Chereads / Dibalik Kegelapan yang Mencekam / Chapter 1 - Undangan

Dibalik Kegelapan yang Mencekam

🇮🇩Renza_Lo
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 105.7k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Undangan

Plakk..

Suara tamparan yang cukup keras terdengar menggema di ruangan besar itu.

"Lihat hasil dari perbuatanmu." kalimat dingin diucapkan oleh pelaku yang melakukan tamparan itu.

Remaja laki-laki yang menjadi korban atas kemarahan ayahnya itu menunduk lesu. Tidak berani membalas ataupun menatap mata ayahnya. Merasa bersalah karena perbuatan semena-menanya menyebabkan masalah sebesar ini.

"Ayah.. memarahi Antonio tidak akan menyelesaikan masalah." terdengar alunan lembut seorang gadis yang baru saja memasuki ruangan.

Kulit putih bersinar, rambut pirang keemasan dan mata biru yang sejernih lautan. Tidak lupa bibir merah miliknya yang membuat seseorang mendambakan untuk merasakan betapa manisnya rasa yang tertinggal dalam bibir tipis itu. Gadis itu memiliki tanda lahir di bawah matanya yang mengokohkanya sebagai gadis tercantik dalam ras peri.

Tidak seperti peri dalam kebanyakan cerita dongeng yang bertubuh mungil dan memiliki sayap, ras peri tidak memiliki sayap. Ras mereka dikenal dengan kecantikan yang membayangi tubuh mereka. Bukan hanya kecantikan mereka yang menjadi keunggulan ras peri, tapi tubuh mereka juga selalu memancarkan energi kehidupan bagi makhluk di sekitarnya.

Sayangnya, keunggulan yang satu ini juga menjadi bencana bagi ras mereka. Kebanyakan mereka diburu oleh para penyihir yang ingin menjadikan tubuh mereka sebagai bahan campuran untuk membuat ramuan mereka. Ataupun ras lain yang ingin memanfaatkan vitalitas kehidupan mereka.

Ras peri adalah ras yang lemah. Mereka tidak bisa menghadapi serangan-serangan yang mengincar nyawa mereka. Oleh karena itu, mereka hanya bisa bersembunyi. Membuat perisai yang bisa menyembunyikan keberadaan mereka. Perisai itu tidak hanya melindungi mereka dari dunia luar. Tetapi juga mengisolasi mereka dari dunia luar. Itu sebabnya, sebagian orang beranggapan bahwa ras peri sudah lama musnah.

"Lihat kecerobohan Adikmu. Perbuatanya dapat membuat ras peri menghilang dari peradaban." sang raja masih diliputi amarah.

"Mungkin ini tidak seburuk itu Ayah. Kita bisa mempelajari kelemahan dari batu penopang perisai sehingga memperkuatnya bukan lagi masalah." sang gadis peri menjelaskan perlahan.

"Batu yang disatukan itu bukanlah batu-batu biasa Rose. Begitu hancur, tidak akan mudah untuk menyatukanya kembali." Raja peri menghela nafas lelah.

"Antonio juga tidak bermaksud merusaknya, Ayah. Dia hanya tidak bisa mengendalikan rasa ingin tahunya akan dunia luar." sang peri masih menjelaskan dengan lembut.

Batu penopang adalah bagian dasar yang membuat perisai itu bekerja. Jika itu hancur, maka perisai sudah dipastikan tidak akan bisa melindungi mereka. Karena begitu perisai dimatikan, wilayah di sekitar kerjaan peri langsung merespon. Berbagai tanaman yang hampir mati tiba-tiba tumbuh subur. Berbagai sungai dan mata air lain yang dicemari dengan kotoran langsung menjadi jernih. Ini menyebabkan keberadaan mereka diketahui oleh bangsa lain.

Orang yang menjadi raja ras peri itu memijat pelipisnya yang berdenyut. Ia tentu saja mengerti bahwa memarahi putra bodohnya dan mengeluh kepada putrinya yang cantik tidak akan menyelesaikan masalah. Tetapi mau bagaimana lagi, dirinya diliputi oleh amarah setelah mendapatkan undangan untuk perjamuan pertemuan enam ras. Sebenarnya ada tujuh ras saat ini, tetapi salah satu ras sudah dikeluarkan dari agenda sejak 300 tahun yang lalu.

"Masih ada tiga hari lagi untuk bersiap, Ayah."

"Kita lebih baik memikirkan bagaimana persiapan kita dalam perjamuan nanti. Dan kita tidak bisa membuang setiap detik yang berharga untuk segera memperbaiki perisai peri." sang gadis mencoba mengalihkan kemarahan ayahnya.

