Setelah membaca surat kematian itu, zeira mengatakan pada azka untuk langsung membawa jenazah laura yang ingin di kuburkan ke San Francisco bersebelahan dengan makam ayahnya.
"Azka, bisa bicara sebentar?" tanya zeira, yang melihat azka sudah sedikit mengantuk.
Tiba-tiba azka membuka matanya kembali, "Hm, boleh, bicara aja." jawab azka, ingin mendengarkan ucapan zeira.
Dengan membaca isi surat itu, zeira mengatakan bahwa, "Di sini tertulis, dia ingin di makamkan di sebelah makam ayahnya, yang berada di San Francisco, California." ucap zeira.
"Ah, ini pasti mengharuskan kita ke California, dan menemani jenazahnya sampai di sana. Bahkan sampai mati pun, dia masih menyulitkan aku." ucap azka yang sepertinya tidak ingin menemani jenazah laura.
Tiba-tiba fazam menjawab, "Kalau lo, gak mau nemenin jenazah laura, biar gue sendiri yang pergi ke sana tanpa kalian semua. Gue gak mau melibatkan kalian lebih jauh lagi, sampai sini aja gue juga berterima kasih banget sama kalian semua." ucap fazam, membiarkan dirinya yang akan mengantarkan laura ke tempat peristirahatan yang terakhir.
Azka melakukan smirk, dan mengatakan, "Gue bukan terlibat, tapi gue kerabat jauh dia, karena nyokap gue nyuruh gue untuk menjaga laura, saat lo bilang gak mau melibatkan gue sejauh ini, sebenarnya gue udah terlibat dengan hidup laura cukup lama, sebelum lo mengenal laura." ucapnya memberitahu semuanya.
"Maafin gue azka, laura gak pernah cerita kalau lo udah lama menjaga dia, dia cuma bilang sama gue kalau lo itu orang yang paling membenci dia, karena lo menganggap kematian ayahnya karena dia sendiri, padahal ayahnya meninggal memang tertembak penjahat itu bukan karena dia, hanya saja waktu penjahat itu kabur dia berdiri sambil memegang pistol itu, dan masa itulah dia di tuduh sebagai pembunuh ayahnya sendiri." ucap fazam ingin membersihkan nama laura yang terakhir kalinya.
Azka yang sudah melupakan peristiwa itu, "Apa pun itu gue gak peduli, gue juga udah lupa dengan kejadian tragis itu, gue bakal bilang ke nyokap gue, kalau kita akan terbang ke California malam ini juga, dan menyuruh Tante Rachel bersiap mempersiapkan makam untuk jenazah laura di sana." ucap azka, langsung pergi menjauh dari mereka berdua, untuk menelepon mamahnya.
***
"Halo, ada apa bang, tante rachel lagi siap-siap kembali ke Indonesia malam ini." ucap mama azka.
"Enggak jadi mah, kita akan ke California, buat menguburkan jenazah laura di sana, dia menulis surat, dan mengatakan kalau ingin di kubur di sebelah makam ayahnya." ucapnya, langsung menjelaskan detailnya.
"Oh, begitu, ya sudah mamah akan telepon tante rachel agar dia tidak datang ke Indonesia, dan menunggu di San Francisco saja." jawabnya, lalu mematikan teleponnya.
***
"Siapkan barang-barang kalian, kita akan segera berangkat, dan buat kalian reno, revan, vito, makasih kalian udah mau nemenin kita. Kita akan pergi malam ini juga ke San Fransisco, kalian doain aja semoga penerbangan selamat sampai sana." ucap azka, lalu memerintahkan teman-temannya untuk kembali ke rumah masing-masing, karena hanya kerabat dekat yang bisa menemani jenazah laura sampai ke California.
"Gue juga makasih sama kalian, mau bantu gue mencari laura." ucap zeira sebelum mereka bertiga pergi.
"Iya sama-sama, kita senang bisa membantu, yaudah kalau gitu kita bertiga pamit pulang. Semoga kalian, selamat sampai tujuan." ucap vito, mewakili kedua temannya.
"Iya terima kasih banyak, kalian juga pulang dengan hati-hati, karena ini sudah larut malam." ucap fazam, tak lupa berterima kasih.
