Lamborghini Sesto Elemento berwarna hitam sudah terparkir sempurna di depan sebuah mansion mewah milik dua keluarga terpandang di dunia.
Orang-orang menyebut kedua keluarga tersebut sebagai Dua Cahaya Bumi. Keluarga yang sejak generasi sebelum-sebelumnya selalu bersama tanpa adanya perpecahan atau konflik besar yang membuat mereka terpecah belah.
Dua orang pria tampan turun dari mobil seharga miliaran rupiah tersebut, kemudian berjalan tergesa memasuki mansion. Kacamata hitam sudah keduanya naikkan ke atas kepala, membuat mereka kini tampak sangat menawan.
Langkah kaki tergesa yang diikuti oleh suasana gusar membuat keduanya terlihat menyeramkan.
Tak hanya itu, aura gelap yang mereka bawa kini seolah mengikuti keduanya hingga masuk ke dalam mansion tersebut.
Langkah gusar mereka terhenti sempurna di depan seorang perempuan cantik dengan rambut silvernya. Perempuan yang mereka panggil dengan sebutan 'Mami'.
"Mami bohong 'kan tentang perjodohan itu?!" sentak seorang pria bermanik biru yang kini terbalut kaos putih polos dan celana jeans hitam.
"Apa Mami pernah berbohong padamu, Arland?" balas perempuan cantik tersebut.
Arland, nama pria tampan yang kini bekerja sebagai pengusaha kaya raya milik keluarganya. Usianya masih dua puluh tiga tahun. Namun, dia sudah memegang kendali atas perusahaan besar yang ada di tangannya. Bahkan, dia sudah menyelesaikan kuliahnya dalam waktu singkat. Yaitu, hanya tiga tahun.
Nama Arland Maurozeas Cashel melekat pada dirinya sejak pria itu terlahir. Dia adalah si pemilik dua marga besar. Yaitu, marga Zeas dan Cashel. Dua marga yang dikenal kekayaannya oleh banyak orang.
Manik mata biru safir yang melekat pada dirinya berasal dari perempuan di depannya yang dia panggil dengan sebutan 'Mami'. Perempuan yang merupakan ibu kandungnya, satu-satunya wanita yang dia cintai setelah kematian adiknya beberapa tahun yang lalu.
"Tidak…" lirih Arland, menunduk. Arland sama seperti kebanyakan pria dalam dunia novel. Si pengusaha kaya raya yang nakal. Tetapi, Arland masih dalam batas wajar. Dia tidak membunuh apalagi menggunakan narkoba. Dia juga bukan dari keluarga broken home. Dia hanya seorang pria yang terlahir di keluarga penuh kehangatan sehingga membuat Arland selalu patuh pada setiap perintah yang ibunya berikan.
"Mam, tap—" kalimat Arland terpotong oleh Rosea. "Kau mau membantah Mami sayang? Tidak mau menurut lagi? Mau menjadi anak pembangkang? Mau mmebuat Mami sedih hm?"
Helaan nafas berat keluar dari bibir Arland. Jika sudah seperti ini, Arland tidak bisa memprotes apapun lagi. Terlebih, jika Rosea sudah mengeluarkan jurus utamanya. Arland tidak pernah mau ibunya merasa sedih. Sehingga, dia selalu mengusahakan kebahagiaan untuk sang ibu. Apapun, bahkan jika nyawa yang ibunya minta.
"Arland sudah setuju." Kata Rosea pada sang suami yang duduk di sebuah sofa dekat sana.
Sang suami atau ayah Arland, bernama Alaric Cashel. Si buaya darat yang dulu suka bermain-main dengan banyak wanita. Mungkin, Arland menurun darinya. Meski dahulu Alaric suka sekali mempermainkan perempuan, tidur dengan wanita yang berbeda-beda setiap harinya, tetap saja hati Alaric hanya ada pada Rosea. Perempuan yang Alaric cintai selama lebih dari dua puluh tahun. Dan cintanya tidak pernah pudar hingga saat ini. Bahkan, bukannya pudar, justru Alaric cintanya semakin besar.
"Good job My Rose!" balas Alaric dengan senyum mengembangnya.
Berbeda dengan Arland yang sudah pasrah dan mengikuti apa yang ibunya perintahkan, pria tampan dengan kepribadian yang berbanding terbalik dengan Arland justru terus saja membantah permintaan kedua orang tuanya.
