Waktu kembali bergulir pada salah satu hari bahagia dalam hidupku, aku membuka mataku dan menarik nafas lega yang menyegarkan karena ulang tahunku jatuh pada hari minggu tahun ini. Tentu saja itu hal yang melegakan, tidak ada kejahilan teman – temanku dan tentu saja aku bisa memberikan waktuku bagi Yi Ahn. Meskipun saat ini dia semakin sibuk dan sulit untuk di temui, aku tetap menunggunya. Aku selalu berniat untuk mencarinya, tapi aku takut aku hanya akan menjadi penggangu untuknya, jadi aku menunggunnya dalam diam. Hari pun berlalu dengan cepat, aku memainkan ponselku sambil berguling malas di atas kasurku, malam yang semakin larut membuat rasa kantuk menyerangku, aku perlahan meletakkan ponselku lemas dan terlelap dalam tidurku.
Alarmku berdering keras membangunkanku dengan cepat dari tidur, aku membuka mataku kaget dan mengangkat tanganku reflek menutupi sinar matahari yang menyerang wajahku. Aku mengerang kecil kesal sambil menggerakkan tanganku mencari dimana ponselku berada "ahh... arasseo(1)!!" omelku lalu mematikan alarmku. Aku membuka pemberitahuan ponselku melihat pesan masuk dari Yi Ahn
"saengil chukhahae Yoo So Eun, maaf aku tidak bisa memberimu kabar hari ini, sampai bertemu besok. Ahh, besok jangan pulang dulu aku punya sesuatu untukmu!"
Senyum kecil tersungging di ujung bibirku, entah mengapa aku merasa lebih baik. Meskipun aku tahu ia akan menghilang lagi dan akan semakin sulit dicari, hal kecil ini membuatku cukup bahagia.
Aku duduk mengobrol di lapangan bersama teman – temanku sambil menyesap teh susu yang ku beli sejak tadi, ponselku bergetar singkat dan membuatku langsung membuka pesan itu cepat. Aku pun membalas pesan singkat itu dan menoleh ke sekeliling mneantikan kedatangan si pengirim pesan penuh harap. Senyumku mengembang cerah melihat orang yang ku tunggu datang dari kejauhan
"apa yang kau lakukan disini?" tanyanya sambil menyipitkan matanya yang tertimpa sinar matahari
"menikmati matahari..." jawabku bercanda.
Tawa kecilnya pecah sambil menggeleng kecil heran, Yi Ahn memutar badannya mengeluarkan kotak besar dari dalam ranselnya dan menyodorkan kotak itu padaku. Aku tersenyum lebar menerima kotak itu "oppa gomawo~" ungkapku tersentuh, aku pun menggerakkan tanganku hendak membuka kotak itu namun Yi Ahn menahan lenganku
"bukanya nanti saja" tahannya canggung.
Aku menatapnya bingung sejenak lalu memutar mataku melirik teman – temanku yang menatap kami bingung "ahh.. baiklah" sahutku lalu melemparkan tawa canggung. Yi Ahn tersenyum puas melepaskan lenganku lalu mengusap kecil kepalaku "kalau begitu aku kembali dulu" pamitnya gagah, ia membalikkan badannya cepat menghempiri teman – temannya yang menunggunya tak jauh dari kami.
Aku duduk tegap di depan meja belajarku menatap kotak besar yang ku terima dari Yi Ahn tadi siang, aku mengangkat kedua tanganku membuka kotak itu perlahan dan melihat isi kotak itu dengan senyum cerah di bibirku. Aku mengambil tas yang ada di dalam kotak itu senang lalu membuka tas itu cepat, mataku semakin melebar melihat boneka beruang kecil yang di sembunyikannya di dalam tas itu "mwoya.." sahutku sambil melepaskan tawa geliku. Aku mengeluarkan boneka itu cepat lalu memfokuskan mataku pada kalung dengan liontin bunga Sakura yang tergantung di leher boneka itu. Senyumku semakin melebar dan aku memutar mataku malu melihat hadiah yang ku terima itu, ponselku berdering keras membuatku langsung bisa menebak siapa yang menelfonku saat itu. Aku meraih ponsel yang tak jauh dariku dan mengangkat telfon itu cepat
"hallo" sapaku dengan tawa kecil langsung
"kau sudah melihat hadiahnya?" tanya Yi Ahn
"hmm..." gumamku sambil mengangguk dengan senyum cerah di bibirku
"kau menyukainya?" tanyanya lagi.