Sedangkan azka pergi menelepon adiknya untuk meminta izin pada azkia, agar azkia tidak terlalu khawatir dengan dirinya. Tetapi saat menelepon azkia tidak mengangkat telepon dari azka, Azka langsung mengirimkan chat singkat kepergiannya ke San Francisco.
*Dek, abang izin pergi ke luar negeri, mau mengantarkan jenazah kak laura ke San Francisco, kamu gak mengangkat telepon abang. Abang gak punya banyak waktu, malam ini abang berangkat, abang juga udah bilang sama mamah, udah mengabarkan ke mamah juga, kamu jaga diri baik-baik selagi abang pergi, abang juga udah nitip kamu ke bara, agar bara bisa menjaga kamu selagi abang gak ada di rumah, selama bara menjaga kamu harus menuruti perkataan bara. Jangan telat makan, dan rajin minum obat, abang pamit ya dek*
Tak lama azka kembali menemui zeira dan fazam, karena tante rachel memberikan pesan bahwa sudah menyewa pesawat pribadi untuk membawa jenazah laura ke California.
"Kalian berdua, penerbangan kita sebentar lagi, kita harus udah ada di bandara sekarang juga." ucap azka.
"Oke, aku bilang sama para perawat, buat antar kita ke bandara." jawab zeira, ingin mengkonfirmasi membawa ambulan ke bandara untuk mengantar jenazah laura.
"Enggak perlu, aku udah bilang ke mereka dan mereka sudah siap, jadi sebaiknya kita ke sana, karena jenazah laura juga sudah di masukkan ke ambulan." ucap azka mempersingkat waktu.
Zeira dan Fazam bangun dari kursi tunggunya dan pergi mengikuti azka yang menuju ke mobil ambulan itu.
Beberapa jam kemudian akhirnya sampai di bandara, lalu perawat membawa jenazah laura ke pesawat pribadi yang sudah di siapkan dari Rachel, untuk membawanya ke San Francisco. Lalu Azka, zeira dan fazam pun menaiki pesawat tersebut, dan tak lama mereka pun melakukan penerbangan.
Di butuhkan waktu sekitar 18 Jam 40 menit, saat ini sudah memasuki jam 02:30 dini hari, azka sudah mulai mengantuk, dia bisa tertidur ketika melihat zeira tertidur lebih dulu. itu akan membuat hatinya yang patah kembali berdamai, walau zeira duduk di samping fazam.
19:30 akhirnya perjalanan yang panjang, mereka pun tiba di bandara San Francisco.
Mereka membawa jenazah rachel untuk di bawa ke rumah duka. Dia akan di tempatkan di sana sampai besok pagi, sedangkan azka, zeira dan fazam menginap di rumah laura dan beristirahat di sana.
Saat azka menekan bel rumah rachel, tidak ada satu pun yang keluar, Azka mencoba lagi sampai 7 kali menekan bel itu, tetapi tetap saja tidak ada yang membukakan. Azka berpikir apakah dia salah rumah, atau dia salah tempat, alamat itu nyata dan jelas dengan yang bertuliskan di pagar rumah laura. Tetapi, mengapa tidak ada yang membukakan pintu satu pun untuk mereka bertiga. Sebenarnya ke mana perginya Tante rachel, ini membuat azka dan fazam takut, jika Tante Rachel mengakhiri hidupnya, karena laura yang meninggal.
"Azka, coba lo buka, siapa tahu gak di kunci." ucap fazam, memerintah azka.
"Hm, sebentar." jawab azka, lalu membuka pintu rumahnya.
Azka terkejut, karena di gerbang yang ternyata tidak di kunci, dia, fazam dan zeira pun langsung pergi masuk ke dalam rumah, dan mencoba memeriksa keadaan tante rachel.
"Tante..." lirih azka memanggil rachel ibu dari laura.
"Tante..."teriak fazam.
"Aku cari di belakang rumah ya." ucap zeira, ingin pergi ke kolam renang, milik tante rachel.
"Yaudah, kalau begitu kita semua mencarinya berpencar." ucap azka.
"Oke." jawab zeira dan fazam.
Fazam pergi mencari ke setiap kamar, Azka pergi ke halaman rumah sedangkan zeira mencari ke gudang dapur dan sekitar dapur.
