"Sa, please…" Arland memohon pada Arasha. Terus memohon bahkan hingga malam telah larut.
Pria itu duduk di samping Arasha yang sedang sibuk dengan ponselnya.
"Sa…"
"Gak ada apapun, Arland. Percaya sama aku. Gak ada apapun. Itu cuman mimpi. Dan masalah tentang diri kamu itu, bisa aja kamu stres, Arland…" Arasha menyimpan ponselnya di atas nakas.
Dia kini merasa tidak tega dengan kondisi Arland. Rupanya, Arland frustasi memikirkan sesuatu yang hilang dari dalam pikirannya namun tak berhasil dia temukan. Sesuatu yang hilang itu tentunya merupakan sebuah ingatan masa lalu. Ingatan menyakitkan yang sebaiknya tidak Arland ingat sekalian.
Tak tega dengan Arland, Arasha langsung memeluknya, menuntun Arland untuk berbaring di ranjang. "Tidur, Land…"