Hari ini adalah hari minggu, hari dimana Ninda libur bekerja.
Temannya satu persatu telah menikah, pasti mereka sibuk sebagai ibu rumah tangga. Tinggal di daerah yang tidak begitu mementingkan pendidikan dan mengutamakan pernikahan sangat membosankan. Bagi Ninda pendidikan untuk anak perempuan juga penting untuk kehidupan di masa depan yang pasti akan lebih maju. Mengurus rumah tangga adalah kewajiban sedangkan pendidikan tinggi adalah kebutuhan. Dengan pendidikan tinggi wanita menjadi pintar, pintar mengatur uang, punya mindset yang terbuka luas, pintar berbahasa yang baik dan pintar memberikan nilai yang baik pada anaknya.
Ninda pun sebenarnya ingin sekali berpendidikan tinggi, namun tidak semua orang tua mendukung cita-cita anaknya. Ninda harus mengubur impian itu dalam-dalam.
****
Bosan, 3 jam Ninda menonton anime. Walau sebagian orang nyaman jalan-jalan sendiri atau menghabiskan waktu sendiri, tapi terlalu sering sendiri juga membosankan.
Handphone Ninda berdering, membuatnya mem-pause anime yang sedang ia tonton.
Tertulis nama "Heri" disana. Berbicara tentang Heri, Heri itu tahu banyak hal tentang film, hampir semua film ia tahu dan sudah ia tonton. Dari mulai anime Jepang, frozen, spongebob, dino saurus, avenger, dan drama Korea. Pokoknya semua film dia tahu.
"Kenapa?" Tanpa basa-basi Ninda langsung bertanya.
"Gue depan rumah lo nih kak Nin. Ayo jalan! Sekarang lo ganti baju semprot parfum yang banyak gak usah mandi, cepetan keluar!"
"Eh gila lo tapi kan.."
Telepon terputus secara sepihak.
Ninda yang sama sekali belum mandi dari pagi kini bingung. Masa iya nggak mandi? Tapi kalau mandi dulu Heri pasti ngamuk karena nunggu terlalu lama.
Pintu kamar Ninda terbuka, ada Heri disana.
"Cepetan kak!, gak usah mandi"
Ninda memutar bola matanya malas.
"Iya ini mau ganti baju, keluar sana lo!"
Heri kembali menutup pintu kamar Ninda dengan rapat.
Heri dan Ninda memang sangat dekat, dua tahun bekerja bersama cukup membuat mereka sedekat itu karena memang Heri sosok orang yang sok akrab dan sok kenal sejak pertama kali bertemu orang. Heri pasti akan bertanya banyak hal dan membicarakan banyak hal.
Setelah selesai melakukan perintah dari Heri, tanpa mandi dengan banyak parfum kini Ninda sudah siap.
"Ia tante, tapi kak Ninda kalau di lingkungan kerja termasuk orang yang cerewet lho, sudah gitu galak juga. Mirip ibu tiri" ucap Heri yang sedang berbincang dengan ibunya Ninda.
Ninda yang baru menghampiri dan mendengar perkataan Heri langsung mendekat ke arah Heri dan menarik telinganya.
"Sembarangan aja kalau ngomong"
"Tuh tante liat sendiri kan kalau kak Ninda mirip ibu tiri"
Ibunya Ninda hanya tertawa kecil.
"Kalian mau kemana nih, tumben akur?" Tanya ibunya Ninda.
"Jalan-jalan sebentar tante, gak apa-apa, kan?" Ucap Heri yang langsung diberi anggukan oleh ibunya Ninda.
Heri menggunakan sepeda motor matic-nya, dengan kecepatan sedang. Tidak ada pembicaraan, karena berbicara pun percuma, saat sedang diperjalanan Ninda pasti mendadak tuli karena angin yang lewat.
Setelah kurang lebih 30menit Heri memberhentikan motornya di depan supermarket.
"Belanja?" Tanya Ninda yang masih bingung.
"Iya, lo tau kan kakak gue cowok, kembaran gue juga cowok. Tadi mama nyuruh gue ke supermarket, makanya gue ajak lo soalnya gue gak ngerti"
"Heri sialan, tau gitu mending kunci pintu, ganti nomor telepon biar dia gak bisa masuk dan gak bisa nelpon" gerutu Ninda dengan suara kecil.
"Gue denger lho, kak"
"Bodo"
Heri malah terbahak-bahak sampai memegangi perutnya. Beberapa menit kemudian dia menyudahi tawanya itu.
"Ayo masuk!" Ajaknya menggandeng tangan Ninda.
Heri memberitahu bahan-bahan yang dicatat mamanya disebuah secarik kertas kepada Ninda.
"Ini sudah, sudah juga, ini juga sudah. Oke sudah semua yag dicatatan. Gue ke kasir dulu kak, lo tunggu diparkiran aja sana! Takutnya kalau disini disangka mau nyolong"
Heri memang asem. Ninda langsung keluar dan menunggunya di parkiran dimana motor Heri terparkir.
Beberapa menit kemudian Heri kembali dengan kantong plastik ditangannya.
"Pegangin dong kak kantong plastik gue, ribet nih. Gak peka banget sih jadi cewe pantes aja jomblo terus"
Ninda segera mengambil alih kantong plastik itu.
Sesampainya dirumah Heri, Heri langsung mengambil alih kantong plastik itu dari tangan Ninda. "Berat, sini gue aja"
"Ayo masuk dulu! Gak ada yang antar lo pulang juga soalnya" ucap Heri lalu langsung masuk ke dalam rumahnya. Ninda pun mengikutinya dari belakang.
Isi rumah yang begitu harmonis, membuat Ninda menghentikan langkahnya dan terpaku. Pemandangan yang ia lihat saat masuk rumahnya adalah keharmonisan keluarga, Ninda begitu iri dengan keluarga Heri.
Keluarganya sedang berbincang ria, tak ada keributan disini. Sangat berbeda dengan keluarga Ninda, saat Ninda pulang tak ada anggota keluarga yang sedang bercengkrama.
"Eh Ninda! sini masuk, kenapa diam disitu? Maaf ya rumahnya berantakan" ucap mama Heri yang langsung bangun dari duduknya.
Kakak laki-laki dan kembaran Heri pun pergi ke kamarnya sebagai rasa menghormati tamu.
"Ini mah belanjaannya. Kak Ninda biar sama Heri, mama buatin minum buat kak Ninda aja, ya?"
"Ya sudah mama ke dapur ya, Ninda tante tinggal dulu ya"
Ninda menganggukan kepala sopan.
"Di teras depan aja yok!" Ajak Heri.
"Beruntung banget jadi lo Her, terlahir di keluarga yang harmonis. Punya kakak laki-laki, dan kembaran, pasti seru"
"Kalau lo gak terlahir di keluarga yang harmonis, berarti nanti lo harus ciptain keluarga yang paling harmonis buat anak lo, kak"
Ninda terdiam, tak ada jawaban darinya. Untuk beberapa detik hening.
"Punya kembaran itu nggak enak loh kak" ucap Heri memecahkan suasana.
"Masa?"
"Iya, malas aja gitu liat muka gue ada di orang lain, kayak ngerasa ngaca terus kalau dekat dia. Terus mau ngatain fisik juga gak bisa soalnya fisik kita sama" ucap Heri yg membuat Ninda tertawa.
.
.
.
.
To be continue
Don't forget for Vote and share
Terima kasih