"Oh, ya ada satu hal lagi yang ingin aku katakan ...."
"Apa?" tanya Yoshimura memastikan karena begitu Iori hendak mengatakan sesuatu dengan muka gelisahnya.
"Hmm, apa itu sesuatu yang buruk?" tanya Yoshimura yang memandang Iori yang duduk di dekatnya sambil tertunduk gelisah ini, untuk memastikanya.
Namun, entah kenapa Iori merasa berat saat hendak mengatakanya.
"Katakanlah!" Yoshimura terlanjur penasaran, dia sempat berpikir buruk apa mungkin ini menyangkut gadis yang telah diselamatkannya dari penindasan itu?
Penindasan tidak akan ada habisnya apabila tidak ada pihak yang menjadi penengah dan mengambil tindakan tegas untuk menyelesaikannya.
"Maaf," kata-kata Iori yang diucapkan dengan nada menyesal itu membuat Yoshimura khawatir.
"Loh, kenapa?" tanya Yoshimura dengan ekspresi polosnya.
"Maaf, di saat kamu mencoba menghajar mereka, aku tidak sempat untuk menolongmu." Ucap Iori yang tampak menyesalinya. Dia adalah orang yang selama ini suka menolong temannya. Tapi, dia merasa tidak mampu menolongnya saat kejadian kemarin. Dia rasa itu di luar kemampuannya.
"Ah~ ya, tidak apa-apa, kok." Ucap Yoshimura memakluminya. Di hati Yoshimura sempat bergejolak kalau dia sempat tidak mempercayai perkataan Iori ini. Bisa jadi Iori di sana berniat memberi simpati padahal mengabaikannya tapi, bisa jadi sebenarnya yang dikatakan Iori itu jujur.
Yoshimura hanya bersikap biasa.
Dia tidak ingin menarik perhatian orang lain.
Dan apabila ada orang kesulitan di depan matanya, asal dia bisa membantunya, akan dia bantu. Yoshimura adalah tipe orang seperti itu.
Yoshimura selama ini diabaikan lingkungan sekitarnya ....
Jadi, terlepas dari sikap bijaknya, dia yang sering dijauhi oleh orang di sekolah karena status sosialnya itu menjadi kesenjangan sosial yang parah.
Tapi, semenjak Yoshimura ada di sini, dia menyadari sedikit perbedaan. Orang-orang di sini lebih peduli dari daripada orang yang ada di Tokyo.
Yoshimura merasa sedikit bersyukur menginjakkan kaki di Osaka.
"Ah~ kalau saja Fukube tidak sakit, aku pasti akan mengajaknya untuk menjengukmu juga." Ucap Iori dengan santai.
"Yah~ siapa yang akan tahu?" Ucap Yoshimura dengan santainya. Dia tidak pernah menyangka juga akan ada kejadian seperti itu.
"Oh, ya, apakah kamu tahu gadis yang telah ditindas itu?" tanya Yoshimura untuk memastikan di mana keberadaan gadis itu, dan dia ingin tahu namanya juga. Gadis itu sengaja berteriak minta tolong namun tampaknya di sekolah itu tidak ada yang sudi menolongnya.
"Ya, aku tahu, dan tidak lain dia adalah siswa di kelas kita sendiri." Jawab Iori dengan seriusnya.
"Eh!?" tentu saja Yoshimura yang baru mendengarnya pun ikut terkejut.
"Apa itu benar? Tapi, aku tidak pernah melihat dirinya di kelas!?" tanya Yoshimura memastikannya lagi.
"Ah~ dia jarang masuk kelas karena sering dibully itu. Namun, sebenarnya dia adalah anak yang pandai di kelas ini. Dia sudah mulai tidak masuk sejak minggu ke-2. Seminggu sebelumnya dia masih ceria ... Lalu, kurang lebih seminggu kemudian semenjak kamu datang ke sekolah ini, dia tidak pernah masuk lagi." Jelas Iori.
Meski berada di kelas, Yoshimura yang merupakan murid pindahan itu tidak pernah ingin tahu siapa saja orang yang absen atau orang yang jahat di kelas itu.
"Hmm ... aneh, ya. Berarti yang membully dia kemungkinan anak yang ada di kelas kita?" tanya Yoshimura memastikan.
"Bisa jadi, kukira kamu sudah hafal orang-orang di kelas kami."
"Ah~ aku kan masih beberapa hari di sini, yang aku hafal hanya orang-orang yang ada di dekatku saja."
"Oh, begitu ya, sepertinya kamu buruk dalam hal menghafal."
"Y-ya, begitulah." Yoshimura menjawabnya dengan ekspresi ragu.
Karena pembicaraan ini dirasa tidak penting lagi, akhirnya Iori beranjak dari tempat duduknya dan dia hendak meninggalkan ruangan ini, dia hendak mengatakan sesuatu untuk mengakhiri pembicaraan ini.
"Baiklah, aku pamit pulang dulu, sebentar lagi hari sudah hampir gelap." Kata Iori.
Pemandangan langit senja tadi sudah mulai sirna dan kini hanya langit berwarna violet yang hendak menjadi langit malam penuh bintang.
"O-oh, baiklah." Jawab Yoshimura dengan agak ragu tapi, begitu Iori hendak membuka pintunya, Yoshimura memanggilnya lagi.
"Tunggu Iori!" seru Yoshimura sambil merentangkan tangan kanannya ke Iori.
Iori pun menoleh ke arahnya meski tangannya sudah memegang gagang pintu.
"Apa?" Iori meresponsnya.
"Ah~ um ..., terima kasih telah menjengukku." Ucap Yoshimura basa-basi.
"Ya, sama-sama." Iori meresposnya sambil memasang senyum lembutnya.
"Oh, ya, hari mulai gelap, pastikan kamu tidak berpikir macam-macam! Awas ada setan!" Iori berkata seperti ini bermaksud untuk menggodanya.
"Ah~ tidak mungkin ada lah, duh zaman kapan ini?"
"Eh, jangan meremehkan zaman, pasti ada loh."
"Iya, setannya kan kamu yang jadi." Yoshimura malah menanggapinya dengan gurauan juga. Dia merasa mendapatkan teman asyik dan dapat mengobrol sepanjang waktu.
"Ah, tunggu Iori-"
"Apa kau pasti takut, ya. Maaf aku ingin pulang!" seru Iori dengan memasang ekspresi keberatannya karena hendak pulang dicegah oleh perkataan 'tunggu!'
"Ah, maaf, aku cuma ingin bertanya ... gadis yang ditindas itu siapa namanya?" tanya Yoshimura dengan serius saat memandang Iori.
"Oh, ternyata." Iori memasang ekspresi datar saat menatap Yoshimura, itu artinya dia dalam mode serius.
"Nama dari gadis itu adalah ...."
________
To be Continued.