"Kau benar Rose. Ayah akan menyiapkan para ksatria yang akan bertugas mengawalmu besok. Ayah pastikan bahwa mereka adalah ksatria terbaik yang tidak akan mudah dikalahkan." meski Ia dengan percaya diri mengatakan kata-kata seperti itu kepada putri sulungnya, tidak dapat dipungkiri bahwa Ia merasa khawatir akan keselamatan putrinya itu.

Jika Ia bisa, Ia lebih suka menghadiri perjamuan itu sendiri. Tetapi Ia dibelenggu oleh kewajibanya sebagai raja. Wilayah itu tidak boleh ditinggalkan kosong. Saat ini, Ia adalah orang yang mengatur segala sesuatu yang terjadi di kerajaan peri. Ia tidak memiliki ratu lain setelah kematian ibu dari anak-anaknya. Ia tidak ingin anak-anak yang Ia cintai memiliki ibu tiri. Meski mungkin tidak semua ibu tiri itu jahat, tetapi Ia tidak ingin mengambil resiko sedikitpun jika menyangkut anak-anaknya. Jika saja perisai itu tidak rusak. Tetapi itu hanya angan-anganya belaka. Nasi sudah menjadi bubur, dan Ia harus segera memikirkan cara untuk segera memperbaiki perisai yang telah rusak itu.

Bukan tanpa alasan ras peri membentuk perisai untuk menutupi keberadaan mereka. Sejak dulu, mereka adalah ras lemah yang berada di rantai terbawah kekuasaan. Tetapi kemampuan bawaan mereka membuat ras mereka selalu diburu oleh ras lain. Meski hal itu sudah membaik sejak seratus tahun yang lalu, tetapi ketakutan akan diburu sudah di tanam jauh di lubuk hati mereka.

"Kau tidak perlu khawatir Ayah. Perjamuan hanya akan memakan waktu beberapa hari. Bukan beberapa tahun." Rosalia tersenyum lembut, mencoba menenangkan kekhawatiran ayahnya.

"Kau anak yang baik Rose." sang ayah tentu saja mengetahui maksud tersembunyi dari kata-kata putrinya.

Setelah membicarakan beberapa hal yang perlu diwaspadai oleh putrinya, orang yang kini menjadi penguasa ras peri itu pergi untuk segera mengurus kekacauan yang telah terjadi di kerajaanya setelah kehancuran perisai mereka. Sebelum mencapai pintu, Ia tidak lupa untuk memelototi putra bungsunya yang langung bergidik ketakutan saat tatapan matanya bertemu dengan ayah mereka.

"Maaf, Kakak." sang pemuda yang dipanggil Antonio itu baru berani bicara setelah ayahnya pergi.

"Lain kali, kau harus meminta izin dari Ayah atau mendiskusikan hal seperti itu kepada Kakak." sang gadis dengan lembut mengusap rambut pirang pemuda yang beberapa tahun lebih muda darinya itu.

"Aku tau, Kakak. Aku tidak akan melakukan hal seperti itu lagi." sang pemuda merasa sangat bersalah.

Karena dirinya, sang kakak harus pergi ke tempat para ras lain itu berkumpul. Ia belum mencapai usia dewasa sehingga Ia tidak bisa mengikuti sang kakak untuk menghadiri perjamuan. Ia tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya jika sesuatu yang lain benar-benar menimpa kakak perempuanya itu.

Setelah keluar dari tempat pertemuan, gadis cantik yang memiliki nama panggilan Rose itu kembali ke kamarnya. Berjalan menyusuri lorong yang penuh dengan bunga yang tengah mekar. Memancarkan harum semerbak yang memenuhi seluruh istana.

Garis pandang gadis itu beralih ke taman kerajaan mereka. Berbagai macam bunga dan tanaman menghiasi seluruh taman membuatnya terlihat sangat cerah dan dipenuhi dengan kehidupan. Air mancur yang dipahat dengan batu giok putih menambah keindahan taman istana. Sangat indah. Itu adalah gambaran yang akan muncul di benak setiap orang yang memasuki wilayah mereka.

Kerajaan peri adalah kerajaan yang subur dan penuh dengan bahan mineral. Itu semua tidak lepas dari bakat bawaaan mereka yang membawa vitalitas bagi makhluk hidup lainya. Membuat wilayah mereka sangat kaya dan juga menjadi alasan lain yang membuat ras lain merasa tamak untuk kekayaan yang mereka miliki.

Gadis itu mencengkeram surat undangan yang ditulis dengan tinta emas di tanganya. Kualitas kertasnya sangat lembut dan memancarkan bau harum. Tentu saja meski kertas itu terlihat sangat lembut, itu tidak mudah robek maupun rusak.

Memikirkan jamuan yang akan datang, Ia tidak bisa menahan helaan nafas lelah. Ia hanya berharap bahwa jamuan itu akan berakhir dengan lancar.