Nio beranjak dari posisinya, setelah itu dia pergi ke kamarnya. Ketika sampai di depan pintu kamarnya, Nio mencoba membuka pintu kamar tetapi ternyata dia tak bisa membuka pintu tersebut.
Nio pun menghela napas dan terdiam di depan pintu kamar untuk beberapa saat. Pintu itu tetap tak terbuka dan dia pun enggan memanggil Allena yang Nio yakini berada di dalam kamar. Entah mengapa, Nio tak memiliki keberanian untuk meminta agar Allena membukakan pintu kamar. Dia amat menyadari, Allena sedang sangat marah, itulah mengapa Allena pasti tak ingin dekat dengannya.
Nio pun akhirnya pasrah, dia memilih pergi ke kamar tamu di lantai dua, di mana kamar itu juga pernah dia tempati sebelumnya.
Nio mendekati tempat tidur, lalu duduk di tepi tempat tidur. Pikirannya terasa kosong sekarang, tak ada cara yang terpikirkan untuk membujuk Allena agar mau memaafkannya. Dia bahkan tak yakin dia akan berani menunjukkan wajahnya di depan Allena.