setelah berminggu-minggu lamanya di negri orang, akhirnya Fazam dan Azka kembali pulang ke Indonesia. Azka memesan tiket penerbangan dengan jadwal penerbangan pagi hari.
Fazam menghampiri Azka sedang bermain dengan ponsel di ruang keluarga Laura.. "Lo udah pesan tiket pesawat nya?" tanya Fazam.
Sedikit melirik ke arah Fazam, "Udah. Ini tinggal bayar aja." jawabnya, sambil l
pembayaran online.
"Oh oke." ucap Fazam, lalu kembali ke kamarnya.
Sebelum memasuki kamarnya, Fazam tak sengaja melihat Rachel yang keluar bersama dengan kakak perempuan nya yang bernama, Natasya. Sedang menuruni tangga, seperti ingin menghampiri Azka dan Fazam.
"Lho Tante kenapa keluar?" ucap Fazam membantu Rachel perlahan menuruni tangga.
"Kamu mau pulang hari ini kan?" tanya Rachel, dengan senyumnya yang penuh.
"Iya tante. Aku dan Azka mau pulang hari ini." jawab fazam.
"Tante tungguin kalian di ruang tamu, sampai kalian berangkat ya." pinta Rachel.
Azka berdiri dari sofa, "Eh... enggak usah Tante. udah Tante istirahat saja." sambungnya.
"Tante sudah merasa baikan kok az. Tante sudah sembuh." jawabnya tegas.
"Tante kalau di kasih tau itu jangan membantah. Aku gak mau sampai Tante masuk rumah sakit lagi, hanya karena menunggu kami berangkat pulang." ucap Azka memperingatkan nya lagi.
Natasya dengan memberikan isyarat mulut kepada Azka, "Sudahlah biarkan saja."
Azka yang mengerti pun, membiarkan Rachel menunggu nya sampai mereka pergi kembali ke Indonesia.
***
Beberapa jam kemudian, Azka dan Fazam pun bersiap untuk berangkat ke Bandara bersama. Mereka pun berpamitan pada Rachel yang menunggunya di ruang tamu.
"Tante, kita berangkat ya." ucap Azka.
"Tante ada sesuatu untuk kamu, azka." ucapnya, dengan perasaan yang sangat berat melepas Azka kembali ke Indonesia.
"Apa itu?" tanya Azka, melihat kontak kecil berwarna biru dongker yang berada di atas telapak tangan Rachel.
"Ini hadiah dari Laura buat kamu. Tante tau hubungan kalian sangat buruk. Tapi Tante tidak menyangka, kamu masih memperhatikan Laura dari kejauhan. Laura mengatakan itu semua, sebelum dia bunuh diri. Laura bilang, dia ingin memberikan gelang persahabatan ini untuk mu, saat kamu ulang tahun nanti. Tapi tak di sangka kalau Laura sudah pergi lebih dulu, sebelum dia memberikan gelang hadiah ini untuk kamu. Tante harap, kamu mau menerima pemberian tulus terakhir Laura buat memperbaiki semuanya. Tante minta maaf, karena selalu menyulitkan mu dan keluarga mu, untuk menjaga Laura di sana." jelas Rachel, perlahan mulai meneteskan air matanya kembali.
"Tante sudah lah, Azka sudah memaafkan semua kesalahan yang laura lakukan. sudah tante jangan menangis, Azka gak bisa pergi kalau Tante menangis." ucap Azka, berusaha menenangkan Rachel.
"Kamu terima ya. Tante melihat sendiri, kalau gelang ini Laura buat dengan tangannya sendiri, dari beberapa tahun yang lalu." ucap Rachel dengan suara yang tersedu-sedu.
Azka terus mengusap air mata Rachel. "Oke Tante, Azka terima. Tapi, Tante berhenti menangis. Sudah ya Tante, sudah." jawab Azka.
"Baiklah. Terima kasih Azka." ucap Rachel, perlahan-lahan mulai tenang dan mengusap air matanya sendiri.
"Ya sudah Tante, kalau begitu saya sama Azka pamit pulang ya Tante. Tante jaga kesehatan, jangan sakit-sakit. kasihan Laura, jika melihat ibunya kesakitan di dunia karenanya." ucap Fazam.
"Iya fazam. Terima kasih juga, kamu sudah mengisi kekosongan hati Laura yah." jawab Rachel.
"Sama-sama Tante." ucap Fazam.
Setelah beberapa menit kemudian untuk berpamitan, Azka dan fazam berangkat ke bandara. Di dalam perjalanan, Azka masih memegangi kotak hadiah pemberian Laura.
Sesekali Azka mengusap perlahan kotak kecil berwarna biru dongker itu, ia sangat ingin membuka kotak itu.
Tapi entah angin dari mana, dengan Azka yang masih memegangi kotak itu. Azka merasakan kesakitan yang ada di dalam lubuk hatinya. Ia hampir sempat menangis, tetapi tertahan saat fazam tidak sengaja batuk.
