Allena kembali ke kamar sang papi, dia akhirnya pamit. Dia mengatakan ada urusan darurat, jadi dia harus pergi dair kediaman sang papi. Allena memutuskan untuk segera kembali ke kediamannya.
***
Sesampainya di kediaman Allena, Allena bergegas menuju ruang kerja Nio. Dia membuka laci meja kerja Nio dan terdiam ketika melihat sebuah flashdisk. Dia teringat tadi pagi Nio mengatakan tentang design proyek terbaru perusahaan Sasongko yang ada di dalam sebuah flashdisk.
'Apakah designnya ada di dalam sini?' batin Allena seraya mengambil flashdisk itu dan melihatnya dengan seksama.
Allena terdiam beberapa saat, dari pada menduga-duga, sebaiknya dia memeriksanya sendiri.
Allena pergi ke ruang kerjanya, dia mengambil laptop miliknya dan memasang flashdisk tersebut. Dia mencari document yang mungkin isinya adalah design proyek perusahaan Sasongko.
Setelah menemukan apa yang dia cari, dia terdiam beberapa saat. Entah apa yang dia pikirkan, tetapi akhirnya dia menyalin design itu dan menyimpan di document pribadinya.
Allena menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya dengan kasar. Akhirnya pekerjaannya selesai dan dia bisa menghadapi Albert malam nanti.
Allena kembali ke ruang kerja Nio dan menyimpan flashdisk itu ke tempat semula. Dia membuat posisinya sama persis dengan posisi sebelumnya. Dia melakukan itu agar Nio tak curiga jika benda mungil itu berubah posisi. Dia tak ingin mengambil resiko apapun.
Sementara itu, di ruang kerja Nio. Nio mengetuk jari telunjuknya ke atas meja kerjanya. Pandangannya tertuju pada layar laptopnya. Banyak pertanyaan di kepalanya setelah dia melihat apa yang terjadi di dalam laptopnya. Allena tak tahu, Nio memantau ruang kerjanya bahkan setiap ruangan di kediamannya bisa terlihat di layar laptopnya.
Nio melakukan itu karena dia ingat Allena tak pergi bekerja hari ini. Jadi, Nio pikir Allena akan berada di rumah seharian.
Sebenarnya, Nio merasa aneh karena Allena yang biasanya tak ingin tahu tentang proyek apapun yang berkaitan dengan perusahaan Sasongko, tiba-tiba ingin melihat proyek itu. Jelas Allena dan Nio berada di dunia pekerjaan yang berbeda. Allena takan memahami pekerjaan Nio meski Allena sangat mendukung pekerjaan Nio.
Dan hal yang cukup mengejutkan pun terlihat oleh Nio, Nio melihat saat Allena mengambil flashdisk di laci kerjanya dan Nio juga melihat saat Allena memasangnya di laptop Allena.
Nio mengambil flashdisk di laci meja kerjanya. Dia melihat flashdisk itu sebentar dan kembali meletakannya di dalam laci.
'Apa dia ingin menyalin design itu? Tapi, untuk apa dia melakukannya?' batin Nio.
Nio tak ingin mencurigai Allena, tetapi akhir-akhir ini sikap Allena lah yang memancing kecurigaannya. Terlalu banyak hal mengejutkan tentang Allena yang Nio ketahui. Atau mungkin Nio saja yang tak menyadari apapun? Apakah setelah 2 tahun menikahi Allena, Nio akan melihat wajah asli Allena?
Ketukan di pintu mengalihkan perhatian Nio, Nio melihat Wilona memasuki ruang kerjanya.
"Tuan, Saya sudah mendapatkan informasi tentang orang yang Anda cari," ucap Wilona.
Mendengar apa yang Wilona kataka, Nio teringat saat dia sampai di kantor tadi, dia sempat meminta Wilona untuk mencari tahu tentang seseorang yang dia ambil fotonya menggunakan kamera ponselnya tadi malam. Tak disangka Wilona mendapatkan informasi orang itu dengan cepat.
"Berikan pada Saya," ucap Nio dan Wilona bergegas menghampiri Nio.
Wilona memberikan sebuah berkas pada Nio dan Nio membuka berkas itu, dia melihatnya sebentar.
"Terima kasih, Wilona," ucap Nio.
"Tak masalah, Tuan. Sudah menjadi tugas Saya. Apa ada lagi yang harus Saya lakukan?" ucap Wilona.
"Kamu bisa lanjut bekerja," ucap Nio.
"Baik, kalau begitu Saya permisi," ucap Wilona dan keluar dari ruangan Nio.
Nio membuka berkas yang diberikan oleh Wilona tadi, dan mulai membacanya. Berkas itu berisikan tentang Albert. Di sana Nio melihat nama lengkap Albert, pendidikan, bahkan pekerjaan dan dari keluarga mana Albert berasal.
Nio terdiam sejenak, kini dia akhirnya tahu, Albert adalah anak seorang pengusaha dan sepertinya Nio pernah mendengar nama papa Albert. Nio akhirnya tahu Albert adalah pewaris perusahaan pengusaha itu.
Nio melihat di berkas itu juga ada hubungan bisnis perusahaan keluarga yang Albert kelola dengan beberapa perusahaan lain tetapi tak ada nama perusahaan Allena yang terlihat di sana.
Nio teringat kembali tentang tadi malam saat Allena bertemu Albert. Sebenarnya Nio sempat mengambil potret kebersamaan Allena dan Albert, itulah mengapa Nio memiliki potret wajah Albert dan meminta Wilona untuk mencari tahu tentang Albert. Sebelumnya Nio tak tahu nama Albert.