Aku mengangguk kuat "hmm, sangat!" jawabku yakin "gomawo oppa" ucapku sekali lagi.
Yi Ahn tertawa kecil puas mendengar bahwa aku menyukai pemberiannya. Ia teringat akan sesuatu "ah..." bukanya "di leher boneka itu ada sesuatu" lanjutnya memberitahuku, aku pun melihat kalung yang tergnatung manis di leher boneka itu dan mengangguk kecil
"aku tahu, sangat cantik" jawabku lembut.
Aku terus tesenyum menatap kalung indah itu dengan ponsel yang tertempel di telinga, meskipun aku tidak pernah memakainya aku menjaga kalung itu dengan baik, karena itu adalah kenangan yang paling bersinar yang dapat ku lihat saat aku merindukannya. Saat aku tidak bisa mengatakan secara langsung pada Yi Ahn, kalau aku sangat merindukannya.
000
Aku menyandarkan kepalaku perlahan ke atas meja sambil menghembuskan nafas berat dari mulutku lesu. Aku tidak tahu apa Yi Ahn juga merasakannya, tapi aku merasa dengan sangat jelas bahwa kami semakin jauh. Aku tidak ingin mencari perhatiannya dan membuat pelajarannya terganggu, namun aku juga tidak tahan menunggunya memberikan waktu untukku. Aku juga terjebak dengan dengan keadaan dimana aku harus melakukan presentasi besar dengan kelompok yang sangat tidak kusukai. Sebenarnya bukan satu kelompok, tapi satu orang di dalamnya yang sangat ingin ku hindari. Dia seorang pria yang sangat terkenal sedikit tidak baik. Tubuhnya tinggi dan bidang wajahnya sangat menggambarkan seorang playboy, matanya sipit, bibirnya tipis dengan kulit putih, dan rahang yang tegas. Namanya Ryu Joon Soo tapi kami lebih mengenalnya dengan panggilan Joon, aku harus mengerjakan tugas penting dengan salah satu anggota yang asing seperti dia. Menyebalkan.
Matahari menembus guguran daun yang berjatuhan, aku mengangkat tanganku menutupi sinar matahari yang menyilaukan pandanganku sambil tersenyum menikmati suasana tenang ini. Tiba – tiba sosok pria tinggi menutupi sinar matahari yang menerpaku lalu menunduk kecil dengan senyum miring, aku langsung memutar mataku mengalihkan pandangan darinya kesal, perasaanku pun langsung berubah asam. Aku menaikan sebelah alisku curiga menatapnya
"ada apa lagi? Apa kau sudah menyelesaikan bagianmu?" tanyaku cuek
"belum, aku bingung tentang beberapa hal dan aku ingin bertanya padamu" jawabnya santai.
Joon yang tidak menyadari perubahan sikapku dan rasa tidak nyamanku terhadapnya itu duduk santai di sampingku, mataku melebar merasakan lengannya yang sudah bersentuhan dengan lenganku karena posisi duduknya yang sangat dekat itu. Aku pun reflek menggeserkan badanku sedikit menjauh darinya, Joon yang menyadari gerakan itu menatapku bingung "kenapa kau menjauh?" tanyanya tidak merasakan apapun. Aku hanya tertawa canggung
"tidak apa lanjutkanlah, apa yang tidak kau pahami?" timpalku cepat.
Setelah menjelaskan panjang lebar tentang hal yang Joon tanyakan, aku pun langsung mengusirnya secara halus tana berlama – lama lagi "sekarang kerjakanlah, lebih cepat lebih baik" tutupku agar dia segera menghilang dari hadapanku. Joon pun akhirnya memasukkan barang – barangnya ke dalam ransel yang tergantung di bahu kirinya santai lalu berdiri dan meninggalkan tepatku santai, nafas lega langsung terhembus dari mulutku setelah dia sudah cukup jauh. Ponselku pun bergetar kecil dan aku langsung menoleh melihat pemberitahuan di layar ponselku, awalnya senyum mengembang di ujung bibirku melihat nama Yi Ahn namun ketika kau membuka pesannya perasaanku menjadi tidak enak
"kita bicara nanti malam."
000
Aku terus menatap ponselku memikirkan apa yang akan Yi Ahn bicarakan padaku kali ini, pikiranku terus menebak – nebak apa dia kesal? Atau biasa saja? Atau dia sedih? Aku tidak tahu. Aku menunggu kabar Yi Ahn dengan pikiran – pikiran aneh di kepalaku, tiba – tiba ponselku menyala dengan deringan panjang membuatku bergerak cepat mengangkat ponselku dan menerima telfon yang masuk dari orang yang ku tunggu. Aku berdeham kecil dan menempelkan ponselku ke telingga cepat
"hallo..."
