Aku duduk melamun di depan Aula menunggu jam seminar produksi film datang, tatapan ku kosong menatap buku yang terbuka di pangkuanku, aku pun menghembuskan nafas besar sambil menunduk dalam lemas. Tanpa ku sadari satu musim telah ku lewati tanpa Yi Ahn, ia menghilang dan semakin sulit di temui. Aku menatap ponselku dan membuka pesan terakhirku dengan Yi Ahn
"mianhae, aku tidak punya banyak waktu untukmu" tulisnya.
Hal yang membuatku semakin sedih bukan hanya pesan itu melainkan pesanku yang hanya di baca olehnya setelah dia mengirimkan pesan itu padaku. Awalnya aku berusaha mengerti dan meyakinkan diriku untuk menunggunya, namun jawaban yang ku tunggu tidak kunjung datang sampai tanpa ku sadari aku telah menunggu tiga bulan lamanya. Aku mengangkat pandanganku dari ponsel cepat, tiba – tiba mataku melebar kaget. Ha Ni yang sejak tadi memperhatikanku menyikut kecil lenganku
"apa yang kau lihat?" tanyanya bingung,
aku hanya diam terus menatap sosok yang mencuri perhatianku itu sampai ia menghilang masuk ke dalam lift. Ha Ni yang masih peanasaran mengikuti arah pandanganku dengan kerutan di keningnya penasaran, lalu kembali melihatku yang telah menurunkan pandanganku sayu
"apa yang kau lihat?" tanyanya hati – hati
"orang yang ku tunggu" jawabku sambil berusaha melemparkan senyum pahit padanya.
Ha Ni tampak paham siapa yang ku maksud, ia menghembuskan nafas kecil dari mulutnya sejenak lalu membuka mulutnya
"tidakkah sebaiknya kau katakan padanya jika kau menunggunya?" tanyanya
aku menoleh kecil menatap lurus mata Ha Ni, aku menggeleng kecil "aku tidak bisa, itu akan membebaninya..." jawabku mementingkan perasaan Yi Ahn, lalu kembali menatap buku di pangkuanku.
Ha Ni menghembuskan nafas besar yang terdengar kesal, ia menutup buku yang sejak tadi hanya ku pandang membuatku menoleh ke arahnya cepat. Ia meraih tanganku "tidakkah kau memikirkan perasaamu sendiri? Kau juga terbebani, lihatlah dia sekarang, karena dia tahu kau mengerti dia menghilang dan kembali sesukanya sendiri" omelnya tegas. Ha Ni mneghembuskan nafas besar dari mulutnya sambil menundukkan kepalanya
"mianhae, aku hanya peduli padamu" lanjutnya merasa bersalah.
Aku tersenyum kecil paham akan rasa pedulinya yang besar padaku, aku mengangguk lalu membalas genggaman eratnya "jangan khawatir aku tidak marah, terima kasih karena rasa pedulimu yang besar itu" timpalku tenang.
Seminar pun berkahir dan hari pun terasa berlalu semakin cepat. Aku mendongak menatap matahari yang mulai tenggelam, Tae Hyung meregangkan tubuhnya kelelahan dan menghembuskan nafas besar dari mulutnya
"kita masih punya satu pelajaran lagi" keluhnya lemas.
Ha Ni tersenyum canggung berusaha menyembunyikan rasa lelahnya, aku pun tersenyum sambil menatap matahari yang bergerak turun perlahan. Tae Hyung tiba – tiba menyelipkan lengannya ke lenganku cepat
"ayo kita jalan – jalan" ajaknya licik
"bagaimana dengan kelas terakhir?" tanya Ha Ni polos.
Aku dan Tae Hyung saling menatap licik dan mengangguk kecil memberi kode setuju satu sama lain. Tiba – tiba ponselku bergetar kecil dan aku mnegeluarkan ponselku cepat dari saku jaketku, senyumku perlahan meredup melihat nama Yi Ahn yang tertera di layar, aku menggerakkan jariku ragu membuka pesan itu
"apa kuliahmu sudah selesai?"
Perasaan kesal langsung menyerang hatiku, aku mengigit bibir bawahku 'tidakkah seharusnya dia meminta maaf setelah lama mneghilang?' tanyaku dalam hati. Aku memasukkan ponselku kembali ke dalam saku dan tersenyum lebar menatap teman – temanku bergantian
"baiklah, ayo kita besenang – senang!" ajakku yakin.
