Malam harinya hanya ada kecanggungan di antara mereka, walaupun Alesta telah sadar ketika matahari mulai terbenam. Setidaknya Ansel benar-benar dapat bernafas lega.
"Kau ingin teh?" ujar Ansel seraya membawa seteko penuh teh hangat, yang hanya diangguki oleh Alesta yang saat ini memilih untuk menatap langit yang tanpak cerah lewat teras penginapan apung tempat mereka saat ini menginap.
"Lebih baik kita kembali." ujar Ansel singkat seketika membuat Alesta memandang Ansel dengan tatapan meminta penjelasan.
Ansel mendesah pelan, kemudian tangannya menuangkan secangkir teh untuk istrinya tersebut.
"Kurasa kau tidak menyukai tempat ini, akan. Lebih baik jika kita kembali." Alesta tersenyum singkat kemudian matanya memandang dalam Ansel, seraya tangannya memberanikan diri untuk menganggam tangan Ansel yang terlihat terkejut akan tindakan Alesta.
"Bapak gak perlu takut, saya suka kok di sini. Hanya saja saya dulu sempet trauma karena saya gak bisa renang."
