Chereads / Dibalik Kegelapan yang Mencekam / Chapter 4 - Perjamuan Hari Pertama

Chapter 4 - Perjamuan Hari Pertama

Untuk menghadiri malam perjamuan hari itu, Rose mengenakan gaun ungu yang memiliki gradien antara ungu tua dan ungu muda. Di sekeliling rok gaunya, dihiasi dengan permata warna-warni yang membuatnya seperti bintang yang bertaburan di malam hari. Sedangkan bagian atas mempunyai pola bunga yang memperindah gaun pesta itu.

Untuk gaya rambut, Hana memadukan gaya curly hair dengan braid yang membuat surai pirang Rose memiliki gaya putri dengan asesoris mahkota berlian kecil sebagai pelengkap. Membuat kesan manis namun elegan memancar dari sekeliling tubuhnya.

"Putri Rosalia Devonia Razak dari Ras Peri hadir." seorang petugas mengumumkan kedatangan peri cantik yang akrab disapa dengan panggilan Rose.

Gadis cantik itu masuk didampingi oleh Kapten Jerome beserta pelayanya Hana. Ada empat orang lain yang mengikuti sang putri. Sedangkan sisa pelayan dan penjaga yang datang bersama mereka tetap tinggal di kediaman yang sudah disiapkan bagi ras mereka. Hanya orang-orang yang mempunyai status tinggi atau mempunyai gelar diantara ras masing-masing yang diizinkan memasuki aula perjamuan.

"Apa menurutmu Ras Peri selama ini bersembunyi karena malu dengan penurunan daya tarik mereka."

"Haha.. sepertinya begitu. Apa kau melihat betapa polosnya penampilan Putri tadi. Bahkan pelayanku lebih cantik darinya."

"Tentu saja Putri itu tidak bisa disandingkan dengan Viona kita." terdengar suara bisikan yang cukup keras didengar oleh kelompok Rose. Membuat ekspresi mereka tidak sedap dipandang.

Mendengar sindiran terang-terangan yang ditujukan kepada dirinya, sang putri peri itu berhenti. Menatap kepada sekelompok gadis yang tengah berkerumun mengelilingi seorang wanita cantik. Wanita itu mengenakan gaun merah anggur. Rambut hitamnya disanggul ke atas yang menonjolkan leher jenjangnya.

"Apa Anda mempunyai hal yang ingin dikatakan kepada saya?" Rose bertanya sopan kepada seorang gadis yang terlihat menjadi pelopor dibalik kerusuhan itu.

Gadis itu tidak berani menjawab pertanyaan Rose. Dia segera bersembunyi dibalik punggung gadis cantik bergaun merah itu.

"Nama saya Viona Destraf Lumie, putri ke-3 dari Ras Vampir. Maaf, adiku masih muda. Dia tidak bermaksud seperti itu. Tolong jangan tersinggung." gadis yang menjadi pusat perhatian dari kumpulan wanita itu tersenyum menawan saat berbicara untuk melindungi adiknya.

Rose tersenyum dingin. Gadis itu membuatnya terdengar seolah-olah dirinya adalah orang tidak masuk akal yang berdebat dengan orang yang lebih muda.

"Orang yang dapat berpartisipasi dalam perjamuan ini adalah orang-orang yang sudah melewati upacara kedewasaan mereka. Nona harus mengajari Adik Nona yang "belum dewasa" ini untuk lebih memperhatikan sopan santun kepada orang lain. Jangan sampai orang-orang menganggap Ras Vampir tidak dapat mendidik generasi muda mereka." Rose menjawab dengan tegas. Tidak memberi wajah sedikitpun kepada gadis cantik itu.

Ekspresi cantik dari nona ras vampir itu sedikit retak saat menghadapi balasan dari putri ras peri. Wanita itu terlihat lembut dan mudah digertak tetapi memiliki lidah yang fasih.

"Sekali lagi saya meminta maaf atas nama adik saya. Sebagai permintaan maaf, saya akan mengantar Nona Rose ke kursi para perwakilan berada." si gadis bergaun merah itu menawarkan.

