"Kondisi Ratu tidak boleh selemah ini," ujar seorang wanita berpakaian putih yang tidak Seana ketahui namanya.
Wanita itu sibuk memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan kanan Seana, kemudian mengembuskan napas. Saat mulutnya akan mengatakan sesuatu, Seana menatap seperti melarang wanita itu untuk berbicara banyak lagi. Wanita itu mengerti dan segera menganggukkan kepala.
"Kami sudah menyiapkan obat, minumlah dengan perlahan, Ratu."
Para wanita berpakaian putih itu mengemasi barang-barang mereka. "Kami pamit pergi, Raja, Ratu." setelah mengatakan itu, mereka semua pergi keluar dari kamar diikuti oleh para pelayan. Meninggalkan Seana dan Zeyn yang masih beradu tatap.
Zeyn mengalah dan melangkah menuju ranjang Seana. Dia berdiri tepat di samping kanan Seana.
"Siapa yang mengizinkan mu untuk bunuh diri? Jika memang kamu ingin mati, bayar dulu semua perbuatan jahatmu!" tukas Zeyn seraya memandang gaun Seana di bagian perut yang banyak noda darah.
"Memangnya kesalahan apa yang sudah aku buat sampai kamu sangat membenciku?" tanya Seana dengan bersusah payah karena menahan sakit di perutnya.
Seana berpikir tidak akan bisa kembali ke masa depan jika tidak mengetahui permasalahan di masa lalu. Mungkin saja terlemparnya ia ke masa lalu karena sesuatu. Seana beranggapan bisa merubah takdir di masa depan jika bergerak di masa lalu.
"Apa aku harus menjelaskan semuanya padamu? Aku yakin kamu tahu."
"Aku tidak bisa mengingat semuanya! Sudah aku bilang aku tidak bisa ingat apa pun!" Seana menyesal setelah berteriak karena pada akhirnya dia harus merasakan sakit yang lebih sakit di perutnya.
Zeyn tidak menjawab dan beralih ke meja untuk mengambil obat. "Jika kamu memang lupa ingatan, sebaiknya sembunyikan."
"Bagaimana aku akan tahu perbuatanku sebelumnya jika aku tidak memberitahu semua orang?"
"Apa kamu sudah ingin hancur? Saat memberitahu semua orang, kamu bisa saja digulingkan dan tidak bisa menikah selamanya atau menginjakkan kaki di Kota Bulan."
Ucapan Zeyn membuat Seana meneguk ludah. Peraturan seperti itu terdengar sangat kejam di telinga Seana. Bagaimana jika dirinya memang lupa ingatan di masa lalu dan digulingkan? Ah, Seana tidak bisa membayangkan semua itu.
"Semesta terlalu baik untuk orang jahat sepertimu. Jika ingatanmu memang hilang, kamu tidak akan hidup dalam rasa bersalah. Ah, aku sangat membenci itu." ucap Zeyn sambil menatap Seana datar.
Seana yang bingung juga ingin tahu, menatap Zeyn penuh kekesalan. "Apa salahnya kamu memberitahuku? Jika memang kesalahanku fatal, aku bisa memperbaikinya."
Bukan jawaban yang didapatkan Seana, melainkan tawa. Entah ucapan mana yang terdengar lucu bagi Zeyn, tawanya begitu keras sampai mengeluarkan setetes air mata.
"Apa kamu bisa mengembalikan nyawa orang yang sudah kamu bunuh?"
"Aku membunuh orang?"
Seana tidak bisa mempercayai semua ucapan Zeyn. Meskipun dia terkenal kejam, tidak mungkin dia sampai membunuh orang. Seana sangat yakin.
"Jangan berbohong padaku. Aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu." bantah Seana yang membuat Zeyn terkekeh kecil.
"Jadi kamu berpikir tidak mungkin melakukan hal seperti itu?"
Prangggg
Zeyn melemparkan gelas kaca berisi obat Seana ke lantai. Seana terkejut dan setengah berteriak. Dia tidak pernah berpikir Zeyn akan seperti itu.
"Rakyat miskin di Kota Timur, kamu memerintahkan para pengawal untuk menghabisi mereka agar Kota Timur bisa menjadi milikmu. Rakyat miskin di Kota Selatan, kamu juga memerintahkan pengawal untuk menghabisi mereka. Kamu melakukan itu semua tanpa diskusi denganku, Raja Kerajaan Bulan! Apa kamu pikir aku menerimamu karena cinta? Aku keliru membedakanmu dan Reana! Jika saja aku tidak keliru, pasti semuanya tidak akan begini!" bentak Zeyn penuh penekanan.
