Chereads / HEY, YOU! / Chapter 8 - PUNYA KESEMPATAN??

Chapter 8 - PUNYA KESEMPATAN??

"Perasaan, aku tadi kaya ada yang ngeliatin waktu lagi ngejelasin kondisi pasien ke keluarganya."

Anna yang sedang berada di samping Agnes mengangguk. "Emang ada, Dok! Cowok, cakep banget! Ngeliatin dokter sampe kita masuk lagi tadi!"

"Siapa?" seru Agnes bertanya-tanya."Cakepan mana sama dokter Raka atau Adit?"

"Cakepan dia sih, Dok. Tapi Anna nggak tahu itu siapa, Dok. Soalnya, belum pernah liat dia sebelumnya sih ... Apa sekarang dokter punya penggemar rahasia?" celetuk Anna tanpa pikir panjang, ia senyum-senyum sendiri membayangkan dokternya ada pengagum rahasia.

"Apaan sih kamu, Na! Nggak mungkin lah," seru Agnes geleng-geleng sambil melangkahkan kakinya memasuki ruang kerjanya.

"Mungkin aja, Dok! Dokter Agnes kan udah pintar, cantik, berbakat, baik hati lagi," seru Anna memuji Agnes.

"Namanya juga manusia, manusia kan emang harus baik hati dan tidak sombong," seru Agnes menghempaskan tubuhnya di sofa yang ada di ruangannya.

"Bukan gitu maksudnya, Dok! Tapi ... dengan semua yang dokter punya, nggak mungkin ada cowok yang nggak suka sama dokter!"

Agnes terdiam! Jika benar yang dikatakan Anna! Lalu mengapa Reyhan tidak memiliki perasaan yang sama dengannya bahkan lelaki itu berpacaran dengan wanita lain.

"Ada, namanya Reyhan! Dia nggak suka sama saya...."

"Hah! Dokter tahu dari mana? Emang dokter udah tanya? Siapa tahu dia bukan nggak suka tapi malu ngungkapinnya??"

Drttt Drttt Drttt

Agnes menghendikkan bahunya acuh. Iameraih ponselnya lalu membaca dari notifikasi bar yang muncul.

"Reyhan?"

Wanita cantik bersnelli itu menekuk alisnya melihat notifikasi bar dari nomor tak dikenal namun menulis nama Reyhan.

"Kenapa, Dok?" Anna bertanya karena melihat ekspresi bingung dari dokternya.

Agnes menoleh sesaat lalu menggeleng. "Orang yang baru aja kita bahas, ngechat saya."

Anna langsung senyum mendengar perkataan Agnes. "Itu artinya ...,"

"Nggak, dia cuma nyuruh saya ngesave nomor dia," seru Agnes lalu meletakkan ponsel dan memilih melihat grafik rumah sakit di laptopnya.

"Dok, itu nggak dibalas dulu?" tanya Anna melihat Agnes belum membalas pesan dari Reyhan.

Agnes menggeleng. "Nggak usah, nanti aja... kerjaan saya numpuk nih!" seru Agnes beralasan.

Anna menghela nafas, membuat wajah meledek untuk Agnes. "Bilang aja dokter bingung mau balas apa, Kan?" kekeh Anna.

"Enggak," jawab Agnes cepat."Udah, kamu urusin jadwal visit saya nanti sore sebelum saya balik," lanjut Agnes memerintahkan agar Anna tidak meledeknya terus.

"Ck, iya deh, Dok. Saya permisi dulu ... jangan lupa dibalas ya, Dok. Nunggu tuh nggak enak loh," papar Anna sebelum akhirnya meninggal Agnes di ruangannya sendiri.

Setelah Anna keluar, Agnes menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya. Ia melepaskan kacamata dan menutup mata lalu ia memijit pelipisnya.

Beberapa menit berlalu, Agnes membuka matanya lalu pandangan tertuju pada ponselnya yang bercahaya pertanda pasti ada chat yang masuk.

"Balas apa ya?" tanya Agnes entah pada siapa. "Tapi kalo gue balas terus kita deket lagi ... walaupun cuma sebagai teman! Tapi perasaan gue?"

