Chereads / Dibalik Kegelapan yang Mencekam / Chapter 3 - Sampai di Tempat Baru

Chapter 3 - Sampai di Tempat Baru

Hihik... hihik..

Kuda-kuda penarik kereta putih yang memiliki sentuhan warna biru dan emas dengan simbol kerajaan peri itu meringkik saat memasuki perbatasan ibu kota ras vampir.

Rose menghela nafas lega saat dirinya beserta rombongan sampai di tempat tujuan dengan selamat. Perjalanan kali ini tidak begitu jauh karena tempat yang mereka tuju adalah wilayah kerajaan tetangga mereka.

Alat magis yang diberikan oleh ayahnya juga memiliki andil yang membuat mereka sampai lebih cepat. Sepertinya kali ini ayahnya benar-benar menyisir ruang penyimpanan karena Ia memberikan berbagai alat ajaib untuk perjalanan kali ini. Meski tidak kekurangan, mereka juga tidak mempunyai peralatan bagus yang berlimpah seperti ras dwarf. Atau berbagai benda ajaib seperti ras penyihir. Tidak dipungkiri bahwa Ia merasa tersentuh akan kasih sayang dari ayahnya.

Peri cantik itu menatap keluar jendela saat mengamati pemandangan yang tersaji di hadapanya. Setiap wilayah antar ras memiliki ciri khas masing-masing. Berbeda dengan ras peri yang wilayahnya di dominasi oleh kekayaan alam yang melimpah, wilayah ras vampir memiliki bangunan-bangunan mewah yang memiliki unsur arsitektur yang tajam. Meski tidak seluruh bangunan berwarna merah dan hitam, tetapi kedua warna itu terlihat mendominasi setiap rumah yang Ia lewati.

"Kita sudah sampai, Tuan Putri." sang pelayan bernama Hana yang telah menemani gadis cantik selama dalam kereta itu menginformasikan.

Hana merasa bahwa meskipun Ia sudah menaburkan bubuk ajaib untuk menutupi pesona tuanya, putri peri itu masih terlihat cantik meski tidak secantik penampilan aslinya. Sebelumnya, tuanya adalah kecantikan menakjubkan yang bisa mengambil hati orang lain saat pertama kali melihatnya.

Sekarang, putri peri itu mempunyai kecantikan sopan yang sedikit polos jika dibandingkan dengan orang lain. Tetapi efeknya tidak terlalu buruk. Bubuk yang Ia gunakan adalah salah satu benda ajaib yang diberikan oleh raja. Selama bubuk itu tidak terkena air, Ia akan tetap mempertahankan efeknya meskipun sudah satu tahun berlalu. Dan yang lebih penting, itu tidak berbahaya bagi kulit.

Rose melangkah perlahan melewati pintu kereta yang telah terbuka. Dengan sopan menerima uluran tangan dari Kapten Jerome yang telah siap menunggunya. Gaun kuning gadis itu berkibar tertiup angin saat langkah kakinya semakin dekat menyentuh hamparan hijau yang tersebar luas di tanah.

"Lewat sini, Tuan Putri." para pelayan dari ras vampir sudah bersiap untuk melayani para tamu yang datang dari berbagai ras.

Rombongan itu berjalan perlahan dengan putri peri itu sebagai pemimpinya. Di sampingnya, berdiri kapten Jerome sebagai orang yang bertugas akan keselamatan sang putri. Sedangkan di belakang mereka ada enam pelayan wanita senior yang melayani kebutuhan sang putri dengan Hana sebagai pelayan utama. Sisanya adalah para ksatria penjaga sang putri.

Pelayan ras vampir dengan hormat mengantarkan mereka ke kastil ke-6. Tempat yang diperuntukan bagi ras peri untuk istirahat menunggu waktu perjamuan diadakan. Setelah memberikan informasi mengenai pesta pertemuan yang diperlukan, para pelayan vampir pergi meninggalkan rombongan itu untuk menyambut tamu lainya.

"Meong.."

Tiba-tiba terdengar suara kucing dari balik dinding kastil yang baru saja mereka lewati.

Rose berbalik ke arah suara hanya untuk menemukan seekor kucing berwarna hitam tengah menatap dirinya. Kucing itu memiliki mata berwarna biru dan bulunya agak pendek. Bulu-bulu kucing itu berdiri menunjukan bahwa Ia sedang ketakutan dan dalam posisi siaga yang siap untuk menyerang.

Peri cantik itu dengan lembut membawa si kucing hitam ke dalam pelukanya. Mengelus bulu-bulu gelap itu perlahan untuk menenangkan sang kucing. Karena nyaman, sang kucing meringkuk di dalam dekapan sang gadis.

"Blacky.." suara remaja tanggung terdengar mencoba memanggil dari kejauhan.

Rose berjalan menuju suara itu dengan kucing hitam yang masih dalam pelukanya. Ia melihat seorang pemuda seumuran adiknya tengah berjongkok mencari sesuatu di balik semak-semak tanaman yang lebat.

"Kau mencari kucingmu?" Rose bertanya sopan kepada sang pemuda.

Seolah baru saja menyadari kehadiran orang lain, pemuda itu langsung berdiri dari posisinya yang memalukan. Berpura-pura merapikan bajunya untuk menutupi rasa malunya.

"Bukan urusanmu." si remaja menjawab ketus.

