Chereads / Your Secret Thorn / Chapter 11 - Alone

Chapter 11 - Alone

Author POV

Hari H keberangkatan Ross dan beberapa jam setelah keberangkatan Ross

Drrt… Drrt…Drrt..Drrt…

Ponsel Elvin berbunyi berulang kali. Sekretarisnya menelponnya beberapa kali, namun El menghiraukannya. Ia berbaring di Sofa, masih mengenakan jasnya, menutup matanya dengan lengan kanannya. Setelah Rapat selesai. Ia tidak mood lagi untuk meeting dengan perusahaan yang lain dan langsung pulang ke Apartemennya. Hari ini atau tepatnya beberapa jam yang lalu keberangkatan Ross ke Autralia, ia tidak bisa mengantarkannya atau bahkan mengucapkan selamat tinggal sebelum Ross pergi. Ia sedikit bad Mood. Walaupun beberapa hari yang lalu ia sudah berpamitan dengan Ross, tapi perasaannya seolah ingin menahannya jika ia di Bandara hari ini.

"Hah…! Apa aku pengecut, seolah aku tidak ingin melihatnya pergi?!" Ia bergumam sendiri.

Ia bahkan mendapat pesan dari ibunya yang tadi ikut mengantar Ross di bandara, bahwa pesawatnya sudah berangkat.

Ponselnya berbunyi lagi kali ini bukan dari sekretarisnya.

El melihat layar ponselnya.

"kenapa di saat seperti ini dia menelpon!"

Elvin mengabaikan nomornya.

Namun sekali lagi ponselnya berbunyi dengan nomor yang sama.

Elvin dengan terpaksa mengangkatnya.

"..." Elvin diam. Lalu suara seorang pria menyapanya.

"Halo, akhirnya kau menerimanya..Pak Elvin!"

Elvin yang tadinya berbaring, bangkit dan duduk di sofa, ia tampak tidak senang.

"Kau menghindariku? Bahkan saat meeting kau tidak datang..hoho?!" lanjut pria dalam telepon

"Aku tidak menghindarimu, maaf tapi aku memang sibuk! Aku bahkan tidak tahu perwakilan perusahaan Anima adalah kau..!" Kata Elvin, raut mukanya lelah.

"Benarkah? Apa sekretarismu tidak memberitahumu namaku? Hmm… aneh?!"

"Ada perlu apa denganku? Bukankah meeting sudah selesai dan semua pekerjaan sudah mencapai kesepakatan?!" Tanya El

"hmm… apa kau tidak merindukanku? Aku kira kau masih menyimpan nomor ini, reaksimu tidak terkejut?" Suara pria itu seperti mempermainkan Elvin

"..."

"hey, sudah satu tahunkah kita tidak bertemu? Bagaimana kalau kita bertemu sekali lagi? kudengar kau tidak bersama pria itu lagi, huh?" pertanyaannya seperti orang menyindir pada El.

"Apa yang kau inginkan? Bertemu, huh? Kau sama saja tidak pernah berubah!" Elvin Kesal

"Yeah, aku memang tidak berubah. Aku masih sama seperti yang dulu. Kau yang melarikan diri bukan? Ahaha!"

"You…!"

"Kau marah, Aha!" Suara pria di telepon terdengar santai

"Tidak berguna bicara denganmu, aku tidak ingin bicara masalah pribadi denganmu! Okay!"

Elvin langsung menutup sambungan teleponnya.

"AH, SHitt.!!"

Elvin membanting ponselnya di sofa. Ia benar-benar kesal

Dalam benak Elvin yang kacau, Ia masih tidak bisa melupakan kepergian Ross. Elvin bahkan tidak sanggup melihat Ross pergi di Bandara Changi beberapa waktu lalu. Ia hanya mendapat sms dari Ibunya yang ikut mengantar Ross bahwa Ross sudah naik pesawat.

Untuk alasan apa Elvin tidak bisa mencegahnya, dia bukan siapapun. Bukan seorang yang spesial untuknya. Mereka hanya teman dekat yang saling memberikan dukungan. Bahkan Ross tahu segalanya tentang dirinya.

'Apa aku menyukai Ross?' Dalam benaknya bertanya pada diri sendiri.

'tidak mungkin!'

'Tentu aku menyukainya sebagai teman kan?'

'Aku bahkan berkata kepadanya aku gay!'

