Chereads / Dibalik Kegelapan yang Mencekam / Chapter 25 - Rencana yang Briliant

Chapter 25 - Rencana yang Briliant

Ruang aula itu dijaga ketat oleh para ksatria yang gagah perkasa. Perisai malam terlihat berkilau saat ditempatkan di tubuh mereka yang kekar dan berotot.

Setiap pintu masuk dan jendela terkunci rapat. Sudut-sudutnya bahkan di tempati oleh pasukan khusus raja. Dengan penjagaan yang begitu kompleks, bahkan semutpun mungkin kesulitan untuk keluar dari tempat itu.

"Kalian tidak bisa pergi sebelum pelaku yang meracuni Rosalia ditemukan." sang raja muda menatap tajam kepada orang-orang di dalam aula.

"Jelaskan apa yang sebelumnya terjadi sebelum gadisku pingsan." Stevan berbicara dingin kepada seorang gadis yang tengah ditahan oleh dua orang ksatria.

"Maaf Yang Mulia. Saya Bella Anjastian."

"Sebelumnya, saya berdiri di samping Putri Rosalia saat tuan putri tiba-tiba pingsan setelah memakan sebuah kue." gadis itu menjelaskan diantara keheningan.

"Sebelum Putri Rosalia mendekati meja yang berisi kue-kue kecil, saya melihat Nona Irish juga berdiri di sana Yang Mulia."

"Awalnya saya tidak curiga sama sekali, sampai saya melihat sang putri pingsan karena memakan kue yang juga dimakan oleh Nona Irish."

"Bukan bermaksud menuduh, tetapi sejak dulu Nona Irish selalu menganggap dirinya adalah calon ratu masa depan. Saya pikir Nona Irish merasa cemburu karena Yang Mulia tiba-tiba memutuskan untuk memilih Putri Rosalia sebagai pengganti ratu sehingga memutuskan untuk meracuni sang putri." Bella berbicara untuk mengungkapkan kecurigaanya.

Stevan menatap gadis cantik yang berdiri di samping ratu terdahulu dengan menusuk.

"Dia berbohong Yang Mulia."

"Saya tidak menaruh apapun pada kue itu. Saya hanya mencicipinya sedikit dan saya tidak tahu jika Putri Rosalia juga ingin merasakan kue itu." Irish berteriak histeris.

"Yang Mulia!" Jendral Ed memasuki ruangan dengan terburu-buru.

"Ditemukan sebuah surat yang menunjukan bahwa ada hubungan khusus yang terjalin antara Keluarga Kibregxin dan Vansizger."

"Surat itu menyebutkan tentang pemberontakan yang akan dilakukan oleh kedua keluarga. Kami menduga bahwa sisa-sisa anggota Vansizger yang berhasil kabur bersembunyi di wilayah keluarga ratu." Jendral Ed menjelaskan alasanya memasuki ruangan dengan tergesa-gesa.

"Tidak."

"Ini tidak benar Yang Mulia. Keluarga kami tidak pernah berhubungan dengan keluarga penghianat." sang ratu menyangkal dengan cepat.

"Lalu bagaimana Anda ingin menjelaskan surat yang kami temukan ratu? Tulisan dalam surat itu berhasil kami identifikasi sebagai tulisan tangan Tuan Rioz Kibregxin, kepala keluarga Kibregxin saat ini." suara jernih terdengar memotong perkataan ratu terdahulu.

Sang pemilik suara adalah seorang pemuda yang mengenakan kacamata emas dengan penampilan anggun ala sarjana. Dia menjelaskan dengan begitu rinci dan jelas seolah-olah dia berdiri sebagai saksi saat surat itu dipertukarkan.

"Teodhor!"

"Kau yang melakukanya. Kau yang menjebak kami." sang ratu meraung ingin mencakar wajah pemuda tampan itu.

"Yang Mulia. Bukti sudah sangat jelas. Keluarga Kibregxin dan Vansizger bekerja sama untuk melakukan pemberontakan. Itu sebabnya kami tidak mengetahui masalah pemberontakan lebih cepat karena sang ratu menyembunyikanya."

"Mereka ingin membuat Nona Irish naik tahta menjadi seorang ratu sehingga mereka bisa melanjutkan invesi rahasia mereka untuk menguasai wilayah kami, Yang Mulia." Teodhor berbicara dengan lancar.

"Tidak Yang Mulia. Jangan percaya dengan orang itu. Pasti ada kesalahan dalam proses identifikasi." Irish juga mencoba membela keluarganya.

Crang..

"Ah, apa itu?" Bella menunjuk botol kecil yang jatuh dari gaun Irish.

"Bukankah itu terlihat seperti botol racun?" Teodhor ikut melihat botol yang jatuh di lantai.