Saat melihat kucing hitamnya tengah meringkuk dengan nyaman dalam pelukan wanita itu, sang pemuda langsung merebutnya dengan agresif.

"Kucingmu kabur karena sedang stres. Biasanya itu karena lingkungan yang berisik atau ada hewan lain yang berada di lingkunganya. Apa kau mempunyai kucing lain baru-baru ini?" Rose tidak marah dengan tingkah laku sang pemuda. Ia bahkan mengira bahwa pemuda itu sangat mirip dengan adik laki-lakinya saat dirinya sedang dalam masa pemberontakan.

"Apa urusanmu. Tidak perlu sok menceramahiku." sang pemuda berucap kasar tetapi tidak segera pergi meninggalkan tempat itu.

"Ingin minum teh di tempatku?" Rose terlihat geli saat menawarkan suguhan kepada pemuda itu. Ia benar-benar terlihat seperti Antonio yang sedang merasa bersalah tetapi malu untuk meminta maaf. Membuatnya memiliki kesan yang cukup baik kepada remaja yang tidak jujur ini.

"Hm.. aku hanya minum teh berkualitas tinggi." sang pemuda mendengus sombong.

Setelah keduanya sampai di ruang tamu kastil, Rose memerintahkan pelayanya untuk menyajikan teh kepada tamu barunya. Hana menyajikan teh putih yang menjadi kesukaan tuanya itu. Teh itu dibuat dari daun teh muda segar yang hanya bisa dipanen dua kali dalam setahun. Daunya yang sudah dikeringkan kemudian digulung dengan lembut, memancarkan aroma khas yang sedikit manis.

Rose dan pemuda itu terlibat dalam percakapan sederhana. Dari percakapan mereka, Rose mengetahui bahwa pemuda itu bernama Johan. Dia adalah pangeran bungsu dari ras vampir. Dia memiliki seorang kakak laki-laki dari ibu yang sama sebagai permaisuri. Dan beberapa saudara beserta saudari dari selir lainya.

"Lagipula, kenapa mereka memberiku kucing jantan." Johan terdengar kesal saat bercerita.

Ternyata selain kucing hitam itu, Johan mempunyai dua kucing lain. Yang satu adalah kucing berbulu coklat yang diberikan oleh kakak laki-laki dari ibu yang sama. Sedangkan yang satu lagi kucing putih dengan loreng abu-abu di sekujur bulunya sebagai hadiah ulang tahun dari saudara berbeda ibu yang lebih tua tiga tahun dari dirinya. Sayangnya, kedua kucing itu adalah jantan yang membuat mereka saling bertarung saat bertemu.

"Apakah mereka pikir membesarkan kucing itu gampang." Johan terus mengeluh.

"Kalau kau tidak mau membesarkan mereka, kenapa kau tidak membuang mereka saja. Kau akan bebas dari berbagai masalah yang mereka timbulkan." Rose tersenyum saat mengusulkan.

"Tapi.. itu adalah hadiah. Tidak sopan jika membuangnya." Johan berucap pelan. Tidak berani menatap mata peri cantik itu.

"Kalau begitu. Kau tidak boleh terus mengeluh. Bagaimana jika kau mulai memikirkan cara untuk mendamaikan mereka sehingga kucing-kucing itu bisa bermain bersama." Rose tidak mengekspos kebohongan remaja itu.

Rose tahu jika pemuda itu sangat menyukai kucing-kucing miliknya. Jika tidak, Ia tidak akan mencari kucingnya sampai ke kastil yang letaknya jauh dari istana utama. Meski terkadang merepotkan saat kucing-kucing itu membuat ulah, tetapi perasaan menyentuh dan memeluk kucing itu membuat ketagihan. Membuat mereka yang merawatnya berhati lembut saat melihat tingkah lucu mereka.

"Apa kau tau cara agar mereka bisa berdamai." Sang pemuda bertanya ragu.

"Tentu saja. Tetapi ada syaratnya." Rose menjawab pertanyaan remaja itu.

"Apa syaratnya?" Johan bertanya antusias.

"Pertama, jangan memanggil orang yang lebih tua dengan sebutan kau. Panggil aku, Kakak." Rose tersenyum melihat wajah pemuda yang awalnya antusias itu berubah menjadi merah karena malu.

Meski terlihat malu-malu, akhirnya sang pemuda bertanya lagi kepada Rose tetapi kali ini panggilanya berubah menjadi sebutan kakak dengan aksen yang manis. Peri cantik itu tidak ingin mempermalukan lagi pemuda yang sudah memiliki telinga merah. Dia mulai menjelaskan tahap-tahap untuk membuat kucing sang pemuda bisa bergaul bersama.

Setelah sang pemuda pergi, Rose meminta pelayanya untuk menyiapkan air hangat. Ia ingin merilekskan tubuhnya yang lelah dengan berendam air hangat. Mencoba memulihkan tenaganya untuk menghadiri pesta pertemuan malam itu.

Pertemuan enam ras dilakukan setiap tahun dengan tiga hari sebagai acaranya. Hari pertama mereka akan saling memperkenalkan diri mewakili ras masing-masing. Hari ke-dua, perwakilan dari setiap ras akan mengajukan kerjasama kepada ras lain mengenai kerja sama yang dapat mereka lakukan. Sedangkan pada hari ke-tiga mereka hanya akan menghadiri pesta dansa. Mencoba sebaik mungkin untuk meninggalkan kesan yang baik kepada perwakilan ras lainya.