"apa yang kau lakukan sekarang?" tanyanya datar.
Perasaanku semakin tidak enak karena suasana dan nada Yi Ahn yang datar. Aku menggaruk kecil belakang kepalaku "hmm" gumamku canggung "aku sedang santai saja..." sambungku. Yi Ahn menghembuskan nafas besar dari mulutnya dan menutup mulutnya diam, sikap yang aneh itu semakin membuat suasana terasa canggung
"oppa gwaenchanha?" tanyaku hati – hati
"aku terluka" timpalnya singkat.
Mendengarnya terluka rasa cemas langsung menyerangku, mataku melebar "terluka? Bagaimana bisa? Apa lukamu sangat parah?" tanyaku cepat membiarkan rasa cemas menguasaiku. Yi Ahn tertawa kecil, ia bergerak kecil
"gwaenchanha..." sahutnya "hanya terkena pecahan beling waktu praktikum tadi, tapi hari ini sangat kacau, semuanya semakin tidak berjalan baik" keluhnya
"apa yang terjadi? Jika kau butuh seseorang aku ada untukmu"
"semuanya kacau, kuliahku tidak berjalan baik, teman – temanku terasa egois, dan kau juga... kau semakin menambah pikiranku!" tuduhnya mulus.
Mataku melebar kaget mendengar tuduhan aneh Yi Ahn barusan, aku memutar kepalaku berusaha mengingat apa yang kau lakukan sampai membuatnya kesal, hubungan kami yang terasa semakin jauh membuat kami jarang bertemu. Jangankan bertemu, saling bertukar pesan atau bicara lewat telfon pun menjadi sangat jarang belakangan ini. Bagaimana aku bisa membuatnya kesal jika aku jarang bicara dengannya seperti ini? Itu bentuk pembelaan diri yang keluar dari kepalaku. Aku mengerutkan keningku curiga
"aku?" tanyaku kaget "apa aku melakukan kesalahan padamu? Jika memang iya maafkan aku, tapi jelaskan apa yang aku lakukan sampai aku melukai hatimu" lanjutku lembut
Yi Ahn berdeham kecil "sebenarnya bukan apa – apa" bukanya canggung. Ia menghembuskan nafas kecil "aku tidak nyaman... tidak, aku tidak senang melihatmu di Kampus tadi siang" bukanya. Aku memutar mataku cepat berusaha mengingat kapan aku bertemu dengannya tadi siang dan apa yang aku lakukan saat itu, namun tidak ada satu ingatan pun yang muncul di kepalaku. Yi Ahn kembali membuka mulutnya
"aku tidak senang melihatmu duduk dengan seorang pria tadi siang" ungkapnya mengaku "aku tidak suka pria itu" lanjutnya menjelaskan.
Aku pun teringat akan ke datangan Joon tadi siang dan kejadian canggung saat dia duduk bersamaku tadi, mulutku terbuka hampa dan perasaanku menjadi sangat geli. Tawaku pecah begitu saja 'apa dia cemburu?' pikirku geli dalam hati. Mendegar tawaku itu perasaan Yi Ahn semakin kesal
"aku tidak bercanda Yoo So Eun"
"aniyo.." bantahku sambil mengendalikan tawaku "oppa, aku juga tidak menyukainya, kami hanya memeliki tugas besar bersama, setelah tugas ini selesai aku tidak akan berhubungan lagi dengannya" tekanku menjelaskan.
Yi Ahn terdiam mendengar penjelasanku, aku tersenyum kecil "aku benar – benar tidak menyukainya, jangan salah paham pada orang seperti itu, itu mengerikan" lanjutku ngeri membayangkan wajah Joon yang sangat tidak ingin ku lihat. Tawa kecil terdengar dari seberang telfon, senyumku mengembang mendengar tawa Yi Ahn barusan aku menghembuskan nafas lega
"aku akan selalu ada untukmu oppa" sahutku begitu saja
"aku juga akan selalu ada untukmu So Eun –ah" jawabnya.
Aku tersenyum kecil mendengar jawabannya itu, saat itu aku merasa sedikit lebih baik. Meskipun hari – hari selanjutnya, aku kembali menunggu dan dia yang ku tunggu itu kembali menghilang. Semakin jauh dari jangkauanku hingga akhirnya ia melupakanku.
***
(1)Aku mengerti / aku paham.