Chereads / I'm Your Moon / Chapter 4 - Tusukan Pisau

Chapter 4 - Tusukan Pisau

Seana meringkuk di kasur. Dia hampir ingin menangis karena tidak menemukan jalan untuk pulang. Terjebak di masa lalu tidak pernah terpikirkan oleh Seana. Bayangkan jika kalian terjebak di masa lalu, betapa panik dan bingungnya kalian?

"Ratu, sudah waktunya untuk makan siang." suara pelayan dari luar kamar tidak membuat Seana bergeming. Dia tetap diam dengan pikiran menebak jalan pulang.

"Bagaimana kalau aku menusuk perut dengan pisau?" gumam Seana saat matanya menangkap pisau di keranjang buah yang ada di meja samping kanannya.

Seana mengambil pisau tersebut dan mengarahkan ke perutnya. Dia bisa saja mati, tapi Seana berpikir itu satu-satunya jalan pulang. "Aku yakin akan pulang," ujar Seana menenangkan diri sendiri.

"Ratu!" pelayan di luar kamar mengetuk pintu berkali-kali. Mereka juga bingung kenapa tidak ada jawaban dari dalam.

"Kami izin masuk, Ratu!"

Tepat saat para pelayan masuk ke kamar, Seana terkapar di lantai dengan gaun berwarna emas di bagian perut yang berlumuran darah. Mereka juga mendapati pisau berlumuran darah di tangan Seana.

"Ratu!" teriak para pelayan panik sambil berlari menghampiri Seana.

Seana menahan rasa sakit di perutnya. Sedetik dia menyesali perbuatannya karena setelah menusuk pisau ke perut tidak terjadi apa-apa. Dia tidak kembali ke masa depan dan masih tetap seperti itu.

"Panggil menteri kesehatan sekarang juga!"

Salah satu dari pelayan tersebut berlari keluar kamar yang dapat Seana tebak kemana perginya. Sedangkan para pelayan yang lain mengangkat tubuh Seana dan membaringkannya ke ranjang.

Beberapa menit kemudian datang rombongan wanita berpakaian serba putih yang di kedua tangan mereka masing-masing membawa nampan berisi obat-obatan dan perban kain putih.

Para pelayan menyingkir dan rombongan wanita berpakaian serba putih itu mengerumuni ranjang Seana.

Salah satu dari mereka memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan Seana dan raut wajahnya terlihat panik.

"Kita harus menyelamatkan Ratu dengan cepat! Kondisinya sangat lemah."

"Beritahu Raja tentang keadaan Ratu sekarang!"

***

Seorang wanita bergaun biru malam yang wajahnya sangat mirip dengan Seana terlihat sedang berjalan menuju danau. Di danau tidak hanya ada dirinya, tapi juga ada Zeyn yang duduk di tepi danau tanpa membawa pengawal.

Saat Zeyn menoleh ke belakang, manik mata mereka bertemu yang berhasil mengembangkan senyum di bibir keduanya.

"Aku sangat merindukanmu, Zeyn!" wanita itu memeluk Zeyn dengan erat yang langsung dibalas hangat oleh Zeyn.

"Aku juga merindukanmu, Reana."

Mereka berpelukan lama melepas rasa rindu yang baru sempat terbalas. Tidak ada yang membuka suara sampai akhirnya seorang pengawal berlari ke arah mereka.

"Maaf menganggu, Raja." ucap pengawal yang membuat Zeyn melepaskan pelukannya.

"Ada apa?"

"Ratu terluka."

Reana menggeram kesal setelah mendengar ucapan pengawal tersebut. Dia menggenggam tangan Zeyn seperti melarang Zeyn untuk kembali ke istana. Zeyn menatap Reana seperti ragu untuk menuruti permintaannya. Tapi kemudian Zeyn menatap pengawal tersebut.

"Sampaikan pada semua orang aku tidak bisa kembali ke istana!" perintah Zeyn yang membuat Reana tersenyum puas.

Pengawal tersebut menundukkan kepalanya. "Orang kesehatan berkata jika kondisi Ratu sangat lemah. Mereka tidak bisa memastikan Ratu bisa melewati masa sulitnya atau tidak."

Mendengar itu Zeyn melepaskan tangan dari Reana, dia berjalan ke arah pengawal tersebut. "Bawakan kuda kesini sekarang juga!"

"Baik, Raja."

"Apa maksudmu, Zeyn? Kamu akan meninggalkanku lagi?" tanya Reana tidak terima dengan sikap Zeyn terhadap dirinya.

