Chereads / Tuan Muda dan Wanita Ternoda / Chapter 2 - Pria Tampan yang Terjebak

Chapter 2 - Pria Tampan yang Terjebak

Di bawah guyuran hujan yang deras, dirinya terkulai sembari menangis. Tangannya tampak sibuk meraih tali tas yang terlempar, saat sepeda motor seseorang membuatnya tersungkur di atas jalan beraspal. Luka gores yang berada di lutut tak lebih sakit dari hancurnya jiwa akibat nasib buruk.

Sonya Dewi. Gadis itu keluar dari neraka beberapa saat lalu, diiringi suara guntur yang terdengar bertalu-talu. Seolah langit turut berduka atas apa yang menimpa dirinya, kehilangan mahkota karena dipaksa memuaskan hasrat biadab seorang pria yang tak lain adalah ayah tirinya.

Sonya berharap bisa berdiri, setidaknya untuk bergegas pergi dan bunuh diri. Ia merasa hidupnya sudah tak berarti. Lebih baik tewas, daripada bernapas dengan noda yang telah membekas. Namun apa daya, tampaknya Tuhan tak merestui rencananya. Kaki Sonya terkilir, enggan diajak bangkit, berjalan pun tentu saja akan sangat sulit.

Gadis itu lantas meringkuk bersandar pada pembatas jalan yang basah oleh air hujan. Ia melipat lutut dan merebahkan kepala. Menangis dalam kepiluan yang tiada tara. Sonya berharap rasa dingin semacam dikubur dalam butiran es itu membuatnya lekas kehilangan nyawa, dengan begitu ia akan mati tanpa melukai dirinya.

Sebuah mobil tiba-tiba berhenti tepat di depan Sonya. Pria tinggi turun dari sana. Menganggap Sonya sebagai pengemis tanpa tempat tinggal, pria itu menyerahkan uang lima puluh ribu karena iba. Sebuah payung juga diberikan agar Sonya tak kehujanan.

"Pindah saja. Mengemis di tempat seperti ini hanya akan melukai dirimu sendiri. Kamu hanya akan mendapat mati. Kami tak akan iba, tapi justru menjadi repot. Kamu bisa pergi mencari sesuap nasi, dan tempat berteduh sementara. Pergilah," ucap pria itu sarkastik.

Tangisan Sonya langsung berhenti. Gadis itu membuka mata yang sempat terpejam. Paras ayu yang sudah basah kuyup terlihat dengan jelas, terlebih ketika sorot lampu jatuh tepat di wajahnya itu.

Sang pria terkejut, takjub, dan tidak menyangka. Bagaimana bisa seorang pengemis begitu cantik jelita? Pakaiannya sobek-sobek, tetapi jika dicermati lagi, kulitnya sangat putih dan bersih. Memar saja yang menghiasi tengkuk dan leher wanita itu.

"Kamu bukan pengemis?" tanya pria itu sungkan. "Kamu siapa? Anak SMA yang sedang kabur ya?"

Tiba-tiba saja, Sonya meraih lengan si pria yang masih sibuk memayunginya. Matanya yang berkaca-kaca menatap pria itu. "Apa Tuan bisa membunuhku? A-apa Tuan bisa membuatku mati?" ucapnya bertanya hal-hal yang tidak wajar.

Si pria langsung terkejut. "Apa yang kamu katakan? Gila, membunuh? Tentu tidak bisa!"

"Kalau begitu Tuan harus pergi, pergi dari sini!" Sonya berteriak melengking dan sampai menusuk dada pria itu. "Pergiiiii!" teriaknya lagi histeris.

"Woe! Kamu apakan gadis itu?!" Tiba-tiba seorang pria pengendara sepeda motor berteriak sembari menghentikan laju kendaraannya.

Seorang penumpang pun turut menimpali, "Kamu jangan macam-macam pada anak gadis orang!"

Detik itu juga, pria tampan tersebut langsung menelan saliva. Ia yang bergerak hendak menenangkan sang gadis pengemis, yakni Sonya menjadi batal. Dan kedua pria pengendera sepeda motor mulai menghampirinya.

Mereka memaki kasar, dan main hakim sendiri meski masih sebatas ucapan kotor. Si pria tampan langsung bingung. Penjelasannya tak didengarkan, tidak, tetapi ia memang tak diberi kesempatan untuk berbicara. Dan Sonya yang masih didera traumatik, tidak berdaya. Ia terus menangis dan rencana untuk mati tetap tersemat di pikirannya.