Pikiran Agnes mulai berkecamuk. Hatinya penuh kerinduan pada sosok Reyhan tapi logikanya mengatakan kalau mereka tak mungkin bisa menjadi seperti dulu. Reyhan sudah memiliki kekasih dan dirinya tidak ingin menyakiti hatinya sendiri.

Suara getaran ponsel kemudian kembali menyadarkan Agnes dari lamunannya. Dengan malas Agnes mengambil ponselnya tertera nomor yang sama dengan yang tadi, nomor Reyhan.

"Aku balas aja kali ya, tapi cuek," seru Agnes lalu membuka pesan chat dari Reyhan.

Agnes menyimpan nomor itu dengan nama Reyhan. Lalu iya membaca pesan dari Reyhan.

'Agnes, ini Reyhan.'

'Kapan kamu nggak sibuk? Aku pengen ketemu kamu.'

'Miss you cewek cupu....'

Agnes tersenyum tipis lalu setelah wajahnya kembali datar. Entah apa yang ia rasakan, hendak senang karena Reyhan juga merindukan atau sedih karena yang mengatakan itu adalah pacar orang.

"Aku juga kangen kamu, Rey...," jawab Agnes dalam hatinya.

Agnes mengetikkan sebuah pesan. 'Oke, nanti ya.' Send. Tak lupa Agnes juga memberikan emoticon senyum di pesannya.

"Maaf ya, Rey! Kayanya aku emang harus pinter-pinter jaga jarak supaya perasaan aku nggak makin besar ke kamu," batin Agnes sambil menghela nafas. "Tapi, kalo ada kesempatan buat sama kamu, aku juga nggak nolak," ucap Agnes pelan sambil menundukkan kepalanya lesu.

Wanita yang masih belum melepas jas putihnya itu hanya bisa menghela nafas berat. Kali ini keputusannya berbanding terbalik dengan perasaan hatinya.

*****

Sore itu, sebelum pulang dari rumah sakit. Agnes pergi ke dapur umum di ruang jaga. Wanita itu memencet dispenser untuk mengisi gelas yang berisi kopi dengan air panas.

"Dok, tumben ke sini? Nggak ke kantin?" tanya Anna yang muncul dari pintu.

Agnes menoleh sambil tersenyum. "Mau buat kopi doang."

"Emangnya dokter nggak pulang?" tanya Anna sambil meracik mie Cup-nya.

Agnes menggeleng. "Sebentar lagi baru pulang, masih ada beberapa kerjaan yang harus saya selesaikan," saut Agnes sambil mengaduk kopinya.

"Oh, mau saya bantu, Dok?"

"Nggak usah, kamu istirahat aja ...."

"Okedeh, nanti kalo butuh apa-apa bilang aja ya, Dok."

Agnes mengangguk. "Iya! Eh, kamu kenapa buat mie? Kenapa nggak beli makan di kantin?" tanya Agnes baru menyadari kalau asisten barunya itu sedang membuat mie.

"Males, Dok. Pengen makan mie," jawab Anna sambil nyengir. "Oh iya, Dok. Tadi ada yang nitip buah gitu pas saya di ruangan dokter, terus saya taroh di meja," seru Anna.

"Siapa, Na?" tanya Agnes tak mengerti.

"Aduh!" Anna menepuk jidatnya. "Saya lupa nanya namanya siapa lagi, tapi ... coba liat di plastik buahnya, siapa tahu ada jejak."

"Ya udah, saya balik ke ruangan dulu ya," setelah Anna mengangguk. Agnes pergi dan kembali ke ruangannya, ia berjalan cepat karena sangat penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Anna.

Beberapa jam kemudian...

Setelah sampai di rumah, Agnes dan kedua sahabatnya langsung menuju kamar Agnes seperti biasa. Agnes memijit pelipisnya, ia sangat pusing bayangkan saja ia hanya masuk satu shift hari ini tapi serasa masuk dua shift dalam sehari.

"Melelahkan!" keluh Agnes pada Amanda dan Lulu yang sekarang ada di rumahnya untuk menginap.

"Benar sekali. Untung saja ada Adit bareng aku tadi," ujar Amanda tersenyum.

"Enak ya yang kerja sambil pacaran, apa kabar gue? pacar gue shift malam hari ini." Lulu merebahkan diri di kasur milik Agnes.

"Lah ... ngeluh terus lo pada! Terus apa kabar gue ?" desis Agnes menggelengkan kepala melihat tingkah para sahabatnya.