"Maaf merepotkan Nona Viona." Rose menerima tawaran dari gadis vampir itu. Pihak lain sudah meminta maaf dua kali, dirinya akan benar-benar di cap tidak masuk akal jika terus memperdebatkan masalah.

Keduanya berjalan berdampingan melewati aula pesta yang ramai. Yang satu kecantikan polos yang sopan, sedangkan yang satu lagi kecantikan bergaun merah yang menawan.

Membuat orang-orang tidak bisa untuk tidak membandingkan keduanya. Seharusnya hasil diantara mereka jelas siapa yang lebih unggul. Tetapi cara berjalan dan postur tubuh dari wanita yang mereka cap polos itu memancarkan aura keanggunan yang tidak bisa diabaikan. Membuat kecantikan menawan yang berjalan di sebelahnya terlihat lebih rendah di mata mereka.

Viona tentu menyadari ekspresi tidak puas beberapa orang terhadap penampilanya. Dia menggertakan giginya menahan amarah. Dirinya ingin menekan gadis jelek yang berjalan berdampingan denganya. Membuatnya hanya sebagai asesoris redup yang tidak bisa dibandingkan dengan kecantikanya. Ia tidak menyangka bahwa Ia akan dikalahkan oleh gadis yang jelas-jelas memiliki penampilan lebih buruk darinya.

"Terimakasih atas kebaikan Nona Viona yang sudah mengantar saya." Rose tersenyum penuh terimakasih saat keduanya sampai di kursi milik perwakilan ras peri.

"Tidak masalah. Sekali lagi saya meminta maaf atas perbuatan adik saya." Viona terlihat tulus saat menyatakan penyesalanya. Membuat beberapa perwakilan yang sudah sampai di sana memberikan pandangan kedua untuk gadis cantik yang terlihat menyedihkan itu.

"Tidak masalah. Saya sama sekali tidak mengambil hati perkataan tidak sopan adik Nona Viona." setelah mengucapkan kata-kata itu, Rose langsung duduk di kursinya. Tidak ingin melanjutkan kontes drama yang dibintangi oleh gadis bergaun merah itu.

Viona yang ingin mengambil kesempatan untuk mengenal para perwakilan dari ras lainya harus kembali menelan amarahnya melihat tingkah laku gadis dari ras peri itu. Para perwakilan yang ditunjuk untuk menjadi simbol kerajaan mereka sudah pasti memiliki status yang tinggi. Seperti ras vampir yang menunjuk Putra Mahkota Gerald sebagai perwakilanya. Mungkin saja dia bisa menikahi putra mahkota atau orang dengan kedudukan yang menonjol dari ras lain dengan penampilanya.

"Kalau begitu permisi." Meski kesal, Viona tidak ingin mempermalukan dirinya saat berhadapan dengan para perwakilan ras lainya.

"Silahkan." Rose mengantar kepergian gadis ras vampir itu dengan senyuman. Merasa lega karena tidak harus berhadapan dengan orang munafik seperti itu lagi.

Begitu ke enam perwakilan sudah menempati kursinya masing-masing, perjamuan hari pertama resmi dibuka. Dimulai dari kursi pertama yang di tempati oleh ras vampir sebagai tuan rumah memperkenalkan diri, disusul oleh ras werewolf dan lainya sampai Rose memperkenalkan diri sebagai perwakilan ras peri yang menempati kursi ke-6. Aula itu sebenarnya mempunyai tujuh kursi beludru dengan warna emas sebagai sandaranya yang berdiri secara sejajar. Tetapi sudah lebih dari 300 tahun yang lalu kursi ke-7 selalu kosong.

Setelah mereka semua selesai memperkenalkan diri, berbagai pertunjukan yang disiapkan oleh ras vampir untuk menghibur para tamunya dimulai. Ada sekumpulan penari yang menampilkan lekuk tubuh indah mereka. Ada seorang penyanyi yang suaranya dapat membuat orang lain jatuh hati. Dan ada juga beberapa orang yang hadir ingin menonjolkan kemampuanya sendiri.

