"Lo balik sama siapa kali ini?" Tanya Dylan kepada Arland yang kini sedang memejamkan mata di atas meja.
"Gue rapat lagi. Setiap hari rapat, nasib ketua osis. Lo mau gak gantiin gue jadi ketos?" Keluh Arland yang kini terlihat kelelahan.
Dylan menggeleng cepat. "Idih, ogah gue! Lagian siapa suruh lo mau aja pas di suruh jadi ketos. 'Kan gue udah bilang, sekolah cuman mau harta lo doang."
Arland hanya bisa menghela napasnya. Dia merasa harus memiliki setidaknya satu prestasi di sekolah agar Rosea tidak marah-marah.
Sewaktu keduanya tengah mengobrol, tiba-tiba saja sebuah tas mendarat di atas meja Arland.
Tas ransel berwarna putih yang berhasil memukul telak wajah pemuda itu, membuat Arland terlonjak kaget. "Sialan lo Dyl— Ck!" Dia baru saja hendak menyalahkan Dylan. Tetapi, rupanya bukan sang kakak pelakunya. Melainkan... siapa lagi kalau bukan Arasha?
"Bawain tas gue ke depan dong!" Pinta Arasha dengan santainya.