"Sorry kita lupa kalau ada jomblo akut disini," celetuk Amanda tanpa dosa.

"Udah gue bilang! Gue itu single not jomblo!!!" tegas Agnes kesal.

"SAMA AJA NGGAK ADA PASANGAN!!!" teriak kedua temannya bersamaan lalu terkekeh.

Agnes berdecak sebal. "Sialan, mau ku doakan kau cepat putus dari Adit?" ucap Agnes asal dengan wajah cemberut.

"Mau ku bantu aminkan, Nes?" tawar Lulu terkekeh.

"Yak!!! Dasar jomblo sirik aja."

"Boleh. Amin paling serius." Agnes tertawa melihat ekspresi kesal Amanda.

"Oh Tuhan, kalo kakek kura-kura ketemu sama nenek kura-kura gue nggak mau ketemu mereka lagi dikehidupan selanjutnya,"kesal Amanda memasang wajah cemberut.

"Emang lo udah mau mati lu?" tanya Lulu polos.

Amanda menatap Lulu tajam kesabarannya untuk menghadapi sahabatnya itu sedang habis. "Omongan lo, Nyet! Ngedoain gue cepet mati," cecar Lulu jengkel.

Lulu menggaruk tekuknya yang tak gatal. "Gue kan cuma nanya doang," jawab Lulu polos.

"Yakkkkk ... " teriak Amanda kesal.

"Udah-udah lo berdua kaya bawang merah bawang putih deh berantem mulu," lerai Agnes.

Agnes terkekeh melihat tingkah kedua temannya, mereka selalu saja meributkan hal-hal yang menurut Agnes tak penting.

"Eh, Gaes ternyata yang diliat Amanda itu Rey. Mamanya dirawat."

"Maksudnya?" tanya Amanda dan Lulu bersautan.

Mereka menatap Agnes penuh tanda tanya."Iya! beberapa waktu lalu, dokter Brian kan minta aku gantikan dia selama dia cuti, sebelum itu dia kenalkan aku ke semua pasiennya dan salah satunya tante Karin, mamanya Rey, dan aku udah ketemu sama Reyhan," jawab Agnes mengetahui apa maksud tatapan kedua temannya.

"WHAT!!!" respon Amanda dan Lulu kompak.

"Terus ... terus—"

"Ya gitu, terus gue juga dokter penanggung jawab operasinya sama dokter tamu bagian bedah thorak cardiovascular," jelas Agnes.

"Serius lo?" pekik Manda kaget. "Akhirnya ya ... dewi fortuna berpihak sama lo ya. Setelah 9 tahun berlalu! Bagus deh lo jadi asisten dokternya kalo gitu kan kamu bisa ngambil hatinya Rey."

"Tapi gue bingung harus sedih atau bahagia," lirih Agnes.

"Karena?" tanya Amanda penasaran.

"Rey udah punya pacar!" lirih Agnes. Ia mencoba tidak percaya dengan apa yang dilihatnya waktu itu tapi hatinya tak bisa berbohong ia cukup sakit yang dilihatnya itu benar sepasang kekasih.

"Gue ngak tau harus respon apa, kayanya gue harus tanya Roy kiyosi dulu masa depan lo dengan Rey."

"Santai, Nes. Masih pacar! Masih punya kesempatan buat lo ... jadi jangan stress, sekarang mending kita tidur! Besok dinas pagi gaes," ajak Lulu sambil menarik selimut menutupi setengah badannya.

"Yups, bener banget kata Lulu ... Lagian yah, cinta itu harus diperjuangkan! Ngapain lo bertahan 7 tahun kalo akhirnya menyerah tanpa mencoba," papar Amanda mengikuti Lulu yang sudah merebahkan dirinya.

"Tumben bener. Tuh, Nes. Rekor loh Manda bisa ngasih masukan yang berbobot gini, sayang kan kalo lo sia-siakan."

"Sial," ketus Manda mencubit pinggang Lulu.

"Dih, gue ngomong kenyataan Amanda," ujar Lulu santai tanpa perduli sahabatnya itu sudah memasang wajah cemberut.

"Udah-udah, mending kalian tidur beneran aja deh! Daripada berantem," ujar Agnes menengahi.

*****

CONTINUE...

Thank you:))