tidur?" tanyaku. Yi Ahn terdengar memindahkan ponselnya

"aku kan menunggumu"

"sekarang sunbae sudah mendengar kabarku, sekarang ti-" timpalku terhenti

"Yoo So Eun" panggilnya menyela perkataanku.

Aku mengehmbuskan nafas kecil dari mulutku sambil memutar mataku "wae?" tanyaku datar, Yi Ahn terdiam sejenak "sampai kapan kau mau memanggil ku sunbae... sunbae... seperti itu?" sahutnya sambil menirukan suaraku saat memanggilnya sunbae. Aku memiringkan kepalaku dan menghembuskan nafas tidak percaya "sunbae juga memanggilku Yoo So Eun... Yoo So Eun... seperti itu" timpalku menirukan nada suaranya tidak mau kalah. Kami terdiam sejenak dan tawa kami pun pecah bersamaan, aku pun akhirnya memahami bahwa langkah kami semakin dekat ke arah satu sama lain. Aku menghembuskan nafas besar dari seberang telfon dan membuka mulutku melanjutkan pembicaraan

"lalu aku harus memanggilmu seperti apa? Han Yi Ahn –ssi? Han Yi Ahn –nim? Seperti itu?" tanyaku pura – pura tidak tahu

"Yoo So Eun..." panggilnya datar

"ahh!! Kau ingin aku memanggilmu seperti kau memanggilku Han Yi Ahn, begitu? Baiklah.. aku akan melakukannya mulai besok" tepisku menirukan nada suaranya saat memanggilku.

Yi Ahn menghembuskan nafas kesal dari seberang telfon keras, aku pun tertawa puas "kau kesal! HOREE!!! aku membuat Han Yi Ahn kesal" sorakku gembira, "tidak aku tidak kesal" tepisnya cepat. Aku pun tertawa semakin lepas "kau kesal, jangan bohong, aku tahu kau kesal padaku" bantahku cepat, Yi Ahn pun ikut tertawa mendengar tuduhan kecilku

"berkat kau aku mungkin punya gelar pembohong" timpalnya bergurau

"tanpaku mungkin kau tidak pernah menunjukkan rasa kesalmu" jawabku.

Kami tertawa kecil bersama dan Yi Ahn pun menghembuskan nafas kecil sejenak, ia berdeham kecil "So Eun –ah, So Eun –ie, Eun –ah" panggilnya lembut. Aku tersenyum kecil

"wae?" sahutku menanggapi panggilannya

"mulai saat ini aku akan memanggilmu seperti itu" jawabnya gagah.

Aku tersenyum lebar dan mengangguk kuat "hmm, aku akan menatapmu lurus saat kau memanggilku seperti itu" jawabku yakin "Yi Ahn oppa..." panggilku lembut.

Suara nafas lembut terdengar dari seberang telfon, aku ikut tersenyum mendengar suara nafas itu yang menandakan bahwa Yi Ahn tersenyum mendengarku memanggilnya oppa untuk pertama kalinya. Tiba – tiba Yi Ahn membuka mulutnya "ohh, sudah waktunya!" sahutnya tiba – tiba

"waktunya apa?" tanyaku tidak mengerti

"Merry Christmas So Eun­­ –ah" ucapnya tulus

"Merry Christmas Yi Ahn oppa" balasku.

Tepat saat aku mengucapkan Merry Christmas padanya, waktu menunjukkan pukul 12 malam dan bell kembali berdentang keras.

***

(1)Apa itu?