"Permisi Tuan. Saya ingin mengunjungi Putri Rosalia." seorang gadis terlihat sedang berbicara dengan petugas yang menjaga gerbang.
"Apakah Anda sudah membuat janji?" ksatria lelaki yang berjaga bertanya.
"Sudah Tuan." gadis itu tersenyum manis.
"Maaf sebelumnya Nona. Kami harus memeriksa semua orang luar yang memasuki istana." si petugas berkata.
"Saya tidak keberatan Tuan." sang gadis bekerjasama selama proses pemeriksaan.
Petugas itu kemudian memakai kacamata bulat yang hanya memiliki satu lingkaran mata untuk melakukan pemeriksaan. Kacamata itu adalah salah satu benda ajaib yang dapat melihat seluruh benda yang tersembunyi.
Entah itu racun, benda tajam ataupun hal lain yang mencurigakan dapat terdeteksi oleh kacamata itu.
"Bersih."
"Sekarang, tolong berdiri selama sepuluh detik di depan cermin ini, Nona." petugas yang lain membimbing gadis itu.
Gerbang utama memiliki ratusan ksatria yang berjaga secara bergiliran. Di pintu masuk gerbang sendiri ada sekitar lima puluh ksatria dengan empat orang petugas yang memiliki tugas khusus untuk melakukan pemeriksaan.
Ada dua pemeriksaan berlapis yang digunakan oleh para petugas. Yang pertama adalah pencarian benda mencurigakan. Yang kedua adalah pemeriksaan identitas diri. Cermin yang digunakan untuk pemeriksaan bisa memantulkan siapa sebenarnya orang yang berdiri di depanya.
"Lulus."
"Silahkan masuk Nona. Maaf atas gangguan sebelumnya." petugas memberikan izin masuk.
"Tidak masalah." si gadis berkata rendah hati.
Gadis itu tersenyum kecil setelah melewati pos pemeriksaan. Meski penjagaan istana begitu ketat, tetapi masih memiliki beberapa kelemahan. Itu sebabnya dia bisa membawa masuk botol beracun untuk meracuni sang putri peri.
Gadis itu segera menuju ruang pendaftaran tamu yang letaknya tidak jauh dari istana utama. Setiap tamu yang datang harus tercatat di area pendaftaran.
"Sudah lama tidak melihat Anda, Nona Bella." seorang pelayan senior yang bertugas menerima tamu menyapa.
"Akhir-akhir ini saya dan tuan putri memiliki kesibukan masing-masing sehingga tidak bisa untuk sering berkunjung." Bella membalas pelayan itu dengan ramah.
"Seperti biasa, dokumen Anda sudah saya lengkapi." pelayan itu memberikan tatapan penuh arti.
"Terimakasih Nona Arta. Ini semua akan memakan waktu cukup lama jika saya tidak mendapatkan bantuan dari Anda." Bella balas memberikan senyuman misterius kepada gadis pelayan itu.
Kedua gadis itu saling memandang dengan penuh makna. Mengisyaratkan bahwa mereka berdua memiliki hubungan dengan kepentingan yang sama.
"Tuan Teodhor menyuruh saya untuk memberikan ini pada Anda." Bella mengambil sebuah kotak kecil dari jubah ajaib yang Ia pakai dan meletakan benda itu di tangan si pelayan.
"Beritahu pelayan dapur untuk mengganti minuman raja dengan teh ini." Bella memberitahu pelayan bernama Arta itu.
"Ini semua gara-gara wanita bodoh yang tidak bisa melakukan tugas dengan benar sehingga Tuan Teodhor harus mengganti metode untuk membuat yang mulia meminum teh ini."
"Untungnya, Tuan Teodhor sudah menyingkirkan wanita itu." Bella seolah berubah seratus delapan puluh derajat dari penampilanya yang terlihat manis dan mudah didekati sebelumnya.
"Anda tidak perlu khawatir Nona Bella. Saya akan melaksanakan perintah Tuan Teodhor dengan baik." sang pelayan menjawab gadis itu.
"Bagus kalau begitu. Ingat bahwa anakmu masih dalam pengawasanku." Bella berbicara dingin kepada pelayan itu sebelum pergi dari ruang pendaftaran.
Ekspresi Bella kembali berubah saat keluar dari ruang pendaftaran. Dengan senyum tipis yang membuat penampilanya terlihat lebih lembut, gadis itu menuju istana raja. Tempat targetnya berada.
***
"Selamat pagi, Tuan Putri." Bella menyambut sang peri saat gadis itu muncul di ruang tamu.
