Setelah kepergian Zeyn, Reana menghentak-hentakkan kaki kesal. Dia benci saat Zeyn harus pergi kembali ke istana menemui Seana. Dengan perasaan kesal dan marah, Reana kembali ke Istana Barat. Tidak jauh darinya, terlihat beberapa pengawal yang membawa tandu menyerupai pondok kecil ditutupi kain berwarna biru malam. Di belakang pengawal juga terdapat beberapa pelayan.
Seorang pelayan berpakaian serba jingga itu mendekati Reana dan mengusap pelan lengan Reana. "Sudahlah, Putri. Jangan bertemu dengan Raja Bulan lagi. Bagaimana jika Raja dan Ratu Istana Barat mengetahui semua ini? Apa Putri tidak kasihan dengan Ratu Bulan, saudari kembar Putri?"
"Yang lebih kasihan adalah aku! Seana dengan sengaja memanipulasi hasil seleksi sehingga aku tidak terpilih. Dari awal kami memang sama-sama mencintai Zeyn, tapi aku tidak pernah menyangka Seana akan melakukan hal sekotor itu!"
Lamra, pelayan pribadi Reana hanya mengalihkan pandangan setelah mendengar ujaran kebencian yang keluar dari mulut Reana. Dia tahu yang dilakukan Reana salah, tapi dia tidak ada keberanian untuk memberitahu kedua orang tua Reana.
"Lupakan saja. Bagaimana jika Putri mengikuti perintah Raja Istana Barat tentang perjodohan? Aku yakin jika suami yang dipilihkan Raja Istana Barat jauh lebih baik." ucap Lamra sambil menatap Reana kembali.
"Tidak ada yang lebih baik dari Zeyn. Semua orang juga tahu jika aku dan Zeyn saling mencintai, kan?" tanya Reana yang membuat para pelayannya menundukkan kepala.
Hati Reana bak tersayat pisau saat dulu mendengar bahwa Seana yang terpilih menjadi ratu. Saat itu juga dia semakin membenci Seana karena beranggapan Seana telah merebut semua miliknya. Reana akui jika Seana lebih baik, tapi bukan berarti semua miliknya bisa diambil dengan mudah.
Mulai dari umur 10 tahun mereka sudah memperebutkan peran sebagai putri mahkota. Karena keterampilan dan kepintaran Seana, dia akhirnya terpilih menjadi putri mahkota. Seana banyak mendapat pujian dari rakyat meskipun sifatnya kejam dan dingin.
Ya, Seana sudah terkenal kejam sejak di kerajaannya sendiri. Dia memang memimpin dengan baik, tapi tak jarang nyawa rakyat melayang olehnya. Jika rakyat mencuri, saat itu juga dia memerintahkan untuk membunuh mereka. Baik itu mencuri, memainkan perempuan, membunuh, menyusup ke istana, atau bahkan korupsi, hukumannya tetap mati.
Sejak saat itu banyak yang takut dengan Seana juga bangga. Banyak rakyat yang bahkan takut saat Seana berkata akan memeriksa keadaan kota. Mereka takut membuat kesalahan kecil dan dibunuh oleh Seana.
Reana yang perannya hanya sebagai putri merasa tidak setuju dengan hukuman yang diberikan Seana kepada rakyat. Tapi setiap kali Reana memperingatkan, Seana selalu membahas kedudukan mereka.
Sampai akhirnya Reana sering keluar diam-diam dari istana untuk membantu para penjahat keluar kota agar tidak dibunuh oleh Seana.
Tentang bagaimana Reana dan Zeyn bertemu, sebenarnya sangat tidak terduga. Saat itu umur Reana 18 tahun dan ia ikut dengan Seana ke Istana Bulan untuk menghadiri jamuan atas penobatan raja baru. Dia tidak sengaja menabrak Zeyn dan seketika jatuh hati dengan wajah tampannya.
Mereka diam-diam sering bertemu hingga diketahui rakyat Kota Bulan dan Kota Barat. Rumor mulai tersebar kemana-mana sampai Zeyn memutuskan untuk mengadakan pemilihan ratu dengan adil.
Tapi sayang, yang terpilih bukan Reana melainkan Seana yang tidak pernah Zeyn temui sebelumnya. Dia hanya mendengar rumor tentang Seana.
Meskipun begitu, mereka tetap diam-diam bertemu tanpa diketahui rakyat.