Nio jadi terpikir, jika Allena dan Albert tak terlibat hubungan pekerjaan, lantas ada hubungan apa di antara Allena dan Albert? Apakah Albert teman Allena? Tapi, mengapa selama 2 tahun menikah dengan Allena, Nio tak pernah bertemu dengan Albert? Jelas Nio tahu siapa saja teman-teman Allena karena Allena selalu mengajak Nio jika bertemu dengan teman-temannya.
Perasaan Nio semakin gelisah, dia benar-benar tak tenang memikirkan pertemuan Allena dan Albert. Apakah pernikahannya sedang terancam? Jika begitu, mana mungkin dia akan diam saja.
***
Pukul 7 malam, Allena sampai di Vila Albert. Kali ini, Allena datang menggunakan mobilnya sendiri. Dan sama seperti kemarin malam, Albert pun menyambut Allena secara langsung. Dia berdiri tepat di sisi mobil Allena yang baru saja berhenti.
Begitu keluar dari mobil, Allena menghampiri Albert, Albert pun menyodorkan tangannya dan menjabat tangan Allena. Setelah itu Allena bergegas menarik tangannya.
"Apa Anda khawatir Saya akan melakukan hal yang sama seperti kemarin malam?" tanya Albert seraya tersenyum.
Allena hanya diam, dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan menyodorkannya ke hadapan Albert.
Albert akan mengambilnya, tetapi belum sempat Albert menyentuh benda mungil yang tak lain adalah sebuah flashdisk itu, Allena menarik tangannya menjauh dari jangkauan Albert.
"Urusan kita selesai sampai di sini, jangan lagi meminta Saya datang ke sini jika tak ada apapun yang berkaitan dengan pekerjaan! Takan ada lagi urusan yang melibatkan hal lain di luar kerjasama kerja perusahaan kita!" tegas Allena memperingatkan Albert.
Albert tersenyum.
"Tentu saja, Anda tak perlu khawatir," ucap Albert.
Allena pun memberikan flashdisk itu pada Albert.
"Saya perlu memeriksanya dulu, jangan sampai Saya membeli kucing di dalam karung," ucap Albert kemudian tersenyum.
"Silakan saja," ucap Allena.
Albert memanggil asistennya dan meminta sebuah laptop pada asistenya. Setelah mendapatkan laptopnya, Albert memasang flashdisk itu dan membuka sebuah document yang di dalamnya terlihat sebuah design yang terlihat rumit tetapi dia sangat antusias ketika melihatnya.
Setelah memastikan document itu, Albert menutup laptopnya dan memberikan laptop itu pada asistennya.
"Saya sangat mengagumi Anda, Nona Allena. Anda sangat berani, bahkan Anda mampu mengkhianati pasangan Anda sendiri," ucap Albert kemudian menyeringai.
Allena tak mengatakan apapun.
"Anda luar biasa," ucap Albert menyeringai, dan Allena pun melakukan hal yang sama.
"Saya akan pergi sekarang," ucap Allena.
"Kenapa buru-buru? Saya bahkan belum menjamu Anda," ucap Albert.
Tepat ketika Allena akan bicara, kaca penumpang depan mobil Allena terbuka, dan hal itu mengalihkan perhatian Albert.
"Nona Allena, kita tak bisa berlama-lama di sini," ucap Guntur.
"Anda lihat, Saya masih memiliki pekerjaan yang harus Saya kerjakan. Jadi, sayang sekali, Saya tak bisa menikmati jamuan Anda," ucap Allena.
Albert menghela napas. Dia pikir Allena datang sendiri, tak disangka Allena datang bersama sekretarisnya.
"Ya, memang sangat disayangkan, tapi tak masalah. Urusan Anda lebih penting. Saya cukup senang bisa bekerjasama secara pribadi dengan Anda," ucap Albert kemudian tersenyum penuh maksud.
Allena tak mengatakan apapun dan berbalik menuju mobilnya, dia memasuki mobilnya dan tak lama mobil Allena pun meninggalkan area Vila.
***
Di perjalanan, Allena terdiam seraya mengemudi. Selama beberapa menit tak ada apapun yang keluar dari bibirnya.
"Nona, bukankah Tuan Albert sangat tak biasa? Dia sepertinya tak sesederhana yang kita pikirkan," ucap Guntur.
"Saya tahu," ucap Allena.
"Lalu, mengapa Anda masih meladeninya? Jelas itu bukan bagian dari pekerjaan," ucap Guntur.
Allena tersenyum, membuat Guntur bingung.
"Dia telah membebaskan Saya dari kasus itu. Jadi, tentu saja Saya melakukannya untuk membalas budi," ucap Allena.
"Jadi, Anda benar-benar melakukannya?" ucap Guntur.
"Bagaimana menurutmu?" tanya Allena seraya melihat Guntur sekilas.
"Saya tak yakin, Saya tak bisa menebak pikiran Anda," ucap Guntur.
Allena pun terkekeh, membuat Guntur semakin bingung.
'Aku tak bisa membayangkan jika dia benar-benar melakukannya, apakah dia tak khawatir Tuan Nio akan tahu kelakuannya?' batin Guntur tak habis pikir. Yang lebih membuatnya tak habis pikir, Allena bahkan masih bisa tersenyum, tak terlihat kekhawatiran di wajahnya.