"Namaku Kenzo Abraham, aku adalah putra dari—"

Ketika si pria yang ternyata bernama Kenzo Abraham tersebut hendak memberi tahu akan siapa jati dirinya, sang pengemudi motor justru memotong.

"Kami tidak peduli Tuan ini anaknya siapa. Bahkan jika anaknya presiden sekali pun. Perlakuan tidak manusiawi Tuan pada gadis belia benar-benar hina dan masuk dalam ranah kejahatan!" ucap pria berparas agak tua itu.

"Benar!" tambah si penumpang. "Kalau tidak mau tanggung jawab, kami akan melaporkan hal ini pada pihak kepolisian.

Kenzo mendesah lelah, ia sampai melemparkan payung hitam. Lantas, kedua telapak tangannya langsung menangkup wajahnya sendiri yang basah karena air hujan.

Tak lama kemudian, Kenzo berjalan menghampiri Sonya. Ia menatap Sonya, ingin menggertak, tetapi kedua pria paruh baya itu terus mengawasinya. Alhasil, Kenzo tidak dapat berbuat apa-apa.

Kenzo menghela napas sedalam mungkin, kemudian berkata, "Aku adalah suami dari gadis ini. Dia, aku nikahi, meski masih muda. Dia kabur dari rumah!"

Sonya membelalakkan mata seketika itu juga. Benak dan hatinya yang selama ini tercengkeram ketakutan berubah menjadi keheranan. Perlahan ia mengangkat kepalanya dan menatap Kenzo dengan nanar. Apa yang dikatakan oleh pria itu? Pikirnya. Sonya ingin berdiri dan lantas mempertanyakan, tetapi kakinya yang terkilir tak dapat diajak bangkit.

Lalu, kedua pengendara sepeda motor itu menjadi tertegun. Mereka berdua langsung mengarahkan tatapan mata ke arah Sonya.

"Apa Tuan ini benar, Nona?" tanya si pengemudi.

Sonya menggeragap. Ia bingung dan otaknya langsung bleng! Bibirnya terkatup rapat, apalagi saat rasa dingin dan gemetar menerpa dirinya secara tiba-tiba.

Si pria penumpang menghela napas. "Karena Nona ini tak bisa menjawab, kami belum bisa percaya secara sepenuhnya."

Kenzo menelan saliva. Ia kesal dan tak habis pikir. Padahal, ia membuang harga dirinya dengan mengakui bahwa si gadis pengemis adalah istrinya, tetapi kedua orang itu masih tak percaya. Terlebih ditambahi diamnya Sonya yang tak memberikan penjelasan apa pun.

"Nona ini seperti korban pelecehan," celetuk sang penumpang sepeda motor lagi. Matanya beralih menatap Kenzo. "Kamu harus ikut kami ke kantor polisi!"

"Sudah kukatakan dia istriku! Astaga ...." Kenzo menggertak pada Sonya. "Katakan, akui saja dan ...." Ia menelan saliva. "Dan pulang bersamaku. Tolong jangan menyulitkanku yang tidak salah apa pun, apalagi jika sampai masuk ke kantor polisi."

Sonya tak punya pilihan. Meski kehancuran sudah terjadi pada dirinya, menjebak seseorang tak berdosa tetap membuatnya merasa sangat bersalah. Akhirnya, Sonya mengulurkan tangan dan meminta Kenzo membantunya berdiri.

Ada rasa jijik yang hadir di hati Kenzo. Bagaimana bisa Kenzo yang hendak membantu seorang gadis pengemis harus memeluk tubuhnya? Mengapa Kenzo terjebak dalam kesalahpahaman dua pria paruh baya yang tak ia kenal? Mengapa pula ia harus bersedia membawa gadis asing ke dalam mobil, serta rumahnya?

"Maafkan kami, Pak, telah membuat keributan," ucap Kenzo sembari merengkuh tubuh Sonya yang lemah dan menggigil.

Sang pengendara menghela napas. "Lain kali kalau ada masalah jangan lari ke jalan, Nona. Ada Tuhan di atas sana. Mana pakaiannya compang-camping begitu, kami akan salah kira Nona baru mendapatkan sesuatu yang berbahaya," ucapnya memberikan nasehat.

"Tolong dijaga baik-baik istrinya, Tuan," timpal si penumpang.

Sayangnya kedua pengendara itu tak lekas pergi, sehingga Kenzo tidak bisa membiarkan Sonya lagi. Alhasil, dengan disertai tatapan mengawasi dari kedua pria paruh baya itu, Kenzo membantu Sonya untuk masuk ke dalam mobilnya. Kemudian, dirinya melesak ke kabin pengemudi dan segera melaju.

***