"Ssshhhh…."
"Hiks… hiks…" suara ringisan dan tangisan menggema di ruangan yang cukup luas ini. Ruang kamar Arland dan Arasha seketika berubah menjadi ruang penuh duka. Dipenuhi oleh air mata sedih dari Arasha yang terlalu mengkhawatirkan suaminya.
Arland sudah diperbolehkan pulang. Lebih tepatnya, pria itu memaksa. Dsn dokter memberitahu Arasha untuk terus merawat luka Arland yang ternyata cukup parah. Bahkan, sampai membutuhkan jahitan.
Tidak bisa dipungkiri, Arland suka setiap kali Arasha mengkhawatirkannya. Tetapi, itu bukan alasan untuk Arland terluka setiap saat.
Pria itu menangkup kedua pipi Arasha, menenangkan sang istri. "Hei… gue gak apa-apa. Luka gue juga sudah dijahit, Asa…" kata Arland.
Untuk sementara, dia tidak mau membahas tentang masalah berat mereka. Arasha sudsh terlalu banyak menangis hari ini. Akan berbahaya untuk kandungannya jika Arasha sampai stres.
