Aku duduk dengan tangan terlipat di depan dada menatap lurus punggung Yi Ahn yang bersandar di balik balkon. Mataku berputar kecil menatap dua orang wanita yang berdiri di samping kiri dan kanannya, keduanya tampak tersenyum kecil sambil berbincang asik dengan Yi Ahn dan teman - temannya. Aku terus menatap kedua wanita itu sambil kembali mengingat gambaran kecil yang Yi Ahn berikan padaku tentang seseorang yang di sukainya itu,
"dia cukup tinggi, kulitnya lebih putih darimu, matanya bulat, senyumnya sangat indah, rambutnya panjang dan terlihat halus. Pokoknya dia cantik."
Aku memiringkan kepalaku masih tidak dapat membayangkan seperti apa wajahnya, Ae Lee yang sejak tadi memperhatikanku pun membuka mulutnya penasaran "apa yang sejak tadi kau pikirkan?" tanyanya. Aku kembali menghembuskan nafas besarku sejenak "Venus" jawabku tidak jelas, kerutan semakin dalam menghiasi kening Ae Lee. Ia pun hanya menggeleng heran mengakhiri pembicaraan tidak jelas itu, kembali mengobrol dengan teman - teman lainnya.
000
Aku mengangkat panggilan masuk di ponselku cepat "apa tugasmu sudah selesai?" tanyaku langsung tanpa menyapa lebih dulu. Tawa kecil Yi Ahn terdengar samar dari seberang telfom membuat senyum kecilku mengembang di ujung bibirku
"seharunya aku yang bertanya seperti itu padamu?"
"tenang saja, ini akan selesai dengan cepat besok" timpalku santai.
Hembusan nafas besar Yi Ahn terdengar dari telfon, ia berdecak kecil "jangan biasakan menyalin tugas temanmu, kau tidak bisa bergantung terus pada temanmu itu" sahutnya menasihati. Aku pun mengangguk kecil sambil menghembuskan nafas besar dari mulutku mendengar nasihat itu untuk kesekian kalinya
"sunbae terdengar seperti ayahku sekarang" hinaku halus, "lupakan, aku ingin bertanya sesuatu" tepisku cepat.
Yi Ahn mengangguk kecil "katakan!"
"siapa Venusmu sebenarnya? Aku sangat penasaran!" tanyaku terang - terangan.
Tawa Yi Ahn terdengar pecah begitu saja, ia menghela nafas panjang sejenak mengendalikan tawanya lalu berdeham kecil "lupakan, lagipula aku hanya mengaguminya kecantikannya bukan menyukainya"
"tetap saja, kagum sama dengan tertarik, tertarik sama dengan suka" tepisku tidak mau kalah.
Hembusan nafas besar Yi Ahn kembali terdengar di telingaku, setelah hembusan nafas itu ia kembali membuka mulutnya "aku akan memberi tahumu suatu saat nanti, jika aku yakin" putusnya meyakinkanku. Aku pun mengangguk mendengar keputusannya, aku pun memutuskan untuk menghargai keputusan itu.
Hingga saat ini kami mengubur itu dalam - dalam. Kami membiarkan Venus menjadi misteri tabu yang tidak ingin kami buka kembali, kami menjadikannya rahasia yang mungkin sebenarnya hanya aku yang tidak mengetahuinya.
***