Chereads / Jangan Baper! / Chapter 6 - 6

Chapter 6 - 6

"Kok lo masih kusut sih, kak?" Ucap Heri saat tiba di rumah Ninda.

Heri berhasil membangunkan Ninda yg sedang tidur siang dengan menelfon-nya berkali-kali. Mungkin lebih dari 10x panggilan tak terjawab dari Heri. Selain karena ponselnya yang getar tanpa nada dering, ponsel Ninda berada di dekat kakinya membuat Ninda tidak mendengarnya sama sekali. Entah bagaimana ponselnya bisa sampai dekat kakinya. Seingat Ninda sebelum tidur ia meletakan ponselnya disampingnya, sejajar dengan perut.

Di rumah, Ninda memang sendirian. Ayahnya memang jarang pulang. Ibunya bekerja dan pulang sore hari.

"Baru jam 2 siang lho, Her" ucap Ninda yang nyawanya belum terkumpul semua. Sesekali Ninda bahkan menguap.

"Kan kita mau ke pantai, jaraknya lumayan jauh loh kak dari sini. Cepet rapi-rapi!" Heri mendorong Ninda masuk, menyuruhnya agar bergegas.

Ninda segera mandi dan dandan alakadarnya. Hanya butuh waktu setengah jam Ninda sudah rapi. Tidak perlu cantik-cantik, bukan jalan sama pacar.

Mereka langsung pergi menggunakan motor matic milik Heri.

Seperti biasa, parfum Heri terbawa angin melewati hidung Ninda membuat Ninda ingin memeluknya dan merasakan aroma tubuh Heri. Tapi Ninda kembali ke prinsipnya bahwa Ninda dah Heri hanya berada dalam lingkaran pertemanan, tidak lebih. Jadi Ninda nggak boleh khilaf. Parfum ini, mungkin tidak akan bisa Ninda lupakan.

Heri membuat list semua tempat yang ia ingin kunjungi bersama Ninda. List pertamanya adalah pantai. Heri ingin melihat sunset katanya.

Kurang lebih dua jam perjalanan mereka tiba di tempat tujuan. Sepi, Sepertinya hanya ada mereka berdua di sini. Apa orang lain tidak ada yang ke pantai, ya?

Heri langsung membuka sepatunya, menyodorkannya kepada Ninda.

"Titip" ucapnya lalu segera mencelupkan kakinya ke dalam air.

Ninda terlihat seperti pengasuh anak sekarang.

Ninda berjalan menyusul Heri. Tapi Ninda hanya duduk di pasir dengan masih memegang sepatu Heri, ia tidak terlalu dekat dengan air, malas basah. Ninda melihat Heri di sana. Heri Berdiri sambil menikmati air pantai di kakinya.

Apa benar Heri sakit? Dia terlihat baik-baik saja saat ini. Bagaimana kalau Heri benar-benar tidak punya banyak waktu? Bagaimana hidup Ninda nanti? Dengan siapa lagi Ninda berteman?

Tiba-tiba Ninda menjadi over thinking. Dengan cepat Ninda membuang pikiran buruknya itu.

"Liat deh, sunset-nya muncul, kak"! Ucap Heri lalu duduk di samping Ninda.

Benar, melihat sunset di laut memang sangat memanjakan mata. Sangat indah.

Heri menyandarkan kepalanya di pundak Ninda membuat Ninda sedikit terkejut. Bahkan jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Tidak ada percakapan, Heri benar-benar hanya menikmati sunset sambil bersandar dipundak Ninda.

"Sunset indah ya, kak? Tapi sayang, dia berada di akhir dan cuma beberapa menit, setelah itu dia meninggalkan kegelapan. Beda sama sunrise yang terbit di awal dan menemani kehidupan banyak orang" ucap Heri masih bersandar di pundak Ninda.

Ninda tak menjawab, hanya menikmati sunset sambil mengatur detak jantungnya agar tetap normal.

Setelah beberapa menit menikmati sunset, Heri berdiri.

"Yok pulang!" Ajak Heri.

"Eh?"

"Sepatu gue!" Pintanya.

Ninda memberikan sepatunya yang dari tadi ia pegang.

"Cepet banget deh pulangnya" protes Ninda.

"Setelah ini cuma ada kegelapan kak, lo mau ngapain di sini? Gelap-gelapan sama gue?"

"Mesum!"

Heri tertawa cukup keras. Bisa-bisanya dia se-senang itu dibilang mesum.

"Ayok" Heri mengambil tangan Ninda. saat jalan menuju tempat motornya terparkir Heri terus menggandeng tangan Ninda.

Ingat Ninda, jangan baper! Dia cuma berlaku layaknya cowok yang ngajak anak orang main. Gak mungkin kan dibiarin jalan sendirian apa lagi hampir gelap gini.

Tata hati dan teguhkan kembali, kamu harus berjaga-jaga kalau cinta itu tidak selalu indah, Ninda.

Heri mengantar Ninda tepat di depan rumahnya.

"List kita masih banyak lho kak, besok gue jemput lo lagi"

Ninda hanya menganggukkan kepalanya.

"Kak, kalau nanti tiba-tiba gue gak ada kabar. Lo ke rumah gue ya, pastiin gue baik-baik aja. Atau pun kalau seandainya gue kenapa-napa, lo ada di sana"

"Eh? Lo ngomong apa sih? Ngaco deh!"

"Nggak apa-apa sih. Gue pulang kak!" Heri melambaikan tangannya dan pergi.

*

*

*

To be continue...