Dia sudah menghabiskan cangkir ketiga saat gadis itu memasuki ruang tamu. Membuatnya harus tetap menjaga ketenanganya meski dalam hati sudah mencaci maki sang peri dalam batinya.
"Selamat pagi, Nona Bella. Maaf membuat Anda menunggu lama." Rose mengungkapkan dengan tulus penyesalanya.
"Bukan masalah besar Tuan Putri. Tetapi tidak biasanya Anda begitu sibuk di hari libur. Apakah Nyonya Zara berubah pikiran dan membatalkan hari libur Anda?" Bella bertanya dengan lembut.
"Tidak. Saya hanya memiliki hal lain yang harus dilakukan." Rose menjawab pertanyaan gadis itu.
"Hal lain apa yang harus Anda lakukan di hari libur Tuan Putri?" gadis itu bertanya tidak percaya.
"Bukan tempatku untuk membicarakan hal ini. Kau akan segera mengetahuinya nanti." Rose menjawab dengan tenang.
Bella tetap tersenyum meski tidak mendapatkan jawaban dari gadis itu. Dalam hati, dirinya mengutuk sang peri puluhan kali karena tidak mau memberitahunya.
"Lalu, bagaimana hubunganmu dengan Yang Mulia. Apakah kalian masih sangat melekat?" Bella bertanya seolah ingin bergosip.
"Tidak ada hal seperti itu. Kami hanya saling menghormati." Rose terlihat mengelak.
"Jangan membohongiku."
"Aku dapat mencium aroma bunga merah yang mengelilingi tubuhmu." Bella terlihat santai saat bercanda.
"Berhenti menggodaku." Rose tersenyum kepada gadis itu.
"Aku tidak menggodamu."
"Bukankah aku hanya penasaran dengan hubungan kalian?" Bella membalas sang peri.
"Kau!" Rose berpura-pura marah kepada Bella.
"Jangan marah Tuan Putri. Aku hanya bercanda denganmu." Bella terlihat membujuk gadis peri.
Keduanya terlihat sangat dekat. Seperti sepasang teman lama, mereka berdua saling mengobrol diselingi dengan canda tawa yang terdengar.
"Sebenarnya, aku mendengar gosip saat menuju ke tempat ini." Bella memberitahu Rose.
"Gosip apa?" sang peri bertanya.
"Aku mendengar bahwa ada sebuah surat yang datang dari kerajaan peri. Apakah itu benar?" Bella membalas pertanyaan peri cantik itu dengan pertanyaan yang lain.
"Itu benar. Adiku yang mengirim surat itu." Rose menjawab Bella.
"Benarkah? Lalu bagaimana dengan reaksi Yang Mulia? Apakah dia menghancurkan surat itu?" Bella bertanya seolah terkejut dengan fakta yang baru saja Ia dengar.
"Tidak Nona Bella. Yang Mulia tidak menyembunyikan surat itu dariku. Dia bahkan membiarkanku untuk menulis balasan." Rose terlihat membela raja.
"Maaf Tuan Putri. Saya tidak sengaja mengucapkanya. Saya hanya berpikir bahwa raja tidak akan setuju Anda menerima surat itu mengingat betapa khawatirnya raja saat Tuan Putri ingin keluar dari istana." Bella terlihat sangat menyesal.
"Tidak apa-apa Nona Bella. Aku hanya ingin kau untuk lebih memperhatikan ucapanmu. Yang Mulia tidak sepicik yang kau pikir." Rose terdengar agak tidak senang.
"Aku mengerti Tuan Putri. Aku berjanji bahwa ini akan menjadi yang terakhir." Bella kembali meminta maaf.
Rose memaafkan Bella dengan mudah karena gadis itu terlihat sangat manis dan lugu. Terlihat seperti seseorang yang tidak bersalah. Rose pikir mungkin Ia memang tidak sengaja mengucapkan kata-kata yang sedikit menyinggung perasaan. Selain itu, sang peri juga tidak ingin memperpanjang masalah.
"Memangnya, apa isi surat itu Tuan Putri?" gadis itu kembali bertanya
"Adiku memintaku untuk kembali?" Rose menjawab inti dari surat itu.
"Kembali? Maksud Tuan Putri kembali ke kerajaan peri?"
"Belum ada ratu yang ditunjuk untuk mengurus istana selama Raja pergi, sehingga Yang Mulia tidak bisa meninggalkan kerajaan ini dalam keadaan kosong. Apakah Yang Mulia mengizinkanya?" Bella terlihat heboh sendiri.
"Iya Nona Bella."
"Yang Mulia telah memberikan izinya padaku." Rose menjawab pertanyaan bertubi dari gadis itu.