"Maaf, Reana. Kita akan bertemu lain kali."

"Kamu juga berkata seperti itu sebelumnya. Biarkan saja Seana disana. Aku yakin dia bisa bertahan."

"Dia tetap saudarimu, Reana. Aku tidak bisa membiarkan saudari kembarmu mati sebelum membayar semua perbuatan jahatnya."

Suara tapak kaki kuda mengisi keheningan di antara mereka. Pengawal tadi datang dengan seekor kuda putih di sampingnya.

Zeyn langsung naik ke atas kuda putih tersebut dan bersiap untuk pergi. Tapi teriakan Reana membuatnya langsung menatap Reana.

"Biarkan dia membayar perbuatan jahatnya di akhirat! Kenapa kamu harus peduli dengan Seana?!" Reana menatap Zeyn dengan tajam. Benar-benar benci saat Zeyn memilih pergi.

Tidak ada jawaban yang diterima Reana. Zeyn menyuruh pengawalnya untuk mengantarkan Reana pulang dengan selamat. Setelah itu dia berlalu pergi meninggalkan Reana yang matanya mulai memanas.

Zeyn menunggangi kuda putih tersebut dengan cepat. Jarak danau dan istana memang terbilang lumayan jauh. Karena di istana tidak ada rapat antar anggota kerajaan, Zeyn berpikir untuk menemui Reana. Tapi keadaan tetap memaksanya untuk kembali.

****

Di dalam kamar, para wanita berpakaian serba putih itu masih sibuk mengobati Seana. Wajah Seana terlihat sangat pucat seperti kekurangan darah. Jelas saja kurang darah karena luka di perutnya terus mengeluarkan darah segar.

"Bagaimana mungkin kondisi Ratu bisa selemah ini?" gumam wanita yang menyeka keringat dingin di dahi Seana.

Tidak ada yang tahu pasti kenapa kondisi Seana yang lemah. Bagi mereka semua, Seana adalah sosok ratu kejam dan tidak mungkin lemah. Dia selalu terlihat tegas dan pemberani bahkan untuk melawan musuh yang tiba-tiba datang ke istana.

"Kita harus menunggu disini sampai Ratu sadar. Lukanya baru selesai di jahit. Kita juga perlu meracik obat yang akan memulihkan kondisi Ratu." ucap wanita yang memegang jarum penuh darah.

Mereka semua membereskan alat-alat yang ada di atas meja samping kiri ranjang. Setelah itu mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Brakkk

"Bagaimana keadaannya?" Zeyn yang mendobrak pintu tadi langsung berjalan ke arah ranjang Seana. Napasnya tidak teratur yang menandakan ia tadi berlari.

Salah satu dari wanita itu berdiri menghadap Zeyn dan menundukkan kepalanya. "Untuk saat ini kondisi Ratu sangat buruk. Kami harus menunggu sampai Ratu bangun untuk memeriksa kesehatannya lebih dalam lagi." jelas wanita tersebut yang membuat Zeyn menatap wajah Seana.

Wajah pucat itu terlihat gusar entah karena mengalami mimpi buruk atau menahan rasa sakit.

"Jelaskan padaku kenapa dia bisa terluka? Apa ada musuh yang datang kesini?" tanya Zeyn sambil menatap para pelayan Seana yang berdiri di samping ranjangnya.

"Saat kami mengantarkan makan siang tadi, Ratu sudah terbaring di lantai dengan perut berlumuran darah dan di tangan Ratu terdapat pisau berlumuran darah."

"Maaf jika kami lancang menyimpulkan. Seeprtinya Ratu menusuk perutnya sendiri dengan pisau."

Zeyn memejamkan mata sambil mengembuskan napas pelan. Dia tidak pernah menyangka Seana akan melakukan hal seburuk itu.

Jika memang Seana menyesali perbuatannya, seharusnya dia tanggung jawab, bukan memilih mati, batin Zeyn.

"Rahasiakan kabar ini dari semua orang. Jika aku mendengar berita ini sampai di luar kamar, kalian semua akan mati!"

"Baik, Raja!"

Mata Seana perlahan terbuka dan masih belum disadari semua orang. Hal pertama yang menyambut Seana saat sadar adalah rasa sakit di perutnya.

Saat matanya menatap Zeyn, sorot matanya berubah tajam. Mereka saling pandang dengan tatapan berbanding terbalik. Seana yang menatap Zeyn dengan tajam dan Zeyn yang menatap Seana dengan khawatir.