"Jika rakyat mengetahui perbuatan Putri dan Raja Bulan, reputasi Putri dan Raja Bulan akan hancur." Lamra masih berusaha menyadarkan Reana bahwa apa yang dilakukannya salah.
"Aku tidak peduli selama aku bisa bersama Zeyn. Aku bahkan siap untuk membunuh Seana," ujar Reana penuh kebencian.
"Selama 21 tahun dia mengambil semua milikku. Aku akan mengambil kembali semuanya. Seana tidak pantas lagi untuk hidup bahagia!"
"Lalu setelah itu apa? Apa membunuh Seana bisa membuat hidup Putri bahagia? Selama 20 tahun aku sudah hidup bersama Ratu Bulan. Aku percaya jika Ratu Bulan sengaja melakukan semua ini untuk melindungi Putri. Kita tidak pernah tahu bagaimana kehidupan Ratu Bulan disana." jelas Lamra sambil menatap lembut Reana.
"Dia hidup bahagia disana. Dia pasti bahagia hidup bersama Zeyn! Aku yakin saat ini dia tertawa puas karena Zeyn langsung kembali ke istana untuk melihat keadaannya." Reana kembali mengingat kejadian saat Zeyn memilih kembali ke istana tadi. Masih jelas di telinga saat pengawal mengatakan Seana terluka dan Zeyn langsung kembali ke istana.
Rasanya ia ingin melompat ke danau agar Zeyn tidak kembali. Tapi apalah daya, dia tidak punya keberanian untuk itu.
"Sudahlah, aku tidak ingin membicarakan Seana lagi. Ayo kembali ke istana!" ajak Reana sambil berjalan masuk ke dalam tandu.
***
Reana dan para pengikutnya sudah tiba di Kota Barat. Kini mereka melewati pasar dimana orang-orang sedang belanja kebutuhan sehari-hari atau sekedar berjalan. Saat melihat tandu lewat, orang-orang menundukkan kepala memberi hormat kepada Reana.
Posisi Reana kini bukan lagi sebagai putri biasa, tapi putri mahkota. Dia tidak memimpin dengan baik, tapi banyak yang mendukung tindakannya dalam membebaskan penjahat tanpa memberi hukuman mati seperti yang biasa Seana lakukan.
Tidak selang beberapa lama, Reana tiba di gerbang Istana Barat. Dia keluar dari tandu dan berjalan masuk ke dalam diikuti para pelayannya.
"Putri, ada kekacauan di Desa Tengah. Putri harus segera kesana sekarang juga!" seorang pria tua berpakaian jubah putih tiba-tiba datang ke hadapan Reana dan memberinya perintah.
Pria itu adalah Han, Menteri Politik dan Keamanan. Dia sudah bekerja di istana hampir 50 tahun. Bisa dibilang jika Han adalah menteri tertua saat ini.
"Apa yang terjadi disana?" tanya Reana.
"Ada orang yang menyerang rakyat miskin disana."
"Jangan-jangan itu Ratu Bulan?"
Pikiran Reana mulai melayang-layang. Dia beranggapan Seana-lah yang menyerang rakyat miskin untuk menguasai daerah sana. Untuk mengetahui jawabannya, Reana bergegas pergi ke Desa Tengah dengan kuda hitam yang terikat di samping gerbang. Beberapa pengawal juga mengikutinya.
Reana memilih jalan melewati hutan karena jaraknya tidak terlalu jauh dari situ. Dia tidak perlu khawatir tentang binatang buas karena pengawal ada di belakangnya.
Saat mereka melewati batas antara hutan dan Desa Tengah, mayat orang-orang berserakan di tanah. Mulai dari orang tua dan anak-anak, semuanya meninggal.
Reana turun dari kuda, berjalan menelusuri sekitar yang terlihat mengenaskan. Rumah-rumah yang terbuat dari kayu itu hangus terbakar dan hanya tersisa bagian lantai. Semuanya benar-benar hancur tak bersisa.
"Cepat cari ke sekitar. Mungkin saja orang yang melakukan hal ini belum pergi jauh!" perintah Reana yang langsung dilakukan oleh para pengawal.
Para pengawal berpencar menelusuri Desa Tengah. Tidak lama, seorang pengawal datang dan memberikan sesuatu untuk Reana. "Aku menemukan ini di dekat sumur," ujar pengawal itu.
Reana mengambil sobekan kain bergambar bulan sabit dari tangan pengawal. "Ternyata benar."