"Kalau sampai Mr. Obsen marah - marah karena hasil pemotretanku kurang bagus maka, orang pertama yang harus dipersalahkan atas ini semua adalah kau, Mr. Gilbert." Kesalnya berpadukan dengan lirikan tajam yang dia lemparkan ke arah pintu kamar yang telah menutup rapat.
--
Super model kenamaan - Flower Carnabel - sedang diterpa kebimbangan. Di satu sisi dia harus segera bersiap supaya bisa segera ke lokasi pemotretan. Namun, disisi lain ada sang billionaire yang masih tertidur diatas ranjangnya.
Flower tampak menghentak - hentakkan jemari pada dagu. "Bagaimana ini?" Diliriknya sekilas pemilik tubuh kekar yang masih tertidur pulas. "Kalau aku mandi ... bagaimana kalau tiba - tiba Mr. Gilbert terbangun dan mendobrak pintu kamar mandi?"
Flower pun tampak menggeleng - gelengkan kepalanya membayangkan hal mengerikan tersebut. "Oh, no no no. Aku tidak akan pernah membiarkan hal mengerikan seperti itu menghancurkan masa depanku terutama karir impianku." Tapi, kalau aku tidak segera bersiap. Bagaimana aku bisa ke lokasi pemotretan? Lanjutnya dalam hati.
Manik hazel menggeliat muak pada tubuh kekar yang masih saja terlelap di dalam tidurnya. "Huh, dasar merepotkan!" Kesalnya.
Berulang kali dia pun tampak memutar bola matanya mencoba mencari jalan keluar dari permasalahan yang sedang menghimpitnya saat ini.
Tidak mau terlambat ke lokasi dan bermasalah dengan CEO gila, Obsen Brossom. Dia pun memutuskan untuk mandi di apartement Karyl.
"Oh good. I'm a champion at problem solving. Let's go, Flow."
Langkahnya kian lebar berpadukan dengan seulas senyum penuh kemenangan, akan tetapi senyuman itu pun hilang beriringan dengan langkah kaki terhenti. "Lalu, bagaimana jika Mr. Gilbert terbangun dan tidak mendapatiku di dalam apartement ini? Pasti dia merasa telah disekap dan ... kekacauan terjadi. Oh, no!"
Sebenarnya Flower bisa saja meminta bantuan kepada petugas keamanan. Namun, dia tidak mengijinkan siapa pun memasuki kamarnya. Sebagai publik figur yang dikenal masyarakat luas mengharuskan seorang Flower Carnabel menjaga sikap.
Arrgghh, teriaknya frustasi. "Kenapa kau menyulitkanku sih, Mr. Gilbert?"
Tak pernah Flower sangka bahwa pertemuannya dengan sang billionaire akan menjebaknya ke dalam masalah pelik.
"Kenapa kau tidak juga bangun, hah?" Teriaknya sembari menendang pintu dengan sangat keras. Bersamaan dengan itu kembali melemparkan tatapan sengit. "Kalau aku menunggu mu sampai bangun. Aku bisa terlambat dan aku paling malas berurusan dengan yang namanya, Obsen. Tetapi kalau aku pergi sekarang ... "
Arrgghh, memukulkan sikunya ke pintu. "Auch, sakit … " rintihnya sembari mengusap sikunya yang terasa perih.
Akhirnya Flower memutuskan mendekati sisi ranjang. Ingin rasanya menyeret pemilik wajah tampan tersebut kemudian melemparnya keluar. Sayangnya, keinginan tak pernah sejalan dengan kenyataan ketika yang dia inginkan berbanding terbalik dengan yang dilakukannya saat ini.
Dengan penuh kelembutan dibangunkannya sang billionaire. "Sir, bangun! Hari sudah semakin siang. Apakah Anda mau tidur sepanjang hari, huh? Ayo, bangun!" Mengusap perlahan lengan kekar.
Sayangnya, Darren sama sekali tak terusik. Sang billionaire benar - benar terlihat nyaman di dalam tidurnya.
"Huh, tampan sih tampan. Tapi, menyusahkan." Geramnya dengan dada naik turun menahan emosi.
Belum juga reda dari emosi yang membelenggunya saat ini. Ponselnya sudah berdering dengan menampilkan pesan dari Karyl.
•
Pagi ini Alexa datang dari Miami.
Jangan terlambat datang! Jangan memberi celah pada rival mu! Jangan sampai dia merebut posisi mu sebagai ikon Brossom Magazine.
Ku tunggu dilokasi pemotretan.
•
Itulah sederet pesan yang telah Karyl kirimkan. Informasi mengenai kembalinya Alexa ke London telah menenggelamkan Flower ke dalam lautan amarah.
Ditatapnya wajah tampan dengan tatapan muak dan dengan kasar menyentak lengan kekar. "Bangun!" Bentaknya. Meskipun begitu sama sekali tak mengusik lelaki tersebut dari tidur nyenyaknya.
Hembusan nafas lelah tampak mengiringi deru nafas Flower. Geram? Tentu saja! Bahkan ingin rasanya menyiram tubuh kekar tersebut dengan air dingin.
