"Kalian semua memang tidak mengerti bagaimana perasaan aku!"
Erlangga pergi. Ia tak menuju kamarnya, melainkan pergi dari rumah yang entah mau ke mana Erlangga pergi.
BRUG~~~
"Erlangga mau pergi kemanaaaa?" teriak sang ibu.
Suara Erlangga membanting pintu pun terdengar sangat kencang sehingga semua terkejut. Ibu dan Rindu masih dengan derasnya meneteskan air mata yang seakan enggan untuk berhenti.
"Sudah ... Sudah! Biarkan Erlangga pergi. Erlangga butuh waktu untuk menjernihkan pikirannya. Dia tidak memang sedang terluka. Kita tunggu saja keputusan yang terbaik dari Erlangga. Sekarang, yang harus kamu lakukan adalah bersabar dan berada, ya?!" ujar sang ayah yang dengan bijaksana menasihati Rindu seraya mengelus lembut rambut di kepala Rindu.
Rindu menghela napas panjang, sesekali ia memejamkan kedua matanya dan menganggukkan kepala.