'Tapi mengapa aku seperti ini?!'

Elvin berpikir, meskipun hubungannya dengan mantan kekasihnya tidak pernah berakhir baik sebagai cinta sesama, apa dirinya melarikan diri kepada Ross hanya untuk kenyamanan saja.

Dia selalu berlari kepada Ross jika ada masalah, namun ia tak memikirkan bagaimana perasaan Ross yang sebenarnya.

'Apa aku seberengsek itu, huh!' Elvin kemudian tertawa kecil menunjukkan kemirisan dirinya sendiri. Ia berbaring di sofa dan mendesah memegangi dahinya seolah membingungkan.

Ia juga teringat pria tadi yang menelfonnya, Reon Ferdinand.

Reon Ferdinand, cinta pertamanya sebagai sesama. Ia bertemu dengannya saat SMA pada perlombaan antar sekolah. Reon mengikuti lomba melukis. Sedangkan Elvin perlombaan sains. Elvin tidak sengaja bertemu dengannya yang tiba-tiba menghampirinya saat istirahat dan menyodorkan sketsa dirinya yang sedang tersenyum. Reon langsung mengatakan tanpa basa-basi dan meminta nomor teleponnya untuk berteman.

"Hei, kau yang seperti model! Wajahmu simetris dan unik." Reon menyodorkan Sketsanya.

Elvin sedikit terkejut dan kebingungan kenapa tiba-tiba anak SMA dari sekolah lain menghampirinya dan memberikan sketsa. Pikirnya aneh.

"…"

"Hei, sepertinya kau tidak akrab dengan timmu sendiri, huh?! Okay, namaku Reon Ferdinand! And you?" Reon menyodorkan tangannya untuk salaman.

"Ah, Aku Elvin!" Elvin menjawab dengan datar dan menjabat tangannya.

"Okay, mari berteman…! Ah, bagaiamana kalau aku meminta nomor telfonmu? Mungkin akan berguna suatu saat.." Reon tersenyum dan bicara tanpa basa basi.

Tanpa pikir panjang Elvinpun menjawab "Baiklah, mengapa tidak.."

Reon tipe orang yang terbuka dan bicara apa adanya, ia sangat banyak bicara dan pintar membuat orang fokus untuk bicara padanya. Tidak seperti Elvin yang rupawan. Reon berwajah biasa, namun saat tersenyum itu cukup untuk membuat wanita meliriknya, Tubuhnya tinggi dan berkulit sawo matang, wajahnyapun tegas dengan mata yang ramah cocok sebagai tipe playboy yang membuat luluh wanita karena sikapnya.

Sejak saat itu Reon dan Elvin makin akrab dan sering bertemu saat libur. Entah bagaimana hubungan mereka berkembang seperti itu. Reon pun mengatakan bahwa ia menyukai Elvin dan begitu juga Elvin yang sepertinya juga mulai tertarik padanya. Seperti itu selama hampir 3 tahun mereka menjalaninya dengan baik-baik saja. Sampai suatu saat Elvin tahu bahwa ternyata Reon seorang Bi. Elvin memergoki Reon dengan seorang wanita yang manis, mereka sepertinya sangat bahagia. Elvin melihat wanita itu dari kejauhan namun terlihat dari sikap wanita yang bersamanya seolah Reon adalah segalanya, terlihat dari sinar matanya saat melihat Reon seberapa dalam ia menyangi pria itu.

Elvin kecewa mengapa Reon tidak memberitahunya apapun. Reonpun akhirnya mengatakan yang sebenarnya, bahwa wanita itu adalah sahabatnya dan kekasihnya. Reon tidak akan bisa menyakiti wanita itu apapun yang terjadi. Elvin memperhatikan Reon yang berbicara tentang wanita itu dengan wajah yang rumit dijelaskan. Namun Reon juga berkata bahwa ia juga menyayangi Elvin apa adanya.

Namun Elvin tidak bisa berkata apapun dan pergi begitu saja, sejak saat itu ia belum sekalipun berhubungan dengannya lagi sampai hari ini Reon menelfon tentang pekerjaan.

Reon Ferdinan, ia bekerja di perusahaan Anima yang bekerja sama untuk membuat desain karakter game di perusahaan Elvin.

'mengapa ia tiba-tiba menghubungiku, huh!' pikir Elvin dalam hati.