Salah satunya adalah gadis cantik dari ras vampir yang baru saja terlibat konflik dengan sang putri peri. Gadis bergaun merah itu memainkan alat musik harpa dengan sangat merdu dan cantik. Jemari lentik gadis itu memetik senar dengan cara yang sangat indah. Matanya terpejam dengan kepala yang dimiringkan seolah menikmati nada-nada yang keluar dari alat musik yang dipetiknya. Tanpa mengurangi postur tubuhnya yang sengaja menonjolkan leher jenjang dan tubuhnya yang menawan.

Prok.. Prok.. Prok..

Terdengar rangkaian suara tepuk tangan dari para hadirin setelah Viona selesai melakukan pertunjukan. Dirinya tesenyum cantik dan membungkukan badan untuk mengungkapkan ucapan terimakasihnya. Sebelum turun, dia membisikan beberapa kata kepada pembawa acara yang bertanggung jawab atas pertunjukan.

"Hari ini adalah hari yang sangat istimewa. Perjamuan tahun ini, kami berhasil mengundang perwakilan dari Ras Peri yang sudah lama tidak diketahui keberadaanya."

"Dan untuk menutup perjamuan hari ini, Sang Putri dari Ras Peri akan mempersembahkan sebuah pertunjukan untuk kita semua." ucap pembawa acara langsung membuat penonton heboh. Ingin menantikan penampilan dari ras yang sudah lama menghilang tanpa kabar dan dianggap musnah oleh sebagian besar orang.

Mendengar bahwa Ia harus tampil, Rose tetap mempertahankan senyum lembutnya. Postur anggunya tidak mengalami goncangan sedikitpun saat menghadapi kejadian yang tidak direncanakan. Sejak awal, mereka tidak berbicara dengan dirinya untuk mempersiapkan apapun. Entah itu memang "sambutan hangat" dari ras vampir untuk dirinya atau hanya cara yang dibuat oleh gadis bergaun merah untuk membuatnya mempermalukan dirinya.

Ras peri sejak dahulu dikenal dengan sebutan malaikat yang memainkan harpa. Kecantikan mereka yang rupawan, dipadukan dengan alat musik cantik yang diciptakan seolah hanya untuk mereka. Membuat penampilan mereka tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Hanya kata menakjubkan yang terlintas saat mendengar kata-kata permainan harpa ras peri.

Tetapi gadis dari Ras Vampir itu baru saja memainkan harpa dengan wajahnya yang cantik. Membuat dirinya terlihat jelek saat harus memegang harpa setelah kecantikan tadi selesai memainkanya. Rose benar-benar merasa dirinya terlalu berharap untuk menyelesaikan seluruh perjamuan itu dengan lancar.

Peri cantik itu berdiri ke tengah aula. Bukan alat musik harpa yang Ia pilih untuk dimainkan tetapi sebuah seruling sederhana yang terbuat dari bambu. Mendekatkan seruling hijau itu ke bibirnya, sang peri menutup matanya.

Tiupan pertama berhembus membawa nada yang menyejukan. Seolah-olah mereka tengah menikmati tiupan angin di antara pepohonan yang rimbun. Semakin lama seruling itu ditiup, semakin menyenangkan melodi yang dibuat. Memberi mereka ilusi bahwa tubuh dan jiwa mereka mengalami peningkatan kekuatan.

Bukan saja mereka yang merasakanya, tetapi tumbuhan dan hewan di sekitarnya tiba-tiba memancarkan energi positif yang membuat mereka merasa sangat nyaman.

"Luar biasa. Apa kami baru saja merasakan keajaiban dari Ras Peri?" seorang perwakilan dari Ras Elf berbicara setelah dirinya tersadar bahwa permainan seruling itu selesai.

"Itu bukan keajaiban. Kami menyebutnya kemampuan bawaan." Rose menjelaskan dengan lembut.

Seolah kerumunan itu baru saja menyadari apa yang terjadi, gemuruh tepuk tangan bergema di ruangan perjamuan itu.

"Apa kau merasakanya."

"Aku merasa bahwa jiwaku entah bagaimana merasa diobati."

"Aku juga. Tubuhku terasa lebih ringan dari sebelumnya."

Bisikan-bisikan seperti itu dapat didengar di setiap sudut ruangan. Membuat beberapa orang menatap iri kepada putri peri itu. Perjamuan hari pertama akhirnya diakhiri dengan penampilan menakjubkan dari Ras Peri.