"Bunda sudah tidak bisa membujuk Daddy mu lagi Dylan…" Lirih seorang perempuan cantik yang seusia dengan Rosea.
Seorang perempuan cantik dengan rambut coklat keritingnya yang sangat khas. Istri dari seorang Darren Gale yang dikenal dengan sifat cool nya.
"Dad… hati Dylan masih ada di Arasha, Dylan masih belum bisa membuka hati Dylan untuk siapapun." Kata Dylan, masih saja menolak apa yang dikatakan oleh sang ayah.
Dylan Maciel Gale, putra sulung dari keluarga Gale. Dia memiliki seorang adik perempuan yang bernama Elvaretta Gale.
Jika Arland dikenal sebagai bad boy kelas kakap yang suka tidur dengan banyak wanita, Dylan justru kebalikannya. Dia adalah softboy yang sangat menghormati hati wanita. Hal ini dikarenakan hati pria berusia dua puluh tiga tahun tersebut masih terjebak di satu wanita. Yaitu, Arasha Orlean. Gadis yang Dylan cintai semasa sekolah menengah atas.
Arasha Orlean adalah mantan kekasihnya. Perempuan yang berhasil merebut perhatian Dylan sepenuhnya. Bahkan, hingga Dylan sulit membuka hati untuk wanita lain selama beberapa tahun ini.
"Dad tidak mau dibantah, oke? Kau hanya perlu menurut seperti Arland." Ujar Darren, membuat Dylan menghela nafasnya.
Dia tidak kesal saat dibandingkan dengan Arland. Yang membuatnya kesal adalah, dia harus mengikuti kemauan ayahnya tanpa terkecuali.
"Menyerahlah, Lan… kau pasti kalah." Sahut Arland.
Oke, Dylan menyerah. Dia kembali berdiri di samping Arland, kemudian pasrah. "Baiklah, Dylan akan menerimanya." Kata Dylan pasrah.
Rosea kini tersenyum bahagia. "Kalian akan dijodohkan dengan satu perempuan yang sama." katanya, membuat Arland dan Dylan membelalak bersamaan.
"Kita berdua akan memiliki istri yang sama Mam? Berbagi istri? Poligami—"
"—bukankah poliandri?" timpal Dylan.
"Bukan—" baru saja Rosea berniat menjelaskan, Arland dan Dylan sudah berteriak histeris.
"Mami gila?!" sentak Arland dan Dylan bersamaan.
***
***
Di sinilah Dylan dan Aarland berada. Berada di dalam bar, bersulang minuman. "Cheers untuk malam paling sialan yang kita miliki." Ucap Arland setelah gelas keduanya berdenting.
"Sumpah gue gak habis pikir sama Mami… gimana bisa kita udah kaya barang jualan?" balas Dylan yang kini mulai menghela napas berat. Entah gelas keberapa dia minum saat ini.
Tidak ada satu istri dua suami. Yang ada justru perempuan yang akan dijodohkan dengan mereka disuruh untuk memilih antara Arland dan Dylan. Di sini, harga diri mereka dipertaruhkan.
"Gimana kalau nantinya dia milih gue? Lo tahu sendiri hati gue cuman buat Asa…" lirih Dylan dengan hati yang sangat berat. Dia terlihat sangat frustasi saat ini. Memikirkannya saja terasa sulit.
"Lo masih belum nemuin Asa?" tanya Arland dengan wajah yang kini sama frustasinya.
Arasha, kekasih Dylan sewaktu sekolah menengah atas menghilang begitu saja. Benar-benar lenyap seolah ditelan oleh bumi. Berkali-kali Dylan berusaha untuk mencari keberadaan Arasha, namun sia-sia.
"Gue lagi nyoba lupain dia. Sudah bertahun -tahun tapi susah banget rasanya." Balas Dylan.
Arland tahu bagaimana sulitnya pria yang dia anggap sebagai kakak kandungnya ini melupakan sosok Arasha yang nyatanya sangat berperan besar bagi kehidupan keduanya di masa lalu.
Mereka terlibat cinta segitiga, dimana Arland lah yang mengalah dan memilih untuk mundur, merelakan Arasha bahagia dengan Dylan. Tetapi, kebahagiaan mereka ternyata hanyalah sesaat. Karena sehari setelah prom night, Arasha menjauh dari Dylan tanpa alasan yang jelas.
Padahal, saat itu adalah masa terberat kehidupan keluarga mereka. Dimana sebuah kecelakaan terjadi sehingga membuat Arland dan Dylan kehilangan Lea.