Azka merogoh saku kiri, mengambil ponselnya. "Kenapa saya tidak bisa berbaikan dengan Laura, di saat dia membutuhkan seseorang untuk menceritakan semua kehidupan pahitnya? Kenapa saya harus menjauhinya, padahal dia selalu berbaik hati pada saya? Saya benar-benar menyesal Laura. Saya minta maaf, karena saya tidak bisa menjaga kamu sampai kamu meninggal secara tragis seperti ini." gumamnya, yang masih memandangi foto masa kecilnya bersama dengan Laura.
*****
Setelah beberapa jam kemudian, dari akhir perjalanan yang panjang. Azka dan fazam sampai juga di bandara Soekarno Hatta.
"Gue udah di jemput sama Abang gue. Lo mau bareng atau naik taksi sendiri?" ajak Fazam, yang melihat Fakhrizal dari kejauhan.
"Naik taksi. Lo duluan aja." jawabnya, menolak ajakan Fazam.
"Hm, yaudah lah kalau gitu gue balik duluan ya." ucap Fazam yang tidak ingin memaksa Azka untuk pulang bersamanya.
"Iya, hati-hati." jawab Azka.
"Ya, Lo juga." ucap Fazam, lalu meninggalkan Azka sendiri yang masih berdiri menunggu taksi onlinenya.
Beberapa menit setelah Fazam pulang terlebih dahulu, tiba-tiba mobil SUV berwarna hitam silver berhenti persis di depan Azka. Azka yang mengetahui itu, dia berpikir bahwa taksi online nya sudah datang. Azka langsung menarik barangnya, dan meminta sopir membuka bagasi mobil.
"Pak tolong bukakan bagasinya." ucap Azka, sedikit mengeraskan suaranya karena sudah berada di belakang bagasi mobil.
Tidak mendapatkan jawaban apapun. Bagasi juga masih belum terbuka, Azka pun menghampiri sopir itu untuk meminta ulang.
"Pak maaf tolong bukakan bagasinya." ucap Azka. Merasakan ada yang aneh pada sopir taksi itu.
"Pak? Bapak kenapa?" sambungnya, sambil mengetuk pintu mobil taksi itu.
Tiba-tiba setelah mengetuk pintu, sopir itu menjatuhkan tubuhnya ke setir mobil. Itu membuat Azka menjadi panik, dengan cepat Azka berteriak meminta pertolongan.
"TOLONGGG!!! SIAPAPUN TOLONG BANTU SAYAAA!!! DI SINI ADA YANG PINGSAN!!!"
Dengan cepat, 5 security dalam dan luar berlari menuju Azka, yang sedang mencoba membuka pintu mobil taksi tersebut.
"Ada apa ini?" tanya seorang security bername tag Jordi.
"Tolong bantu saya pak, bapak itu sepertinya pingsan." jawab Azka, masih dengan kepanikan nya.
"Tolong minggir, saya akan mencoba memecahkan jendela belakangnya." ucap Pak Jordi
"Baik pak." jawab Azka, langsung menjauhi mobil.
PRAAKKKK!!!
Jendela belakang mobil itu pecah dengan cepat, pak Jordi dan beberapa security lainnya langsung mengevakuasi pria paruh baya tersebut, dan membawanya ke rumah sakit dengan ambulan yang sudah siap.
"Terima kasih ya dek. Untung saja kamu melihat bapak tadi, jika tidak mungkin saja nyawanya tidak akan tertolong." ucap pak Jordi.
"Memangnya bapak tadi sakit apa?" tanya Azka penasaran.
"Seperti yang dokter muda katakan tadi, bapak itu terkena serangan jantung dek." jelas pak Jordi.
"Syukurlah, untung saja saya melihatnya. Jika tidak, nyawa bapak itu tidak terselamatkan." ucap syukur Azka, yang merasa bahwa dirinya seperti pahlawan.
"Iya benar." sambung pak Jordi.
"Kalau begitu, saya permisi ya pak. Saya harus pulang ke rumah." ucap Azka.
"Oh ya silahkan... Lagi pula keluarga korban sudah ada di sana." jawab pak Jordi, memperbolehkan Azka pulang.
"Baik pak." jawab Azka benar-benar meninggalkan TKP.
***
Setelah mendapatkan taksi nya, Azka pun kembali ke rumah. Tetapi, saat dalam perjalanan menuju rumahnya, Azka tidak sengaja mampir ke rumah zeira, untuk memastikan bahwa keadaan zeira baik-baik saja.
Taksi berhenti di depan pagar rumah zeira, Azka tidak turun dari taksi, ia melihat kesekeliling rumah zeira dari dalam taksi.
Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan, rumahnya kotor seperti tidak terurus. Padahal zeira sudah pulang, 3 Minggu yang lalu. Apakah zeira pindah rumah ke kakak kandungnya, yang sudah zeira temukan itu?