Siang itu begitu terik. Matahari seolah menunjukkan keperkasaannya lewat sinar menyilaukan yang dia pancarkan ke bumi. Namun udara panas siang itu tak menghalangi beberapa mahasiswa untuk bermain volley di lapangan kampus.
Memang sebentar lagi festival kampus dimulai dimana akan ada banyak lomba antar fakultas yang diselenggarakan di sana.
Puncak dari acara tersebut tentunya adalah penampilan dari STARS yang sudah ditunggu-tunggu sejak lama.
Rico berjalan celingukan di pinggir lapangan. Dia pun menghela napas berat saat menemukan Hendy di antara mahasiswa yang bermain volley di tengah teriknya mentari.
Suasana semakin panas saat tiba-tiba para mahasiswi yang berada di pinggir lapangan berteriak histeris.
Belum sempat Rico mencari tahu apa yang terjadi, dia dibuat kaget ketika melihat ujung bibir Hendy berdarah dari kejauhan.
"Eh busyet! Kenapa lagi tuh anak?!"
Permainan pun segera dihentikan. Mahasiswa yang berada di dalam lapangan sontak berlari mengerumuni Hendy yang terduduk di tanah sambil menahan sakit.
"Astaga! Sorry Hen! Gue bener-bener gak sengaja!"
Hendy hanya menjawab dengan isyarat tubuh bahwa dia baik-baik saja.
"Duh.. Mana sampai berdarah gitu!" ucap cowok yang telah memukul bola tadi dengan panik.
"Wah parah lo.. Lo mau bikin anak orang gegar otak?" timpal yang lain.
"Kenapa nih?!" tanya Rico sesampainya di dekat Hendy.
"Gue beneran gak sengaja Co, sumpah!"
Rico beralih melihat sang sahabat. Wajah itu tampak lelah dan sayu. Bertahun-tahun menjalin persahabatan dengan Hendy membuat Rico tahu ada perubahan yang terjadi di diri sang sahabat hanya dari melihat wajahnya.
Entah mengapa belakangan ini Hendy menjadi lebih pendiam dari biasanya. Beberapa kali Rico mendapati dirinya termenung saat berlatih band.
Sepertinya ada sesuatu yang mengganggu pikiran Hendy dan sayangnya Hendy sama sekali tak mau bercerita hingga membuat Rico penasaran.
"Lo gak apa-apa? Gue anterin ke ruang kesehatan yuk."
Rico terlihat makin kuatir saat menyadari wajah Hendy begitu pucat. Kesibukan berlatih band ditambah lagi persiapan untuk ikut serta dalam lomba volley pastinya menguras tenaga sang sahabat.
"Gak usah. Gue cuman butuh break."
"Tapi.."
Hendy melempar senyum tipis ke arah Rico sebelum akhirnya berjalan meninggalkan lapangan. Teman-temannya yang lain pun sebenarnya juga sudah menawarkan bantuan yang sama. Namun Hendy menolak dan dengan perlahan melangkah menuju lobby.
Suasana tampak lengang di dalam sana. Hanya ada beberapa mahasiswa karena hari itu adalah akhir pekan. Kebanyakan yang datang ke kampus adalah mahasiswa dan mahasiswi yang tengah mempersiapkan festival.
Syut..
Hendy menyandarkan badannya ke dinding ketika kepalanya mendadak pusing. Dia memandang sekeliling dan semua yang dilihatnya seolah mulai berputar.
(Kenapa kepala gue pusing banget?!)
Dia berjalan kembali namun keseimbangan cowok itu goyah dan hampir terjatuh saat seseorang menahan tubuhnya yang berotot.
"Kamu gak apa-apa?"
Mata sayu Hendy dan mata hazel itu bertemu. Senyum pun mengembang dari bibir Hendy tak kala mengetahui siapa sosok yang menopang tubuhnya dengan susah payah.
"Finally.."
"Finally?"
Setelah mengucapkan satu kata itu, Hendy pun menyerah. Dia pingsan dengan menindih tubuh orang yang menolongnya.
"T-tunggu! Hei! Aduh.."
**
Rico lari secepat mungkin saat mendengar kabar dari mahasiswa lain bahwa Hendy pingsan. Dia langsung menerobos pintu masuk ketika melihat papan bertuliskan 'ruang kesehatan'.
"Astaga! Hen?! Ini kenapa?!"
Rico panik bukan main saat melihat sahabatnya terbaring lemah di ruang kesehatan. Dia lalu menyadari ada orang lain di ruangan yang sama.
Sosok itu berdiri membelakangi Rico sambil tangannya sibuk melakukan sesuatu. Namun betapa terkejutnya Rico saat dia berbalik dan kini menatapnya dengan lembut.
"Kamu kan.. Rani?!"
"Sstt.. Pelanin dikit suara kamu."