Bukannya takut, Seana malah beranjak duduk dengan usaha susah payahnya. "Aku tidak pernah melakukan hal seperti itu! Apa kamu sudah menyelidiki semuanya? Bagaimana mungkin kamu bisa menuduhku seperti itu?!"
Ya, Seana tidak pernah percaya dengan cerita orang. Meskipun dia tidak tahu bagaimana sifatnya di masa lalu, tapi dia sangat yakin tidak pernah membunuh orang.
"Semua pengawal mengatakan jika perintah itu datang darimu! Apa seribu pengawal kompak berbohong padaku?" tanya Zeyn yang membuat Seana menggelengkan kepala.
"Tapi kenapa aku melakukan hal itu?"
"Kenapa kamu bertanya padaku?"
Mereka terdiam bersamaan. Entah apa yang ada di pikiran mereka berdua. Atau mungkin mereka beradu tatap mata.
Sampai suara ketukan pintu membuyarkan tatapan mereka. "Masuklah!" perintah Zeyn dan pintu kamar langsung terbuka lebar.
Disana terdapat seorang wanita setengah tua memakai gaun berwarna merah tua dengan rambut disanggul. Beberapa pelayan juga berada di belakangnya.
"Kenapa Ibu datang kesini?" tanya Zeyn sambil berjalan ke arah wanita yang disebutnya Ibu.
Wanita itu adalah Yain, Ibu kandung Zeyn sekaligus Ibu mertua Seana.
"Aku mendengar Ratu tertusuk pisau. Apa itu benar?" tanya Yain yang membuat Zeyn menatap pelayan Seana di luar.
"Ah, itu.."
"Jadi benar? Bagaimana kamu bisa tertusuk pisau, Ratu?" Yain duduk di samping Seana dan menatapnya khawatir.
Seana tidak mengenal Ibu Zeyn tapi feelingnya mengatakan jika Ibu Zeyn adalah orang yang baik. Entah benar atau salah.
"Aku.."
"Tadi ada musuh yang tiba-tiba masuk ke kamar." alibi Zeyn.
Seana mengerutkan dahinya. Dia bingung kenapa Zeyn berbohong kepada ibunya sendiri.
"Bagaimana kamu mengatur keamanan kamar? Mulai hari ini perketat keamanan disini. Apa kamu lupa berapa banyak musuh kita? Untung saja Ratu masih bernasib baik dan bisa selamat." cerocos Yain memarahi Zeyn yang mulai menundukkan kepala.
Setelah puas memarahi Zeyn, Yain menatap Seana kembali. Dia mengelus pelan pipi tirus Seana. "Kasihan sekali menantuku," lirihnya.
"Aku tidak apa-apa, Ibu." ucap Seana menenangkan Ibu mertuanya.
"Lalu, ada apa dengan pecahan gelas di lantai?" tanya Yain saat matanya menangkap pecahan gelas di lantai.
"Itu gelas yang berisi obat Seana, tadi aku tidak sengaja menjatuhkannya ke lantai." kali ini juga Zeyn yang menjawab.
"Bagaimana kamu bisa seceroboh itu, Raja?!" pekik Yain sambil berdiri dari duduknya dan berhadapan dengan Zeyn.
"Maaf, aku tidak sengaja."
Seana seperti menyaksikan sebuah drama yang ditayangkan langsung. Zeyn jelas berbohong kepada ibunya sendiri. Memang anak durhaka.
"Pelayan, bersihkan lantai sekarang!" perintah Zeyn yang langsung dikerjakan pelayan kamar.
"Ibu datang kesini bukan untuk memarahimu. Karena sudah tahu kondisi Ratu, Ibu akan pergi sekarang."
"Terima kasih karena sudah menemuiku, Bu." ucap Seana sambil menundukkan kepala seperti yang dilakukan Zeyn.
Yain keluar dari kamar bersama para pelayan di belakangnya.
"Kenapa kamu berbohong?" tanya Seana yang membuat Zeyn langsung menatapnya.
"Aku berkata sejujurnya," jawab Zeyn.
Otak Seana mulai berpikir. Dia menghubungkan ucapan Zeyn yang mengatakan dirinya membunuh banyak orang dengan kebohongan Zeyn pada ibunya. Sedetik kemudian dia bernapas lega.
"Jika kamu berbohong kepada ibumu, berarti kamu juga berbohong padaku."