Stevan mengisyaratkan seorang ksatria untuk mengambil botol kecil itu dengan matanya. Dirinya mengendus bau yang tercium dalam botol itu sebelum membantingya di depan semua orang.

Prang..

"Dalam waktu tiga hari, kami akan mengadakan hukuman pancung untuk seluruh keturunan Kibregxin." Stevan membuat keputusan.

"Yang Mulia!"

"Kami dijebak. Ini tidak seperti yang Anda pikirkan." Irish dan ratu sama-sama ingin menjelaskan ketidakbersalahan mereka.

"Seret mereka ke penjara." Stevan memerintahkan ksatria yang berjaga.

"Tidak.."

"Yang Mulia."

"Tolong dengarkan penjelasan kami." kedua wanita itu masih berteriak sampai mereka terseret meninggalkan ruangan.

"Aku serahkan sisanya padamu, Teodhor." sang raja mengucapkan kata terakhir kepada pemuda tampan itu sebelum meninggalkan ruang aula.

"Baik Yang Mulia." Teodhor tersenyum melihat kepergian penguasa kegelapan itu.

Gadis manis bernama Bella adalah orang yang menaruh racun pada kue yang dimakan oleh sang peri. Sedangkan bukti surat yang ditemukan oleh Jendral Ed adalah hal yang Ia persiapkan dengan matang.

Ia ingin meletakan tahi lalat di samping sang putri sekaligus menghilangkan kecurigaan orang-orang bahwa dia bersekutu dengan Keluarga Vansizger. Semua itu Ia dapatkan hanya dengan mengorbankan bidak catur yang tidak berguna.

Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Strategi itu Ia persiapkan dengan sangat teliti sehingga tidak ada orang yang menaruh curiga kepadanya. Seperti biasa, rencana yang Ia buat selalu sangat briliant .

Hanya saja, Ia merasa sedikit sayang karena dia harus melukai putri cantik itu. Meski hanya sedikit dosis racun yang digunakan, Ia tetap merasa khawatir tentang keselamatan gadis itu mengingat konstitusi ras peri yang terkenal lemah.

***

"Bagaimana kondisinya?" Stevan bertanya kepada pelayan yang menjaga putri peri.

"Membalas Yang Mulia, tabib baru saja memberikan obat kepada Tuan Putri."

"Penyembuh berkata bahwa kondisi Putri Rosalia akan segera membaik. Paling lambat Tuan Putri akan terbangun besok pagi." Zizi menjawab dengan hormat.

"Aku mengerti."

"Sekarang pergilah." Stevan mengusir si pelayan.

"Saya permisi Yang Mulia." Zizi mengundurkan diri.

Stevan berbaring di ranjang sebelah Rose. Tubuhnya miring ke arah sang putri tidur. Si penguasa kegelapan mengendus leher gadis itu untuk menghirup aroma khas yang selalu terpancar dari tubuh sang peri.

"Kau benar-benar seperti obat untuku."

"Diriku merasa lebih baik hanya dengan menghirup aroma tubuhmu."

"Aku masih belum bisa kehilangan dirimu untuk saat ini. Jadi teruslah hidup untuku Rosalia." bisik sang raja di telinga sang peri.

Ia benar-benar ingin membunuh semua orang yang berada di ruang aula utama. Dia merasa sangat marah yang membuat kutukanya semakin merajalela. Bisikan-bisikan yang menyerang pikiranya terus-menerus terdengar membuat kepalanya terasa sakit.

Dia bahkan berfikir bahwa Ia tidak akan bisa mengendalikan dirinya untuk membantai semua orang. Tetapi tiba-tiba bayangan gadis itu muncul di benaknya. Membuat secuil kelembutan merasuk ke benaknya yang membuat pikiranya sedikit terkendali.

Setelah berada di samping gadis itu, Stevan benar-benar mendapatkan kembali kendali dirinya. Merasa ketenangan yang menyejukan hati kosong pemuda itu.

"Aku tidak tahu kau adalah obat yang benar atau kah obat terlarang bagiku Rosalia."

"Terus menerus berada di sampingmu seolah menjadi candu bagiku. Membuatku merasa lemah karena tidak bisa mengangkat pedangku ke arahmu."

"Tetapi aku sudah bersumpah untuk membunuhmu dengan tanganku sendiri. Bagaimana menurutmu sayang?" Stevan membawa gadis peri itu ke dalam pelukanya.

Mendekapnya erat seolah dirinya tidak ingin berpisah dari sang gadis. Dagunya berada di atas kepala peri cantik itu. Sesekali mencium puncak kepala Rose.

"Aku tidak ingin melepaskanmu."

"Aku akan memenjarakanmu dalam sangkar emasku, Rosalia."

"Tidak akan kubiarkan kau kabur dari sisiku." bisik pemuda itu di tengah keheningan malam.