Saat fazam mencari ke kamar pertama dia tidak menemukan siapa pun di dalam sana, lalu dia berpindah tempat ke kamar yang ke dua dan apa? dia menemukan rachel sedang berdiri di atas kursi, dengan tali yang menggantung seperti ingin membunuh dirinya sendiri.
Fazam langsung menariknya hingga terjatuh kelantai, dan memeluk ibu dari laura. dan rachel pun langsung menangis, dengan sejadi-jadinya.
"Mengapa tante melakukan itu?" bentak fazam yang panik.
"Untuk apa aku hidup, sedangkan suami dan anak ku saja mati!" teriak rachel.
"Tante, tidak boleh bicara seperti itu, masih ada kak ana." ucap fazam, mengingatkan kakak dari laura.
"Ana bukan anak kandung ku, jadi dia juga tidak akan peduli pada kematian ku." jelasnya, yang akan benar-benar tak peduli jika dia menyusul laura dan suaminya.
"Walaupun kak ana, bukan anak kandung tante. tetapi, dia tetap anak yang tante besarkan oleh tangan tante sendiri. Setelah kematian paman." ucap fazam, mencoba menenangkan rachel.
Mendengar suara tangisan itu, Azka dan zeira mencari sumber suara dan menemukan tante rachel yang sudah berada dalam pelukan fazam.
"Azka!" lirih tante rachel, melihat azka yang juga pergi menemuinya.
Azka pun datang lalu memeluk tante rachel, yang sudah seperti ibunya sendiri. Sebenarnya hubungan azka dengan rachel itu, sebelumnya sangat baik. Tetapi tiba-tiba hancur karena laura yang tertuduh telah membunuh ayahnya sendiri, satu keluarga pun sangat membenci laura, rachel sendiri sangat membenci laura, maka dari itu rachel lebih baik tinggal di Indonesia sendirian dari pada ikut bersama rachel.
"Tante ingin bunuh diri?" tanya azka, dengan nada yang lembut.
"Maaf kan tante, tante tidak kuat kehilangan laura. Tante sangat menyesal meninggalkan laura sendiri di sana, dan hanya mengandalkan mu untuk menjaganya dari jarak jauh." jawab rachel.
"Maaf kan azka juga, karena azka telah lalai dalam menjalankan tugas dari tante." ucap azka, yang sama-sama lalai menjaga laura.
Tiba-tiba fazam, mengatakan dengan keras, jika ini bukan kesalahan azka dan rachel melainkan, "Tidak! ini semua bukan kesalahan kalian!" ucapnya. "Ini semua salah ku! aku yang salah! tidak seharusnya aku melakukan itu pada laura, hingga membuatnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara tragis seperti ini." menyalahkan dirinya lagi.
"Enggak fazam, ini bukan salah kamu." ucap zeira, membantah pikiran fazam.
"Enggak zei, ini semua benar-benar salah aku!" ucapnya tetap menyalahi dirinya sendiri.
"Jika kau salah, mengapa kau ada di sini, seharusnya kau ada di penjara!! dasar pembunuh!!" teriak rachel, lalu memukuli fazam berkali-kali.
"Tidak apa-apa, aku memang pantas di beri hukuman." ucap fazam yang membiarkan dirinya di pukuli beberapa kali oleh rachel.
"Memang sudah sepantasnya seperti itu, seharusnya kau mati saja!!" bentak rachel, lalu di tahan oleh azka.
Azka menahan emosi rachel, agar tidak terlalu melukai fazam, "Tante-tante, sudahlah, jangan sakiti fazam. Dia tidak salah, ini semua memang sudah keinginannya laura untuk pergi selama-lamanya." ucapnya.
"Tidak Azka, jika anak sialan ini tidak memiliki hubungan dengan laura. Anak ku laura, masih hidup sampai saat ini!" bentak rachel.
"Biarkan dia memukulku, lepaskan saja, aku memang bersalah. Dia benar, jika aku tidak memiliki hubungan dengan anaknya, mungkin laura saat ini masih bisa berbincang dengannya." ucap fazam merelakan agar tubuhnya di pukuli lagi oleh rachel.
