Chereads / Your Secret Thorn / Chapter 5 - Go Away (2)

Chapter 5 - Go Away (2)

"Ouch.. ouch...ishhh...kakiku!" aku merebahkan tubuhku di kasur penginapan yang empuk dan memijit-mijit kakiku yang lelah memakai high heel seharian. Tentu saja setelah hari yang sibuk dan penuh dengan pikiran, ada untungnya juga mengikuti seleksi. Bahkan Kantor utama memberikan tempat menginap gratis yang sudah termasuk biaya transport.

Presentasi hari ini sangat melelahkan, aku harus berdiri di depan layar dan menjawab semua pertanyaan mereka. Aku sangat gugup dan lama kelamaan aku terbiasa dan tenang. Pak Wakil Direktur masih muda dan tampan. Melihatnya memang hatiku berdebar serta auranya yang tenang dan berwibawa membuatku lebih tenang untuk berpikir. Rumor para karyawan memang tidak salah. Gosip yang beredar bahwa Wakil direktur baru masih muda dan berbakat ditambah berwajah tampan menjadi nilai bonus, rekannya pasti tidak akan percaya bahwa seorang Ross bisa membuktikan ketampanannya.

"Ohoho... hmmm.. Serra pasti tidak akan percaya!" Aku menggumam sendiri dan tertawa kecil membayangkan rekanku Serra yang tukang gosip akan sangat iri mendengarnya.

"Melihat pria tampan selain El seperti melihat oase di tengah gurun... kikikik..!" aku gila, terkikik sendiri di penginapan.

'aa.. forget it...!'

Yang masih menjadi pikiranku adalah pertanyaan Pak Wakil Direktur yang ambigu dan aneh bagiku dan menurutku tidak penting!

"Good...Anda sangat percaya diri nona..! Apa anda tidak takut dan gugup sama sekali? saya ingin tahu alasan anda sepercaya diri itu?!" Pak Wakil Direktur bertanya dengan tersenyum, pertanyaan santai, namun terdengar seperti sebuah ejekan bagiku. Dalam benakku malah berpikir 'apa aku terlalu percaya diri?!' Apa aku berlebihan?! segala yang berlebihan memang tidaklah baik!' atau yang ia maksud percaya diri dalam desainku atau percaya diri dalam hal diriku sendiri?' Arrgghhh.. pikiranku kacau sekali saat itu.

"Umm.. well, maaf...tapi apa saya berlebihan ?! e..saya pikir berada di situasi individual seperti ini sudah seharusnya saya percaya pada diri sendiri, tidak seorangpun akan menolong kecuali saya, bukankah begitu ?! Mungkin akan sedikit berbeda kalau saya berada dalam tim. Tapi pada dasarnya sama, bedanya kepercayaan diri dalam tim bukan ego individu Pak Wakil direktur..dan tentu saja saya percaya diri dengan desain saya.." Jawabanku melantur. Aku tidak tahu jawaban yang Pak wakil direktur inginkan tapi, aku menjawab sesuai situasi saja.

"Hmm... baiklah Nona. Pertanyaan dariku cukup..." Pak Wakil Direktur menjawab santai, tapi ia mengerutkan alisnya. Entah dia puas dengan jawabanku atau tidak, aku tidak tahu pasti raut muka wajahnya. Wajahnya yang tenang seperti air yang menyejukkan. Tapi setiap melihat wajahnya aku mengakui Pak Wakil Direktur lumayan tampan. Garis wajahnya yang tegas, hidungnya yang mancung. Kulitnya yang sedikit coklat terlihat maskulin serta tubuhnya yang tegap terlihat seksi, apalagi ia memakai setelan jas yang cocok untuknya. Namun setiap ia berbicara dan fokus, sejujurnya aku sangat gugup. Situasi yang membuatku ingin menjerit dan rasanya peperangan itu ingin segera berakhir.

'itu membuatku frustasi dengan pertanyaan yang ambigu, atau memang aku saja yang bodoh tidak tahu maksudnya.'

'dia seorang petinggi perusahaan, yah sudah seharusnya suka-suka dirinya bertanya apapun..'

'bukk..bukk... bukkk..aargghh..!. forget it.. forget it..! aku meninju bantal di kasurku berulang kali.

Beberapa hari berlalu sejak hari presentasi. Pengumuman termasuk cepat, walaupun aku sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi akhirnya aku tidak berharap banyak. Pengumuman di lakukan melalui pemberitahuan surel. Aku gugup setengah mati, mengamati layar monitor PC di tempat kerjaku. Banyak yang bertanya padaku, namun aku belum bisa menjawab mereka. Pak manajerku hanya tersenyum padaku sejak pagi, entah tidak seperti biasanya yang seperti orang kesetanan di kejar deadline. Apa mungkin atasan sudah tahu hasilnya.., pikiranku kemana-mana dan harap-harap cemas.

"Oii, oii, Rossean... tenanglah sedikit, wajahmu terlihat kacau! Apa kau gugup dengan hasilnya?" Serra yang tadi mengambil kopi dari dapur menyesap kopinya dan berdiri bersandar di dekat lemari mejaku.