000
Kami sampai di suatu pusat perbelanjaan besar dan mulai berjalan – jalan sambil melihat ke sekeliling. Kami melakukan banyak hal menyenangkan melepas stress. Perutku pun berbunyi kecil dan aku melirik teman – temanku yang menatapku lurus dengan senyum geli
"apa kalian tidak lapar?" tanyaku memberi kode
Tae Hyung tertawa kecil "ayo kita makan kalau begitu!" ajaknya memahami kondisi perutku.
Kami berjalan hendak menuju pusat makanan sambil bergurau satu sama lain. Tiba – tiba mataku bertemu dengan mata seseorang dan langkahhku langsung terhenti kaget, teman – temanku yang melihat sikap anehku ikut menghentikan langkah mereka dan mengarahkan pandangannya pada sosok yang ku tatap. Mata mereka melebar kaget bersamaan, mereka pun mundur selangkah dan kabur meninggalkanku begitu saja, aku menelan air liurku berat lalu memberanikan diriku melangkah lebih dekat ke arahya. Senyum canggungku mengembang
"oppa..." sapaku
Yi Ahn tersenyum kecil lalu mengangkat tangannya mengusap kecil kepalaku, ia menekan telapak tangannya ke kepalaku lalu membungkuk kecil meluruskan pandangannya sejajar denganku "kita bicara nanti" sahutnya singkat. Setelah mengatakan itu, ia menarik tangannya lalu berjalan melewatiku santai di ikuti teman – temannya yang menatapku penasaran akan identitasku.
000
"KAMU BOLOS??" tanyanya kaget mendengarkan pengakuanku.
Aku menjauhkan ponselku dari telinga reflek medengar teriakkan kagetnya itu, pembicaraan pun dimulai begitu aku sampai di rumah dan tentu saja yang kami bicarakan tentang pertemuan kami dan penjelasan tentang pesannya yang tidak ku balas tadi siang. Aku menghembuskan nafas besar dari mulutku untuk kesekian kalinya selama telfon kami tersambung
"ahh... arasseo(1) mianhae, mianhae" jawabku terpaksa.
Yi Ahn menghembuskan nafas besar dari mulutnya. Kami terdiam setelah pembicaraan panjang itu, aku yang masih merasa canggung pun menunggu Yi Ahn mengatakan sesuatu. Harapanku semakin jatuh menunggu Yi Ahn yang tidak mengatakan apapun, aku menurunkan pandanganku kecewa lalu membuka mulutku
"jika..." "So Eun –ah" panggilnya menyela perkataanku,
"ne" jawabku singkat
"bagaimana kabarmu?" tanyanya canggung.
Aku menuduk kecil mendengar nada canggungnya itu, aku semakin merasakan jarak kita yang terasa semakin jauh ini. Aku menghela nafas pendek lalu memaksakan senyum di ujung bibirku "baik" jawabku singkat, Yi Ahn kembali terdiam mendengarkan respon singkatku barusan, ia melepaskan tawa kecil
"maafkan aku, aku sangat sibuk belakangan ini, sampai lupa memberimu kabar" sahutnya terdengar bersalah.
Mendengar kata "lupa" dari mulutnya barusan, perasaanku semakin bercampur aduk. Aku semakin menundukkan kepalaku dalam dan mengigit kecil bibir bawahku berusaha mengendalikan diri, sambil menghembuskan nafas pelan
"kau sangat sibuk" sahutku sambil tertawa garing.
Yi Ahn terdengar menghembuskan nafas panjangnya, ia terdiam sejenak sebelum membuka mulutnya "tidak ada orang yang mengertiku sebaikmu..." timpalnya terhenti canggung. Deham kecil terdengar dari mulutnya "aku merasa sedikit lega" tambahnya pelan.
Aku mengedipkan mataku tidak bisa lagi menahan diri "o- oppa, sudah dulu ya eomma memanggilku" timpalku cepat dan langsung mematikan sambungan telfonnya tanpa menunggu jawabn dari Yi Ahn. Perasaanku semakin aneh sejak hari itu, aku semakin merasa jarak kami bertambah jauh saat aku mematikan sambungan telfonnya begitu saja. Aku mengepalkan tanganku kuat menahan kecemasan yang menghantui perasaanku, dan hari – hari selanjutnya pun semakin berat untuk ku lalui. Karena ia yang selalu ku tunggu perlahan – lahan melupakanku, dan mengambil langkah menjauh dariku.
***
(1)Baiklah / aku mengerti.