"Zei, bawa pacar kamu keluar dari sini. Cepat!" ucap azka yang tidak bisa mengontrol emosi nya juga.
Zeira mengangguk lalu membujuk fazam untuk keluar dari rumah itu, "Fazam ayo kita cari udara segar di sekitar sini." ucapnya.
"Bawa aku ke rumah duka, aku ingin menemani laura sampai di masukkan nya dia ke liang lahat." jawab fazam, malah menginginkan menginap di rumah duka.
"Tapi, aku gak bisa bawa kamu ke sana, karena aku juga gak tahu tempat rumah duka itu ada di mana." ucap zeira, menolak membawa fazam ke rumah duka.
Fazam melihat ada taksi di depan rumah rachel, "Itu, dia! Suruh dia mengantar kita ke rumah duka, ayo zei." ucapnya lalu menghampiri taksi tersebut.
Zeira menahan fazam, "Aduh, fazam jangan...! kita kan belum bicara sama azka, jangan asal pergi, nanti azka bingung mencari kita." jawabnya, dengan membawa nama azka, karena hanya azka yang mengetahui seluruh tempat di sana.
Fazam melepaskan tangannya zeira, dengan cara yang sangat kasar. "Kalau aku bilang pergi ya pergi!! kenapa sih kamu tuh selalu aja apa-apa, azka azka azka terus, aku ini pacar kamu! dengerin apa yang aku bilang, azka tuh bukan siapa-siapa kamu!" ucapnya memulai pertengkaran.
Raut wajah zeira berubah drastis, kini dia membuka matanya lebar-lebar, karena fazam yang bicara sembarangan tentang azka. "Mulut kamu bisa di jaga gak? Aku gak suka ya, kalau kamu menjelek-jelekkan azka seperti itu!" jawabnya, benar-benar kesal dengan fazam.
Fazam malah menambah emosi zeira, "Memangnya kenapa? Kamu suka sama dia?" ucapnya to the point.
"Aku gak suka sama azka!" bentak zeira, "kenapa kamu bicara kayak gitu sih? kamu yang rengek-rengek minta maaf buat bisa kembali sama aku, tapi kamu juga yang suka menuduh yang enggak-enggak! Kamu tuh mau nya apa sih?" kesal zeira, dengan fazam yang memulai pertengkaran.
"Aku gak suka kamu deket-deket sama azka, mau azka nolongin kamu sedikit pun, aku gak suka sama dia! Aku pacaran sama laura, itu semua karena kamu! kamu yang sulit di atur, mau nya menang sendiri, dan selalu merasa benar. Padahal, semua yang kamu butuhin selalu aku kasih, kenapa setiap aku minta waktu kamu gak pernah di kasih? sedangkan jalan-jalan atau pergi sama azka bisa?" jelas fazam, yang tak suka jika zeira terlalu bergantung pada azka.
"Kamu bicara apa sih? aku gak paham!" ucap zeira, berusaha tidak terpancing emosi.
"Iya, kamu memang gak pernah memahami aku, dan kamu itu perempuan yang paling egois yang pernah aku temuin, aku nyesel balikan sama kamu! gara-gara kamu, aku mutusin laura, dan bikin laura meninggal. itu semua salah kamu, kamu yang salah bukan aku!" jawab fazam, lalu pergi dengan taksi itu.
Zeira menahan fazam pergi, "Fazam...Fazam..." teriaknya, sambil mencoba memberhentikan mobilnya, namun tidak berhasil.
Fazam pergi ke rumah duka tanpa, zeira dan tanpa memberitahu azka dan Tante rachel. Sedangkan zeira, menangis sedari kepergian fazam, tak percaya fazam hanya mempermainkan hatinya lagi, dan lebih memilih zeira. Zeira merasa, ini bukan kesalahannya, melainkan salah fazam sendiri, dia benar-benar lupa dengan jati dirinya dan memanfaatkan kedua wanita yang mencintainya. Jika zeira tak memikirkan untuk menemukan kakak kandungnya, mungkin saja saat ini dia terpengaruh oleh bujukan setan, dan mati hari itu juga. Karena fazam orang yang sangat dia cintai, kembali tanpa benar-benar mencintainya melainkan, malah menyalahkan zeira karena kematian laura.