"aa.. yeah, tentu saja... aku tidak bisa fokus pada pekerjaanku! bagaimana ini.. Hmmpp?" Aku menjawab pertanyaan Serra dengan tidak berdaya seolah kehilangan nyawa, menyandarkan dahiku menyentuh meja tanpa menatapnya dan tidak bersemangat.

"Ayolah Ross, bersemangatlah! Pekerjaanmu bukan hanya itu. Deadline tim kita sebentar lagi jadi fokuslah, okay!" David tiba-tiba menyambung percakapan kami, meja kerja kami bersebelahan.

"Hei, David.. sebaiknya Anda cuci muka dulu, lihatlah kaca ini. Mata anda benar-benar seperti panda! Tapi sayangnya anda kalah imut dengan panda. Hahaha,,,!" Sera mengambil kaca kecil dari mejaku kemudian memperlihatkannya pada David dan tertawa puas.

David merupakan orang yang gila kerja dan disiplin, bahkan ia lebih mendahulukan pekerjaannya ketimbang tunangannya. Padahal dirinya akan melangsungkan pernikahannya 2 bulan lagi, tapi ia masih belum bisa melonggarkan sedikit pekerjaanya untuk kekasihnya itu. Dia salah satu senior yang kuhormati karena dedikasinya, juga dia orang yang baik. Ia juga orang yang dapat diandalkan sebagai ketua timku. Walaupun aku termasuk anak baru tapi David termasuk baik dalam membimbing anak-anak baru lainnya di tim kami yang kebanyakan juga masih lulusan baru dan belum mengerti apapun. Walaupun umurnya sudah memasuki kepala tiga lebih, tapi ia tetap bisa akrab dengan kami, bahkan Serra yang beberapa tahun lebih muda darinya, bisa berbicara seperti mereka seumuran.

"benarkah?! Yang benar saja, aku lembur selama tiga hari berturut-turut dan bisa tidur tadi malam. Itupun hanya 2 jam.. ., laptopku rusak kemarin, pekerjaanku jadi tertunda..ah sudahlah..! Ayo kembali bekerja! Deadline menanti!"

"Oya Ross, Apa kau sudah menyelesaikan desain kamar tipe VIPnya?! kalau sudah segera kirim ke surelku aku akan menggabungkannya dengan desain tim kita!" lanjut David yang serius dengan pekerjaannya.

"Yep, okay tim leader!!" Jawabku dengan semangat.

Setelah membuka surelku, sebuah inbox baru muncul. Jantungku seakan berhenti berdetak dan bahkan aku menahan napas sebentar. Email dari perusahaan pusat yang sudah kutunggu sejak tadi.

Seolah dengan berat aku meng klik surel itu dengan mouseku sambil memejamkan mataku.

Taraa... Setelah membuka mata, yang terlihat pertama adalah tulisan Accepted yang di bold hitam...

Kemudian aku gugup membaca dari awal sampai akhir...

'Congratulation Your Design Will be a part of the next project in Australia after several revision'

'You' re Accepted'

'Welcome to Lotus Australia'

Baris dari tulisan itu.. Seperti mimpi atau orang yang sedang bercanda. Aku masih tidak percaya. Kemudian Pak Manajer Sandy keluar dari ruang kerjanya dan menghampiriku yg masih duduk di kursi kerjaku.

"Congratulation..!" Pak Sandy tersenyum kemudian langsung pergi begitu saja.

'Hah..? Apa itu? Seriusly!'

"What? What.. Happen?!" David yang tadi serius karena mendengar Pak Sandy mengucapkan selamat padaku terlihat bingung.

".... " Aku hanya melirik David

"Accepted? Australia!!?" Mata David membelalak seperti mau keluar karena tidak percaya.

"It's like a dream... I... I... didn't think i could make it thought?!" Aku bengong.

"Weew, you make it! Selamat..! Memang sesuai ekspektasi seorang monster baby!" David bercanda mengejekku.

"Hey, David! Apa perusahaan salah kirim ya?! Aku?? beneran ini, aku ke Australia?!" Aku menyakinkan diri sendiri dan bertanya pada David.

"Bwahahah...! OMG ! Is that your reaction?! Gadis aneh, Hey ! tentu saja itu bukan mimpi. Kau DI TE RI MA, sudah jelas itu tertulis di layar monitormu Ross. Wake Up! This is not dream you know! Hahah...." David tertawa melihat rekannya yang bersikap seperti itu.

"Okay... I got it! I did it! so this is not a dream...Oh my..!" Aku tidak bisa menyembunyikan perasaan senangku. Pipiku rasanya panas, Aku menyentuh pipiku dengan kedua tanganku.

Tiba-tiba Serra menghampiriku, "Aaaarrghh, you did it! Selamat Ross... Of course i will miss you then.." Kemudian ia memelukku yang sedang duduk dari belakang, seperti orang yang gemas melihat sesuatu yang imut. Lalu rekan-rekan satu tim dan tim lain juga menghampiriku dan mengucapkan selamat, hari itu setiap aku bertemu rekan kantor, di lobi, di lift semuanya mengucapkan selamat. Meskipun terasa aneh dengan ucapan selamat itu, tapi perasaanku senang.