Kini, habis sudah kesabaran yang coba Flower pendam sedari tadi. Akhirnya dengan kasar menyeret tubuh kekar membuat sang pemilik membuka mata dengan segera. "Lancang! Beraninya kau mengganggu tidurku!" Bentaknya berpadukan dengan tatapan nyalang.
Tidak suka dibentak apalagi oleh lelaki asing telah membuat manik hazel menajam. "Jangan pernah meninggikan suara mu di apartement ku, Tuan asing!" Bentaknya dengan suara tak kalah tinggi.
"Kau menyebutku apa? Tuan asing? Hai, Nona! Ini kamar ku! Beraninya kau memasuki kamarku tanpa ijin. Keluar!" Bentak Darren sekali lagi hingga suara bentakannya terdengar memekak telinga.
"Dasar laki - laki tidak waras! Jika memang benar bahwa ini kamar mu maka, lihatlah sekeliling mu, lihat!"
Darren pun tak lagi menanggapi ocehan Flower. Tiba – tiba saja kepalanya terasa berdenyut – denyut hebat. Tak tahan dibuatnya dia pun kembali membaringkan tubuhnya ke atas ranjang sembari memegangi kepalanya yang terasa dipukuli ribuan palu.
"Oh, Tuhan kenapa kepalaku terasa sangat sakit?"
"Kau tanya kenapa, hah? Kepala mu sakit akibat kau mabuk berat semalam. Tidak usah manja! Segera enyah dari apartement ku!"
"Nona, aku tidak mengenal mu dengan baik tapi, kenapa kau memarahiku. Please, berikan aku obat." Pinta Darren, dan inilah untuk pertama kalinya seorang Darren Ewald Gilbert memohon bantuan kepada orang asing.
"Dasar billionaire menyusahkan!" Geram Flower.
Meskipun sangat geram, akan tetapi naluri kewanitaannya tetap saja tersentuh. Bersamaan dengan itu dia pun menghubungi Jason selaku dokter pribadinya yang tak lain dan tak bukan adalah mantan tunangannya yang telah direbut oleh kakaknya sendiri, Rose Gardenia.
"Bersabarlah, dokter akan segera datang."
Sementara itu, Darren seperti tidak merespon. Lelaki tersebut tampak kesakitan sehingga berulang kali merintih. Jujur, disuguhi akan hal tersebut telah membuat Flower disergap rasa tak tega. Dia pun tampak mendekati sisi ranjang. Perlahan tapi pasti direngkuhnya kepala Darren ke atas pangkuan kemudian mulai memberinya pijatan demi pijatan.
Flower sama sekali tidak tahu apakah hal ini bisa meredakan rasa sakit atau tidak. Yang jelas hanya inilah yang bisa seorang Flower Carnabel lakukan.
Tak lama setelahnya Darren tak lagi merintih dan hal itu pun telah memaksa Flower mendongakkan wajahnya ke bawah sehingga bermanjakan wajah tampan yang juga menghujaninya dengan tatapan penuh kerinduan.
Tangan kekar terulur merengkuh tengkuk. Tanpa disangka dan tanpa diduga sebelumnya langsung menyentak wajah Flower hingga ciuman pun tak terelakkan.
Tersentak? Tentu saja! Hingga manik hazel membeliak seketika.
Ingin rasanya Flower memberontak, akan tetapi respon tubuhnya pun menginginkan hal berbeda. Pesona sang billionaire serta sentuhan bibir kokoh yang terasa memabukkan telah membuat seorang Flower melemparkan kehormatan dan juga harga dirinya ke dalam jurang kenistaan.
"Inilah yang ku rindukan disetiap detiknya, Nona Earl." Ucapnya disela – sela ciuman.
Manik hazel membeliak seketika, bersamaan dengan itu langsung mendorong dada bidang. "Earl, siapa? Bisa – bisanya kau menciumku dan membayangkan wanita lain! Dasar lelaki mesum! Lelaki tidak tahu diri! Lelaki hina."
Caci maki yang baru saja mengusik pendengaran telah membawa kesadaran Darren kembali. "Siapa kau?" Bersamaan dengan itu langsung mendorong tubuh ramping hingga tersungkur ke lantai. "Auch … " rintih kesakitan tampak mengiringi pergerakan bibir ranum.
Tidak suka diperlakukan dengan sangat kasar oleh lelaki asing terutama di apartement nya sendiri telah membuat Flower murka. Dadanya tampak naik turun menahan amarah. Sorot mata berubah nyalang, wajah mengetat, bibir membentuk garis lurus. "Ini apartement ku, Tuan asing. Beraninya kau berlaku kasar padaku. Keluar!" Bentaknya hingga suara bentakannya terdengar memekak telinga. Bersamaan dengan itu terdengar suara bel apartement yang Flower yakini bahwa orang tersebut adalah, Jason.
Tanpa mengintip terlebih dahulu melalui interkam langsung membukanya kasar. Seketika itu juga manik hazel nya membeliak sempurna. "Siapa Anda?"
"Mr. Gilbert, ada di dalam?"
"Pertanyaan tidak dijawab dengan pertanyaan!" Dasar bodoh! Makinya dalam hati.
"Saya tidak ada urusan dengan Anda. Kedatangan saya ke sini untuk menjemput, Mr. Gilbert."
🍁🍁🍁
Next chapter ...